Konten dari Pengguna

Apa Jadinya Bumi Tanpa Serangga? Pakar IPB Jelaskan Manfaatnya bagi Kehidupan

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
6 Mei 2025 15:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Apa Jadinya Bumi Tanpa Serangga? Pakar IPB Jelaskan Manfaatnya bagi Kehidupan
zoom-in-whitePerbesar
Apa Jadinya Bumi Tanpa Serangga? Pakar IPB Jelaskan Manfaatnya bagi Kehidupan
ADVERTISEMENT
Serangga sering kali dipandang sebelah mata, hanya diidentikkan dengan hama atau binatang pengganggu. Namun siapa sangka, makhluk kecil ini ternyata memegang peran mendasar dalam keberlangsungan ekosistem dan kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT
Pakar Entomologi IPB University, Prof Damayanti Buchori menyoroti betapa selama ini manusia kerap memandang serangga dari sisi negatifnya saja. “Kalau dengar kata serangga, yang terlintas di benak orang biasanya semut, kecoa, atau nyamuk. Padahal serangga memegang peran kunci dalam hampir semua proses ekologi,” ujarnya.
Secara tak langsung, ia mengatakan bahwa serangga hadir di hampir seluruh tingkat trofik dalam rantai makanan, kecuali autotrof (organisme yang mampu menghasilkan makanan/energi sendiri).
“Serangga bisa menjadi herbivora, karnivora, hingga dekomposer. Bahkan, tanpa mereka, proses daur ulang nutrisi di alam akan sangat lambat,” katanya.
Salah satu peran paling mendasar serangga, menurut Prof Damayanti, adalah penyerbukan. Ia memaparkan bahwa 75 sampai 80 persen tanaman berbunga (Angiospermae) bergantung pada penyerbukan oleh hewan dan mayoritas di antaranya adalah serangga.
ADVERTISEMENT
“Bayangkan kalau tidak ada lebah atau kupu-kupu; kopi, teh, coklat, dan berbagai buah-buahan serta sayuran tak akan bisa dinikmati seperti sekarang,” jelasnya.
Sebagai Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University, Prof Damayanti juga mengulas peran serangga sebagai musuh alami hama tanaman.
“Predator seperti tomcat itu memakan hama wereng, termasuk wereng batang cokelat. Kalau populasinya seimbang, kita tak butuh pestisida,” tuturnya.
Peran penting lain dari serangga adalah sebagai dekomposer. Kumbang kotoran, lalat bangkai, bahkan rayap, misalnya, mempunyai peran penting karena dapat menguraikan feses, bangkai, dan pohon-pohon yang tumbang di hutan, dan mengembalikan unsur-unsur hara kedalam tanah.
“Bahkan dalam dunia forensik, serangga digunakan untuk menentukan waktu kematian melalui urutan datangnya lalat dan kumbang pada bangkai,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Prof Damayanti juga menyebutkan peranan serangga dalam siklus hidup pohon beringin atau dikenal sebagai bagian dari genus Ficus.
"Keberadaan Ficus sangat tergantung pada penyerbuknya, yaitu tabuhan kecil dari famili Agaonidae. Ada proses koevolusi yang telah terjadi ribuan tahun antara Ficus dan Agaonidae. Jika spesies tabuhan itu punah, maka spesies Ficus yang bergantung padanya juga akan punah," katanya.
Di akhir, Prof Damayanti mengajak masyarakat untuk tidak hanya fokus pada sisi negatif serangga. “Jangan merendahkan hewan-hewan kecil. Serangga itu kecil tapi dampaknya luar biasa,” ucapnya. (dr)