Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Seni Teater Kian Diminati Kalangan Masyarakat dan Milenial
1 Desember 2022 19:24 WIB
Tulisan dari Hartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kini, apresiasi masyarakat terutama ‘milenial’ mengenai teater sudah mulai membaik. Dulu, di setiap pertunjukan teater bisa dibilang penontonya dapat dihitung dengan jari. Bukan karena tempat pertujukannya yang kecil, melainkan masyarakat yang menganggap teater sebagai pertunjukan yang telah kuno. Hal ini juga, dalam cerita teater yang dianggap monoton bagi kalangan milenial menjadikannya cenderung bosan untuk ditonton.
ADVERTISEMENT
Kalau kita presentasikan dari penontonnya, dengan sebuah pertunjukan teater yang menghabiskan waktu, tenaga, bahkan biaya. Kira-kira, mereka dapat berapa persen dari hasil pertunjukan? Atau malah menombok pasca pertunjukan? Ternyata, tidak juga sedikit grup teater yang mengeluarkan biaya dari kantongnya sendiri pasca pertunjukan. Masalahnya sama, nyaris bisa ditemukan dari Aceh sampai Papua. Selain karena penontonnya yang sedikit, minat investor yang kurang, sampai dukungan pemerintah yang kurang. Namun, para pegiat seni teater tidak memandang teater sebagai kacamata ekonomis. Teater bukan untuk mencari keuntungan. Teater adalah jalan untuk memanusiakan manusia. Itulah kalimat yang saya dengar dari salah satu teman saya yang juga bergabung disalah satu teater di kampus.
Apresiasi penonton semakin menanjak ketika hadirnya Festival Teater Kampus Jakarta (FTKJ) 2022. Ketika pementasan teater lonceng di Amphi Teater Taman Tekno 2, (22-23/9/22). Saya melihat banyak penonton yang hadir dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, wirasuwasta, hingga pegiat seni. Tercatat selama dua hari pementasan tersebut hampir 250 tiket terjual. Rido (20) ia merasa tertarik terhadap pementasan teater, ini merupakan pertama kali ia melihat pementasan teater. “Ketika saya melihat pementasan teater yang pertama kali di Amphi tersebut, jiwa seni saya mulai tergugah. Sehingga saya betul-betul menikmati pementasan teaternya,” pungkasnya. Ini menandakan bahwa masyarakat terutama milenial sudah mulai memperhatikan teater.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya dalam bentuk apresiasi, pandangan masyarakat terhadap teater pun sudah mulai membaik. Dulu, banyak yang menganggap orang yang bermain teater itu orang yang tidak rapi, kotor, dan cenderung terkenal dengan orang yang urakan. Namun, hingga kini pun masih ada beberapa masyarakat yang beranggapan seperti itu. Hal ini karena masyarakat awam yang masih susah dalam memamahi teater.
Orang yang berteater dengan orang yang bukan teater jelas berbeda. Orang yang berteater yang terkenal seperti itu, itu karena atas dasar dirinya sendiri. Ia ingin berekspresi bebas tanpa ada yang membatasi. Memang, ia tidak ingin dibatasi. Oleh karena itu, memang tidaklah mudah untuk mengubah mindset masyarakat awam terhadap seni teater. Semua membutuhkan proses yang panjang.
ADVERTISEMENT
Stigma seseorang yang menilai teater dari sisi negatif bisa dikatakan orang yang masih tahap mencari jati diri. Namun, hal ini justru menjadi pembuktian terhadap pemain teater bahwa dalam dunia seni teater ada nilai-nilai positif. Sebagaimana fungsi seni teater itu sendiri, yaitu teater pada khususnya adalah bermanfaat dan menyenangkan dulce et utile. Disamping berfungsi sebagai hiburan (menyenangkan), seni teater juga bermanfaat (berguna). Bermanfaat, artinya bahwa dalam seni teater ada pesan yang ingin disampaikan berupa pengetahuan, pendidikan, pengajaran, dan penerangan. Meskipun demikian, selain fungsi teater sebagai sarana pendidikan dan hiburan, seni teater juga dapat sebagai membentuk kepercayaan diri, berkepribadian, berimajinasi, berkarakter kreatif, dan sebagai ruang untuk berekspresi. Itu yang dikatakan banyak orang, terutama pemain teater.
ADVERTISEMENT
Terpenting, supaya teater tetap terus diapresiasi dan tetap eksis, teater seharusnya muncul sebagai hobi sekaligus profesi. Teater seharusnya muncul dikurikulum pendidikan. Dan cara memajukan teater di Indonesia ini harus disesuaikan dengan karakter bangsa juga karakter di setiap grupnya.