Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Guru Besar IPB: Penyuluhan Pertanian Harus Kembangkan Partisipasi Masyarakat
12 Juni 2023 8:12 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University, Prof Sumardjo mengungkapkan bahwa penyuluhan pertanian di masa depan harus menjadi penggerak transformasi sosial. Menurutnya, penyuluhan pertanian tidak sekedar upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih penting adalah untuk menumbuhkembangkan partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut ia sampaikan dalam Bedah Buku Tabloid Sinar Tani ‘Penyuluhan Pertanian Masa Depan’ yang ditulis olehnya bersama penulis lainnya yakni Prof Bustanul Arifin, Guru Besar Universitas Lampung dan Machmur MS, Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani).
“Partisipasi berupa perubahan dan inovasi diselip sebagai kebutuhan. Kemandirian diartikan sebagai mampu beradaptasi secara antisipatif bukan reaktif maupun apatis. Penyuluhan ini menjadi penting sebagai transformasi sosial yang dirancang oleh masyarakat itu sendiri. Namun terdapat konvergensi dengan kepentingan nasional,” jelasnya.
Ia menyebut, penyuluhan pertanian juga harus menunjukkan adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi secara tepat dan intensif.
“Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (tik) di masa depan menjadi bahan pertimbangan yang penting. Tidak dipersepsikan hanya sebagai proses penerangan atau pemberian penjelasan tetapi lebih sebagai proses pendidikan,” tambah dia.
ADVERTISEMENT
Ke depan, ia melanjutkan, penyuluhan harus fokus pada lingkungan strategis dan mandiri, tidak terdominasi oleh kondisi sekarang ini. Sifatnya terstruktur, fungsional, mandiri dan kuat di tingkat kecamatan dan desa.
“Di sini, peran akademisi sangat potensial sebagai integrator dalam kolaborasi antara penyuluh swasta,” tuturnya.
Ia mengomentari bahwa penyuluhan pertanian masa depan bukanlah kegiatan karitatif atau bantuan cuma-cuma atas dasar belas kasihan yang menciptakan ketergantungan. Dikarenakan kondisi jumlah penyuluh pertanian semakin menipis karena usia. Peran penyuluh swasta dan swadaya semakin penting supaya mampu mendukung pembangunan pertanian dan transformasi sosial.
Dalam buku tersebut ia juga mengungkap relasi antara jenis dan proses transformasi sosial pada masyarakat peri-urban di era disrupsi. Serta gambaran transformasi nilai dan sikap adaptasi masyarakat. (MW)
ADVERTISEMENT