Konten dari Pengguna

Dosen UMS Tanggapi Soal Kurikulum Adaptif, Agar Pendidikan Tinggi Tetap Eksis

Berita UMS
Universitas Muhammadiyah Surakarta
7 November 2024 12:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita UMS tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok Humas UMS
zoom-in-whitePerbesar
Dok Humas UMS
ADVERTISEMENT
MACAU – Memasuki hari ke dua, QS Higher Ed Summit : Asia Pacific 2024 di Macau University of Science and Technology (MUST), Macau SAR, China bertambah menarik. Karena itulah, dalam diskusi tentang tema “Building a Sustainable Future : The Intersection of Interprenership, Technology Innovation and Sustainability” berlangsung hangat.
ADVERTISEMENT
Menanggapi persoalan itu, Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Ir., Mujiburohman, Ph.D., mengatakan, “Ada tiga pihak, kunci untuk mengkondisikan adanya kolaborasi antara dunia kampus, industri yang saling menguntungkan dan berkelanjutan, yaitu pemerintah, perguruan tinggi, dan industri,” papar Mujib, yang mengikuti acara di MUST, Macau, Rabu (6/11) itu.
Peranan pemerintah, lanjut dia, terletak pada kebijakan yang menetapkan kewajiban industri untuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi, tentu kolaborasi yang saling menguntungkan.
“Kolaborasi bisa dalam bentuk, riset pengembangan produk dan desain alat industri, kemudian magang mahasiswa, beasiswa dan lain sebagainya,” tambahnya.
Menurutnya, untuk menjaga keberlanjutan kolaborasi perguruan tinggi dan industri, di samping perangkat kebijakan pemerintah, baik perguruan tinggi maupun industri memiliki program-program pendukung.
“Perguruan tinggi bisa menerapkan magang dalam kurikulumnya, sementara industri bisa memposisikan mahasiswa sebagai tenaga magang yang profesional,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Senada dengan itu, Prof. Ihwan Susila, Ph.D., mengungkapkan tantangan karir di masa depan adalah kemampuan adaptasi dengan kebutuhan pekerjaan dan keterampilan yang harus dimiliki setiap orang.
“Perlu upaya untuk selalu mengupdate keterampilan (upskilling) bahkan re-skilling. Pendidikan tinggi akan memainkan peran yang sangat signifikan untuk menyiapkan talenta masa depan mendesain kurikulum yang adaptif dan kesempatan mahasiswa untuk meningkatkan daya saing di dunia kerja,” jelasnya.
Kurikulum yang adaptif, lanjutnya, dikembangkan berdasarkan kebutuhan industri dan pemenuhan pada kebijakan pemerintah.
Pada bagian lain, Ayu Khoirotul Umaroh, S.KM. M.K.M., mengungkapkan perguruan tinggi perlu memberikan training development pada mahasiswa sehingga mahasiswa punya skill yang dibutuhkan, yakni problem solving, resilient dan entrepreneurship.
“Perlu dipastikan skill set tersebut dapat bersaing tidak hanya di level lokal, tapi juga global.” (san/Humas)
ADVERTISEMENT