Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Limbah Popok Bayi Bermanfaat bagi Petani, Kok Bisa Sih?
4 Juni 2022 17:26 WIB
Tulisan dari NIKITA KHOIRUNNISA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam upaya pembangunan sekaligus perkembangan sebuah negara. Menteri Pertanian Indonesia, Syahrul Yasin Limpo turut mengamini asumsi ini. Dengan segala potensi sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia, akan mudah untuk mewujudkan cita-cita menjadi negara lumbung pangan dunia di tahun 2045 mendatang.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, lahan pertanian seluas 10,52 juta ha tidak serta-merta membuat Indonesia dengan mudah merealisasikan cita-citanya tersebut. Ada banyak kendala yang selama ini menjadikan pertanian Indonesia stagnan atau bahkan mengalami defisit pada jumlah panennya di setiap tahun. Kendala paling krusial yang bisa kita saksikan saat ini yakni krisis regenerasi petani di kalangan milenial. Asumsi ini didukung data dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian yang mengungkapkan bahwa jumlah petani muda di Indonesia pada rentang usia 20-39 hanya sekitar 8% dari total petani Indonesia saat ini (BPPSDMP, 2022). Hal ini menjadi bukti kuat bahwa tidak sedikit anak muda yang menyepelekan sektor ini. Belum lagi dengan tuntutan orang tua yang mengharuskan anaknya untuk bekerja di sektor lain dengan iming-iming kehidupan yang lebih menjanjikan.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Problematika limbah popok bayi
Kehadiran popok bayi sekali pakai dianggap sebagai penyelamat bagi ibu-ibu masa kini karena lebih praktis dan efisien daripada popok kain. Layaknya sebuah koin yang memiliki dua sisi, kehadiran popok sekali pakai yang dianggap positif juga diiringi dampak negatif. Berbagai permasalahan lingkungan hadir akibat efek penggunaan popok sekali pakai. Contohnya bisa kita amati pada kejadian banjir akibat luapan Sungai Brantas beberapa tahun silam. Setelah ditelusuri, ternyata hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya sampah yang dibuang ke perairan yang mana sejumlah 37% sampah tersebut berupa limbah popok bayi sekali pakai (National Geographic Indonesia, 2018). Ini menjadi salah satu permasalahan krusial lantaran belum ada solusi yang efektif dalam menangani hal ini.
ADVERTISEMENT
Popok sekali pakai menjadi salah satu jenis sampah yang sulit dieksekusi lantaran lapisan luarnya berasal dari bahan sintetis sehingga sulit didegradasi. Ditambah kandungan Hidrogen Superabsorben (HSA) menyebabkan popok sekali pakai memiliki sifat kelarutan dan daya serap air yang unik. Oleh sebab itu, limbahnya juga sukar untuk dibakar karena kandungan larutan didalamnya masih tersimpan dalam bentuk gel. Faktor tersebutlah yang menjadikan masyarakat di sekitar perairan Sungai Brantas memilih untuk membuang limbah tersebut ke perairan sungai.
Berangkat dari permasalahan tersebut, muncul gagasan baru terkait pemanfaatan limbah popok menjadi sistem penyiram tanaman otomastis. Mungkin terlihat aneh jika dibayangkan. Bagaimana mungkin limbah popok bisa menghasilkan air? Hal ini bisa direalisasikan lantaran kandungan (HSA) yang bentuknya mirip air menyebabkan popok memiliki daya serap yang luas jangkauannya serta kemampuan penyimpanan dalam jangka waktu yang cukup panjang (Barleany, 2013). Oleh sebab itu, pengelolaan limbah popok bayi menjadi bahan dasar untuk menghasilkan air yang nantinya bisa digunakan dalam sistem penyiram tanaman otomatis menjadi solusi paling efektif diterapkan. Selain mengurangi limbah popok, kehadiran alat tersebut juga mampu menambah inovasi teknologi di sektor pertanian sekaligus sebagai upaya untuk menarik minat milenial agar mau melirik sektor satu ini.
ADVERTISEMENT
Solusi dalam Mengurangi Limbah Popok Bayi : Automatic Watering Arduino System
Alat ini didesain dengan komponen penyusun utama berupa Arduino Mega, LCD (Liquid Crystal Display), pompa air, Sensor YI69, Relay driver, dan superabsorben. Sistem penyiram tanaman otomatis bekerja dengan cara memanfaatkan sensor kelembaban dan suhu lingkungan tanaman menggunakan sensor YI69 yang telah dikendalikan melalui pemrograman Arduino. Pada saat suhu di sekitar tanaman mengalami kenaikan, maka secara otomatis sistem akan mengalirkan air menuju tanaman dengan metode penyemprotan melalui sprayer yang terpasang di sekitar tanaman. Proses ini dimulai dari tahap pemerangkapan embun melalui superabsorben limbah popok bayi. Superabsorben dapat menahan air embun untuk disimpan sementara waktu sebelum nanti air akan dialirkan menuju tanaman melalui pompa air. Selain dapat digunakan untuk menahan dan menyimpan tangkapan embun, serpihan superabsorben yang turut mengalir melalui pompa dan mengenai tanah juga dapat membantu tanah untuk menyimpan kandungan air dalam waktu yang sedikit lebih lama dibandingkan tanah biasanya sehingga tanaman lebih rentan terhadap kekeringan.
ADVERTISEMENT