Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Review Match UCL Grup B : Real Madrid 2 vs Shaktar Donestsk 3
22 Oktober 2020 10:08 WIB
Tulisan dari Daniel Simanullang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Laga pembuka grup B di UCL memberikan hasil minor bagi Real Madrid. Bertanding di Alfredo di Stefano Stadium, Real Madrid bertekuk lutut di depan tamunya Shaktar Donestsk perwakilan dari Ukraina dengan skor 2-3. Hasil buruk ini merupakan lanjutan hasil buruk di La Liga pekan lalu ketika harus kalah satu gol tanpa balas kala menjamu tamunya Cadiz . Berbicara mengenai Real Madrid di UCL bagi beberapa orang berbeda dengan membicarakan Real Madrid di liga domestik. Hal ini wajar mengingat reputasi Real Madrid di Eropa sangat luar biasa dengan trofi dan pencapaian yang mereka torehkan.
ADVERTISEMENT
Ketika Real Madrid kalah di UCL, huru-hara dan kasak-kusuk akan menguar ke permukaan, bahkan tidak jarang hasil minor di UCL bagi Real Madrid akan menghasilkan rumor yang berhembus dari ruang ganti dan juga official. Terbaru ketika hasil buruk melawan Shaktar tadi pagi, time line sudah terendus bahwa nasib Zidane akan ditentukan ketika hasil laga El Clasico akhir pekan ini berlangsung. Tagar #ZidaneOut sudah siap-siap diturunkan oleh public sepak bola terkhusus Madridista yang tidak menyukai Zidane.
Hasil buruk tadi pagi layak dianalisis karena dapat dikatakan bahwa pertdingan tersebut adalah gladi resik menuju El Clasico. Elemen inkonsistensi Real Madrid dari musim ke musim selalu menjadi pertanyaan, mulai dari sanitas sampai taktik pelatih hadir lagi musim ini. Belum selesai kasus Hazard yang diragukan tampil di laga El Clasico, komposisi core strategi Zidane juga harus terancam ompong karena bek kanan murni absen dan ketajaman striker di lini depan dipertanyakan.
ADVERTISEMENT
Donestsk yang Paham Lubang Besar Real Madrid
Jika kita melihat komposisi pemain yang diturunkan oleh Zidane, lubang paling besar adalah Marcelo dan Mendy. Varane mungkin bermain buruk, namun buruknya permainan tersebut karena back four Real Madrid tidak ada garis komando yang tepat akibat jenderal di lini ini Sergio Ramos harus absen. Marcelo sejak musim lalu sudah dipertanyakan kualitas permainannya sebagau punggawa lini belakang karena sudah kehilangan kecepatan dan juga defense awarnes yang menurun, praktis nama Mendy menjadi andalan Zidane di sisi ini. Namun ketika bek kanan murni harus absen seperti kasus tadi pagi, Zidane harus putar otak. Skuad punggawa di lini belakang membuat dia pada pilihan dilematis.
ADVERTISEMENT
1. Menurunkan Mendy di kanan dengan harapan setidaknya mampu menjaga pertahanan di sisi kanan dengan baik namun bukan tipikal inverted bek yang mana akan menumpulkan kreasi menyerangnya dan juga dapat mengalami outsapce karena tidak bermain secara alami di posisinya
2. Menurunkan Nacho sebagai bek kanan dengan harapan menjaga pertahanan namun akan rentan dieksploitasi karena Nacho bukan tipikal bek yang senang diajak berlari, hal ini juga menyangkut masalah kebugaran pemain.
3. Menurunkan Militao di sisi kanan yang mana di Porto dapat dia jalani namun tandem varane di sektor CB adalah Nacho yang angin-anginan.
4. Menurunkan Mendy di kiri dengan duet Varane Militiao di sektor duet bek tengah dan Vazquez di sisi kanan. Meskipun Vazquez dapat menjalani posisi ini dan Zidane sudah sering mencobanya di mid game akhir babak kedua atau ketika rotasi pemain pada pertandingan, pakem ini juga berisiko hujatan dan troll pada dirinya.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya Zidane memilih opsi 1 karena menurutnya ini lebih minim risikonya. Namun kejutan terjadi ketika pertandingan berlangsung. Dapat dilihat bahwa Marcelo menjadi lubang paling sering dieksploitasi oleh pemain Shaktar dan Mendy di sisi kanan pun tidak dapat bermuat banyak. Lesakan 3 gol ke gawang Cuortois adalah sinyalemen betapa buruknya garis komando lini belakang Real Madrid jika core team Zidane tidak lengkap. Hal ini dilengkapi dengan bagaimana lambatnya Zidane dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan ini selama pertandingan berjalan.
Fox in the Box
Lini serang Real Madrid belum bisa move on dari sosok CR7. Sosok penyelesai akhir di lini depan terkhusus di kotak 16 pertahanan lawan tidak dapat digantikan oleh Benzema seorang. Bukan untuk mengecilkan reputasi Benzema, namun jika berbicara tentang penyelesaian di area kotak 16, Benzema dengan sangat sedih harus saya akui masih jauh di bawah CR7. Hal ini dapat dipahami karena bentuk permainannya sekian tahun menjadi “pelayan” striker-stiker kotak penalti Real Madrid. Komposisi penyerang Real Madrid yang ada saat ini kecenderungannya adalah pembuka dan juga pelayan stiriker kotak 16 Entah mengapa Zidane tidak mengoptimalkan sosok Mariano Diaz yang memiliki atribut striker di kotak 16 ini. Jovic trengginas di Bundesliga dan Eropa ketika berseragam Eintrach Frankfurt karena bertugas jadi pembuka dan tipikal poacher untuk Rebic dan Heller. Rodrigo adalah tipikal winger yang pakemnya sama dengan Asensio dan Vinicius Junior.
ADVERTISEMENT
Inilah yang menjadi masalah pada pertadningan tadi pagi. Anda dapat melihat bahwa pemain Real Madrid begitu kesulitan bermain di kotak pinalti lawan karena kerapatan pertahanan Shaktar. Kerapatan ini juga ditambah dengan bagaiman defense awarnes tiap pemain mulai dari penyerang sampai bek agar melakukan intersep , sapuan, dan blok setiap kreasi dan peluang yang ingin diciptakan Real Madrid. Lini tengah Real Madrid tidak sanggup berjalan hanya lewat visi Modric saja, jika biasanya dia dibantu oleh Kroos yang absen pada pertandingan ini, Modric harus bekerja sendiri karena Casemiro dan Valverde harus menjadi filter awal pertahanan Real Madrid sebelum lawan masuk ke back four Real Madrid yang rentan.
ADVERTISEMENT