news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pakar IPB Bicara Strategi Hadapi Krisis Pangan dengan Tingkatkan Produktivitas

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
27 Oktober 2020 12:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pakar IPB Bicara Strategi Hadapi Krisis Pangan dengan Tingkatkan Produktivitas Perikanan
zoom-in-whitePerbesar
Pakar IPB Bicara Strategi Hadapi Krisis Pangan dengan Tingkatkan Produktivitas Perikanan
ADVERTISEMENT
Dr Fredinan Yulianda, dosen IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (MSP-FPIK) bicara strategi dalam menghadapi ancaman krisis pangan khususnya dalam hal membangkitkan produktivitas perikanan Indonesia. Hal tersebut disampaikannya di sela-sela kesibukannya sebagai dosen dan Ketua Program Doktor Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB University.
ADVERTISEMENT
Pakar di bidang Pengelolaan Sumberdaya Perairan, khususnya Konservasi dan Ekowisata Perairan ini menyampaikan bahwa ancaman krisis pangan tidak secara tiba-tiba datang menimpa bangsa Indonesia. Akan tetapi ditentukan oleh tiga faktor utama.
Faktor pertama terkait pelaku. Pelaku yang memanfaatkan kawasan perairan tawar, pesisir dan laut untuk melakukan eksploitasi sumberdaya perikanan. Pelaku sekaligus pengguna yang berkontribusi terhadap krisis pangan melalui perilaku eksploitasi yang merugikan sumberdaya dan lingkungan, pemilihan jenis komoditi yang tendensius, jumlah yang tidak terkontrol (melebihi daya dukung) yang terlihat dari indikator jumlah tangkapan semakin menurun dan ukuran semakin kecil, dan pemilihan kawasan yang tidak berbasis distribusi spasial (ruang) yang seimbang.
“Hal ini dapat menimbulkan penurunan kualitas lingkungan dan stok sumberdaya perikanan sehingga kemampuan alam untuk mempertahankan kondisi optimal terhambat,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Faktor lainnya adalah suplai sumberdaya perikanan terkait sekali dengan kemampuan alam untuk menyediakan stok populasi sumberdaya secara maksimal. Saat ini kemampuan alam sudah mulai menurun seiring dengan terjadi penurunan kualitas lingkungan dan kemampuan resiliensi ekosistem atau populasi. Hal ini menyebabkan ketersediaan sumberdaya perikanan di alam mulai terganggu dan mengalami penurunan yang signifikan. Sehingga suplai sumberdaya perikanan mengalami penurunan.
Indikator suplai yang terganggu dapat dilihat dari hasil tangkapan nelayan dan kondisi ikan di pasar ikan. Terdapat diversifikasi jenis komoditi perikanan dari jenis unggulan bergeser ke jenis non unggulan, jumlah tangkapan tidak sebanyak masa lampau, ukuran ikan makin mengecil, serta kualitas daging menurun (diantaranya faktor pencemaran lingkungan). Penurunan kemampuan alam sebagai suplai komoditi perikanan dipengaruhi oleh faktor pelaku dan faktor kebijakan.
ADVERTISEMENT
Faktor kebijakan pemerintah menjadi alasan yang ketiga. Kebijakan sektor perikanan cenderung berorientasi ekonomi yang menguntungkan komoditi perikanan komersial dan bernilai ekonomi tinggi. Kebijkan ini sering mengabaikan keseimbangan tantanan sistem ekologi yang dapat merugikan komoditi perikanan lainnya.
Ketidakseimbangan ekologi terdiri dari gangguan rantai/jaring makan, tingkat tropik, relung habitat, fungsi daerah pemijahan (spawning ground), fungsi daerah asuh (nursery ground), jalur migrasi, perlindungan pantai, jalur hijau (green belt) dan fungsi ekologi lainnya.
“Hal ini semuanya bermuara kepada gangguan ketersediaan stok sumberdaya perikanan Indonesia. Kebijakan multisektor sering menimbulkan benturan dan konflik terhadap sektor perikanan yang memerlukan kawasan yang tidak tercemar, tidak terganggu, dan luas yang ideal yang dibutuhkan untuk keseimbangan sistem ekologi. Pemanfaatan ruang yang sama pada kawasan perairan tawar (daerah aliran sungai), pesisir dan laut untuk kepentingan berbeda seringkali tidak memperhatikan keseimbangan sistem ekologi. Misalnya pencemaran di perairan tawar, pesisir dan laut, konversi lahan, reklamasi pantai, penanganan limbah dan sampah di perairan masih lemah, penetapan jalur transportasi, dan penyusunan tata ruang yang belum maksimal mempertimbangkan keseimbangan ekologi,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Melihat kendala yang ditimbulkan, Dr Fredinan menyampaikan perlunya strategi yang harus dijalankan untuk mempertahankan lingkungan tetap terjaga agar produktivitas perikanan bangkit, optimal dan berkelanjutan. Strategi dapat dilakukan dengan membuka peluang pemanfaatan multi jenis komoditi secara proporsional dan merata.
Selain itu harus dapat menentukan daya dukung pemanfaatan dari setiap jenis komoditi perikanan. Juga adanya pengontrolan dan penerapan sangsi secara hukum pada setiap pelanggaran pemanfaatan yang melebihi daya dukung, serta memberikan akses yang luas dan merata kepada nelayan sesuai ketentuan kelestarian sumberdaya.
Strategi lainnya yang tidak kalah penting adalah harus mencegah kerusakan dan pencemaran lingkungan perairan, pantai dan ekosistem, melakukan perbaikan dan restorasi bagi sumberdaya yang mengalami gangguan, kerusakan dan proses kepunahan. Membuat kebijakan yang memprioritas keseimbangan sistem ekologi perairan tawar, pesisir dan laut yang berorientasi pada sumberdaya dan ekosistemnya.
ADVERTISEMENT
“Kita juga harus dapat memetakan ekosistem/kawasan skala prioritas sebagai kawasan produksi perikanan unggul dari perspektif fungsi ekologi dan sumber produksi. Melihat permasalahan di atas, sudah saatnya Indonesia harus memiliki kebijakan payung dalam penggunaan ruang perairan tawar, pesisir dan laut yang berorientasi keseimbangan sistem ekologi. (**/Zul)
Keyword : Dr Fredinan, Manajemen Sumberdaya Perairan, IPB University, Konservasi dan ekowisata Air, dosen IPB
Kategori SDGs: SDGs-14