Konten dari Pengguna

Kontribusi IQ dalam Pemaksimalan Praktik Psikologi Pendidikan

Nova Pebriyani
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
20 Oktober 2024 13:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nova Pebriyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Intelligence Quotient atau yang lebih dikenal sebagai IQ, adalah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh psikolog asal Prancis, Alfred Binet, pada awal abad ke-20 untuk mengelompokkan tingkat kecerdasan manusia. Kemudian, Lewis Terman dari Universitas Stanford mengadaptasi tes IQ Binet dan menyusunnya dengan norma populasi, sehingga dikenal sebagai tes Stanford-Binet. Pada masanya, kecerdasan intelektual dipandang sebagai satu-satunya bentuk kecerdasan yang hanya berhubungan dengan aspek kognitif setiap individu.
ADVERTISEMENT
Hasil tes kecerdasan biasanya dinyatakan dalam bentuk IQ yang merupakan angka yang dihasilkan setelah jawaban dari tes kecerdasan diolah. Angka tersebut menunjukkan tingkat intelegensi. Semakin tinggi angkanya, diasumsikan semakin tinggi pula tingkat intelegensi siswa yang mengikuti tes. Dari pendapat ini, dapat disimpulkan bahwa IQ adalah hasil dari tes intelegensi dalam bentuk angka, sehingga tes intelegensi sering disebut sebagai tes IQ.7 Berikut ini adalah klasifikasi tingkat IQ seseorang berdasarkan Tes Binet tahun 1937.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IQ
Ada pandangan yang menekankan peran faktor bawaan (pendekatan kualitatif) dan ada juga yang menekankan pentingnya proses pembelajaran (pendekatan kuantitatif). Berdasarkan kedua pandangan tersebut, dapat diketahui bahwa IQ dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
ADVERTISEMENT
1. Faktor bawaan, Faktor bawaan adalah faktor utama yang mempengaruhi kecerdasan. Faktor ini berasal dari sifat-sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah sangat dipengaruhi oleh faktor bawaan ini. Oleh karena itu, dalam satu kelas dapat ditemukan siswa dengan tingkat kecerdasan yang berbeda, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2. Faktor minat dan bakat khusus, minat seseorang dapat menjadi pengarah tindakan dan menjadi pendorong utama dalam bertindak. Setiap individu memiliki dorongan atau motivasi yang membuatnya berinteraksi dengan dunia sekitar. Hal-hal yang diminati seseorang dapat memberikan dorongan untuk lebih berusaha dan mencapai hasil yang lebih baik.
3. Faktor pembentukan, pembentukan mencakup semua pengaruh eksternal yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan. Ini bisa berupa pembentukan yang disengaja, seperti yang dilakukan di sekolah, atau yang tidak disengaja, seperti pengaruh lingkungan alami di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
4. Faktor kematangan, setiap organ dalam tubuh manusia berkembang seiring waktu. Suatu organ, baik fisik maupun psikis, dianggap matang ketika telah berkembang secara optimal dan mampu menjalankan fungsinya. Misalnya, anak-anak mungkin belum mampu menyelesaikan soal-soal matematika di kelas empat SD karena organ tubuh dan fungsi psikis mereka belum sepenuhnya matang untuk menangani masalah tersebut. Kematangan ini erat kaitannya dengan usia.
5. Faktor kebebasan, kebebasan ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk memilih metode tertentu dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, kebebasan ini juga mencakup kebebasan untuk memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
6. Faktor lingkungan, perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang diterima. Ada hubungan antara nutrisi yang baik dengan tingkat IQ seseorang. Pemberian makanan bergizi merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting, selain itu, guru, serta rangsangan kognitif dan emosional dari lingkungan juga berperan signifikan, seperti pendidikan, pelatihan keterampilan, dan lainnya.
ADVERTISEMENT