Konten dari Pengguna

Uniknya Khotbah Jumat di Brunei

Nur Janna
A Mother, Food Lover, and Traveler
18 Maret 2021 10:55 WIB
clock
Diperbarui 8 April 2021 9:47 WIB
comment
21
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Janna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mesjid Omar Ali Saifuddien di Bandar Seri Begawan, Ibukota Negara Brunei Darussalam.                     Kredit foto: by Dauby, trekearth
zoom-in-whitePerbesar
Mesjid Omar Ali Saifuddien di Bandar Seri Begawan, Ibukota Negara Brunei Darussalam. Kredit foto: by Dauby, trekearth
ADVERTISEMENT
Suatu siang di minggu-minggu awal kedatangan saya ke Brunei, suami saya pulang salat Jumat sambil berkomentar, “Salat di sini khotbahnya kurang seru, tapi adem. Soalnya, isinya hanya tentang Brunei aja.” Saya jadi terpancing untuk berdiskusi lebih jauh tentang statement barusan. Memang khotbah salat Jumat di Indonesia, khususnya Jakarta, seperti apa?
ADVERTISEMENT
Di suatu artikel yang saya baca, khotbah Jumat - khususnya di Jakarta - kerap dijadikan sebagai penyampaian pandangan politik dan ideologi. Kejadian ini ternyata sudah lama terjadi, bahkan sebelum insiden surat Al-Maidah 51. Menjelang pemilihan umum, khotbah jumat sering membawa agenda-agenda politik khatibnya.
Mengutip dari artikel tersebut, gejala penggunaan khotbah untuk kepentingan politik dan ideologi tertentu - khususnya kelompok garis keras - mulai marak sejak paskareformasi 1998. Karena di masa pemerintahan Soeharto, kelompok itu tidak memiliki ruang untuk melebarkan sayap.
Mesjid Jame Asr di Brunei. Kredit foto: https://theworldtravelguy.com/
Di sini saya tidak akan membahas benar atau salahnya sebuah khotbah Jumat membawa agenda politik dan ideologi. Namun, suami mengatakan bahwa ia tidak nyaman saat ada agenda tersebut di dalam khotbah Jumat. Karena menurutnya, khotbah itu sudah masuk ranah politik praktis. Khatib, dengan lantang berani menyebut nama tokoh yang diusung atau dibencinya, atau menggiring opini jemaah untuk meyakini sebuah ideologi yang diyakininya. Sampai sini saya paham mengapa suami mengeluarkan kata ‘adem’ dalam statement-nya.
ADVERTISEMENT
Di Brunei, khotbah Jumat tidak bisa ‘terserah’ khatib. Draf khotbah harus melalui atau berasal dari Jabatan Hal Ehwal Mesjid, Kementerian Hal Ehwal Ugama Negara Brunei Darussalam (Kementerian Agama Brunei). Draf itu harus sudah ada satu minggu sebelum salat Jumat berikutnya. Setelah draf disetujui, seluruh mesjid di Brunei harus membacakannya. Iya, seluruh mesjid, tanpa terkecuali. Artinya, jangankan membawa-bawa politik dan ideologi, kata-kata yang tidak baku pun tidak akan ditemukan dalam khotbah Jumat di Brunei.
Royal family Brunei tengah melaksanakan salat. Kredit foto: brudirect
Hal menarik lainnya adalah, draf khotbah juga boleh dikeluarkan oleh kementerian atau lembaga negara lainnya. Sebagai contoh, salah satu kawan di Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan (Kementerian Pemuda dan Olahraga Brunei), mengatakan kalau kantornya telah booking jadwal khotbah untuk Hari Kebangsaan Brunei pada bulan Mei dengan tema ‘keluarga.’ Suami saya bahkan pernah mendengar khotbah Jumat yang mengajak jemaah untuk berhati-hati dalam berkendara dan agar mengikuti peraturan lalu-lintas. Pernah juga tentang perekonomian Brunei yang disusun oleh Kementerian Kewangan dan Ekonomi.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya bersifat informatif, khotbah Jumat di Brunei pun juga memiliki sifat mengedukasi. Menurut suami, ia kerap mendengar khotbah mengenai kisah nabi atau sejarah Brunei. Dari kedua hal tersebut, bisa dikatakan bahwa khotbah Jumat di Brunei bertujuan sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah dalam memberikan informasi dan edukasi.
Bukan di Marakesh, Mesjid Ash Shaliheen ini terletak di Bandar Seri Begawan, Brunei. Kredit foto: storyinmyliveblog
Wait, berarti cuma laki-laki doang dong, yang bisa mendapatkan informasi dan edukasi tersebut?
Ini keunikan lainnya. Di Brunei, setelah salat Jumat selesai, isi khotbah tersebut akan beredar di Pelita Brunei, salah satu surat kabar di Brunei. Selain itu juga akan beredar di akun media sosial milik kementerian/lembaga yang bersangkutan, yaitu berupa infografik dari isi khotbah dan dibuat dalam Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris.
Contoh salah satu infografik khotbah Jumat di Brunei
Saya kira, di Indonesia tidak jauh berbeda. Saya melihat di youtube, banyak juga khotbah-khotbah Jumat yang berisikan tentang informasi dan edukasi. Hanya saja, karena tidak ada satu lembaga yang khusus mengatur tentang khotbah Jumat, setiap orang bebas berbicara dan menyampaikan agendanya. Menurut saya, suami saya hanya sedang apes saja pernah mendengar khotbah yang sifatnya mempengaruhi pilihan politik dan ideologi.
Mesjid Omar Ali Seifuddien juga dikenal sebagai the floating mosque. Kredit foto: shutterstock