Studi Kasus Imbas Proyek Flyover JPL 64 Krian

Nisrina Nur Effendi
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam - UIN Sunan Ampel Surabaya
Konten dari Pengguna
2 November 2022 11:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nisrina Nur Effendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Nisrina Nur Effendi
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Nisrina Nur Effendi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Proyek flyover JPL 64 Krian dibangun untuk mengurai kemacetan yang sering terjadi di daerah Krian. Diketahui bahwa kecamatan Krian menjadi daerah penghubung antar kota mulai dari arah Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik. Beberapa titik lokasi daerah rawan macet sering kali terjadi di simpang lima Krian, Puskesmas Krian di jalan Setiabudi dan perlintasan kereta api di jalan Kyai Mojo.
ADVERTISEMENT
Dinas Perhubungan (Dishub) Sidoarjo menempatkan jalan Kyai Mojo dan jalan M. Yamin sebagai tiitk lokasi proyek flyover JPL 64 Krian. Ditargetkan akan rampung pada akhir tahun 2023, proyek ini dimulai pada bulan September dan telah melakukan pembongkaran lahan bangunan yang terdampak pada Maret lalu. Untuk mengatasi kemacetan, Dishub memberlakukan jalur satu arah di jalan Kyai Mojo. Sementara masyarakat dialihkan ke jalur alternatif.
Meski separuh jalan telah ditutup, tetap tidak mengurangi intensitas kemacetan. Banyak anak sekolah dan masyarakat yang hendak bekerja menuju arah Sidoarjo ataupun sebaliknya. Masyarakat lebih memilih terjebak macet karena jalan Kyai Mojo menjadi jalur utama dan rute yang terdekat. Apalagi ketika pagi dan sore hari, kemacetan tidak dapat dihindari.
ADVERTISEMENT
Imbas dari proyek ini adalah masyarakat di alihkan ke jalan Katerungan sebagai upaya mengurangi kemacetan. Padahal jalan ini merupakan kawasan padat penduduk dan kondisi jalan banyak yang rusak. Di sisi lain, ternyata beberapa jalur alternatif juga terlihat sedang melakukan perbaikan jalan. Seperti yang terlihat di jalan Junwangi, yang mana perbaikan jalan dilakukan di sepanjang desa bahkan sampai di tutup total.
Penulis memandang bahwa jalur alternatif juga tidak dapat dijadikan sebagai pengganti jalur utama. Penyebabnya adalah pembangunan proyek flyover dan perbaikan jalan yang dilakukan di waktu bersamaan. Kondisi jalan yang sempit dan hanya satu arah menjadi penghambat pengendara. Belum lagi banyak orang tua yang mengantar dan menjemput anak - anak sekolah. Pembangunan proyek perumahan pun turut menambah kemacetan karena terhambat dengan lalu lalang kendaraan proyek.
ADVERTISEMENT
Jika masyarakat dialihkan ke semua jalur alternatif, bukan tidak mungkin jalur tersebut juga menjadi macet. Jalur utama menjadi macet karena imbas proyek flyover. Jalur alternatif juga macet karena perbaikan jalan rusak dan kawasan padat penduduk. Lalu bagaimana masyarakat sekitar dan pengguna jalan lainnya dapat mengatasi kemacetan?