Konten dari Pengguna

Profesor Ilmu Gizi Pangan IPB Ingatkan untuk Mengontrol Konsumsi Minuman Manis

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
13 Maret 2025 8:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Profesor Ilmu Gizi Pangan IPB University Ingatkan untuk Mengontrol Konsumsi Minuman Manis
zoom-in-whitePerbesar
Profesor Ilmu Gizi Pangan IPB University Ingatkan untuk Mengontrol Konsumsi Minuman Manis
ADVERTISEMENT
Selama bulan Ramadan, minuman manis sering menjadi pilihan utama berbuka puasa karena dianggap mampu mengembalikan energi dengan cepat. Namun, konsumsi gula dalam minuman manis secara berlebihan tanpa kontrol dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pengamatan Profesor Ilmu Gizi Pangan IPB University, Prof Budi Setiawan, di bulan Ramadan khususnya saat berbuka puasa, ada kecenderungan untuk mengonsumsi makanan atau minuman manis.
“Selain sebagai sumber energi, kecenderungan mengonsumsi makanan atau minuman manis saat berbuka bertujuan untuk segera mengembalikan kadar gula darah yang menurun selama berpuasa,” ungkapnya.
Lanjutnya, makanan dan minuman manis juga memberikan rasa puas dan bahagia karena adanya peningkatan produksi hormon serotonin akibat asupan karbohidrat dan gula.
Prof Budi menuturkan, gula termasuk bahan yang konsumsinya harus dibatasi karena berada di puncak piramida gizi seimbang. Menurut peraturan tentang konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL), batas harian gula adalah 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan.
ADVERTISEMENT
“Konsumsi apapun kalau berlebihan tentu saja tidak baik, makanya pedomannya adalah gizi seimbang,” tegas dia.
Dampak Minuman Manis untuk Kesehatan
Menurut Prof Budi, mengonsumsi minuman manis saat berbuka dan sahur secara berlebihan pastinya tidak bisa memenuhi gizi seimbang. Di samping itu, akan ada kecenderungan perut terasa penuh sehingga mengurangi ruang untuk makanan sehat seperti sayur, buah, dan sumber protein yang dibutuhkan tubuh.
Tambah Prof Budi, konsumsi gula berlebih akan meningkatkan risiko karies atau kerusakan gigi. Tingginya konsumsi gula juga bisa berakibat asupan energi jadi berlebih sehingga bisa menaikkan berat badan.
“Untuk penderita Diabetes Mellitus (DM), kadar gulanya harus dijaga. Konsumsi gula berlebih dalam tubuh pada gilirannya dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam darah yang berisiko bagi penderita penyakit jantung. Bisa juga terjadi gangguan pencernaan akibat meningkatnya asam lambung,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Alternatif Minuman Manis
Prof Budi menawarkan beberapa alternatif pengganti minuman manis yang lebih menyehatkan, antara lain air kelapa muda dan jus buah atau sayur. “Yang harus diperhatikan, jus buah atau sayur bisa jadi tidak sehat kalau ditambah gula yang juga berlebihan,” tambahnya.
Selain itu, ia juga menyarankan buah manis yang lebih sehat, seperti kurma, baik kurma segar (ruthob) maupun kurma kering. “Akan tetapi, tentu saja tidak boleh berlebihan, cukup satu atau tiga butir saja,” imbuh Prof Budi. (Lp)
Profil Prof. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS
Prof. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS, adalah akademisi dan pakar di bidang gizi masyarakat dengan pengalaman panjang di dunia pendidikan dan organisasi profesi. Prof. Budi menyelesaikan pendidikan di IPB dan meraih gelar Ph.D. dalam Human Nutrition dari University of Nebraska, Lincoln, USA.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Prof. Budi merupakan dosen di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB serta menjabat sebagai Kepala Pusat Kajian Gender dan Anak. Selain itu, ia memiliki pengalaman sebagai Ketua Program Studi, Ketua Departemen, serta Auditor Internal IPB. Dalam bidang organisasi, Prof. Budi aktif sebagai Ketua Umum AIPGI (2025-2030), pernah menjabat sebagai Sekretaris Umum AIPGI (2014-2024), serta terlibat dalam berbagai peran strategis di PERSAGI, Pergizi Pangan, dan LAMPT-Kes. Keahliannya dalam gizi dan ketahanan pangan tercermin dari kontribusinya dalam akreditasi pendidikan serta penilaian mutu akademik di berbagai institusi di Indonesia.