Konten dari Pengguna

Resensi Novel Atheis dan Penokohannya - Achdiat K. Mihardja

NOVIA FITRI ZAHROH
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3 Mei 2023 17:51 WIB
clock
Diperbarui 15 Juni 2023 15:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NOVIA FITRI ZAHROH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar novel Atheis, karya Achdiat K. Mihardja (Sumber: gambar pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Gambar novel Atheis, karya Achdiat K. Mihardja (Sumber: gambar pribadi).
ADVERTISEMENT
A. Identitas Buku
ADVERTISEMENT
B. Resensi Buku
Novel Atheis merupakan salah satu karya sastra yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1949. Novel Atheis ini merupakan karya sastra yang ditulis oleh Achdiat K. Miharja. Novel ini membahas tentang persoalan agama dan membahas mengenai keadaan kelas sosial pada masa penjajahan Jepang di Indonesia.
Hasan adalah seorang ahli agama. Dari kecil Hasan didik keras oleh Ayahnya tentang agama, dan lingkungannya pun mendukung akan hal itu. Ibunya selalu menyuruh Hasan untuk selalu beribadah kepada Allah Swt. dan selalu mengingatkan Hasan untuk selalu berbuat keebaikan. Bibinya juga selalu mendongengkan Hasan tentang apa itu Neraka. Hasan kecil sudah takut akan Neraka, orang yang tidak taat beribadah dan selalu melanggar perintah agama akan dimasukkan ke dalam Neraka. Itu semua yang membuat Hasan selalu taat beribadah karena dihantui rasa takut akan Neraka.
ADVERTISEMENT
Ketika Hasan dewasa, ia sangat menyukai sosok Rukmini. Wanita pujaannya itu akan segara ia nikahi, tetapi itu semua tidak terpenuhi karena perbedaan kasta kedua manusia itu. Pada saat itu, kasta sangat berpengaruh akan keberlangsungan pernikahan antara kedua manusia. Sejak saat itu Hasan mulai mendalami agama dan ikut memeluk Tarekat Qadariyah yang sudah lama diikuti oleh kedua orangtuanya. Hasan juga mulai melakukan kegiatan yang sesuai dengan pemahamannya itu, dari puasa berturut-turut, salat malam, berdiam diri di kamar, hingga berendam di Sungai. Keikutsertaan Hasan untuk memeluk Tareqat Qadariyah, membuat kedua orangtuannya senang dan merasa aman karena anaknya itu akan selamat dari kehidupan dunia dan juga kehidupan akhirat.
Hasan mulai merantau ke Bandung, ia bekerja dibawah pemerintahan Jepang. Bandung menghadirkan banyak cerita, menghadirkan perselisihan, pelarian, perceraian, serta menghadirkan beberapa pertanyaan akan keraguaan keimanan yang ada dalam dirinya.
ADVERTISEMENT
Ditempat kerjanya Hasan bertemu dengan Rusli, teman masa kecilnya. Rusli datang bersama perempuan disebelahnya, Kartini namanya. Hasan mengira sosok Kartini adalah istri dari teman lamanya itu. Perempuan itu membuat fokus Hasan teralihkan, karena sosoknya yang mirip sekali dengan mantan pujaan hatinya itu, Rukmini. Seperti halnya pertemanan yang sudah lama tidak bertemu, Rusli mengajak Hasan untuk datang ke rumahnya esok hari.
Keesokan harinya datanglah Hasan ke rumah Rusli. Terjadilah obrolan diantara mereka, hingga akhirnya terungkaplah sosok Kartini yang hanya menjalin pertemanan dengan Rusli. Pertemanan diantara manusia memang tidak semuanya mulus, sama halnya dengan pertemanan Hasan dan Rusli yang memiliki perbedaan dalam hal keyakinana. Hasan sebagai seorang ahli agama sedangkan Rusli dan Kartini memeluk keyakinan marxisme. Sebuah keyakinanan yang memandang agama sebagai "candu" yang dimanfaatkan oleh kelas penguasa untuk memberikan harapan palsu bagi kelas buruh.
ADVERTISEMENT
Hasan bertekat untuk mengislamkan kedua temannya itu. lebih tepatnya untuk mengislamkan Kartini, sang pujaan hati. Perjalanan Hasan untuk mengislamkan mereka tidaklah mulus. Terjadi adu argumen diantara mereka, Rusli menyampaikan pendapatnya dengan pemahamannya yang sangat jelas dan disertai dengan pemahaman logika yang sesuai dengan kenyatan yang ada. Pemahaman Hasan yang kurang cukup, membuat dirinya menanyakan akan keislaman dirinya dan ia setuju atas pemahaman yang diujarkan oleh Rusli. Setiap harinya mereka selalu membahas tentang pandangan marxisme serta pandangan Islam. Hingga pada akhirnya, Hasan ikut meyakini paham marxisme sama seperti kedua temannya itu, tetapi ia tak mau disebut sebagai seorang atheis.
Rusli selalu mengajak Hasan untuk menghadiri pertemuan dengan beberapa temannya yang memeluk paham marxisme. Hal itu membuat Hasan yakin dengan paham yang ia peluk sekarang karena agama tak sejalan dengan logika dan sains kebenaran. Terjadi perubahan 180 derajat dalam diri Hasan, tidak ada lagi sosok Hasan yang rajin beribadah. Bahkan hasan lebih memilih nonton Bioskop bersama Kartini disaat waktu magrib dan bercumbu mesra dengan Kartini di muka umum.
ADVERTISEMENT
Kini Rusli tidak lagi tinggal sendiri, Anwar adalah teman lamanya yang kini tinggal bersama Rusli setelah pergi dari rumahnya dikarenakan berbeda pemahaman dengan orang tuanya itu. Kedatangan Rusli itu membuat ketakutan dalam diri Hasan, entah alasan apa yang membuat Hasan sangatlah tidak suka dengan sosok Anwar yang selalu ingin menonjol dalam hal sesuatu, apalagi Hasan melihat Anwar selalu memandangi Kartini, pujaan hati Hasan.
Rasa tidak suka itu sepertinya dilupakan oleh sosok Hasan. Kini Hasan dan Anwar berteman baik, bahkan Hasan pergi ke rumah kedua orangtuanya bersama Anwar. Mulailah bencana yang terjadi dalam keluarga Hasan. Ketidak konsistenan diri Hasan yang membuat Anwar meyakinkan Hasan untuk tidak lagi berpura-pura sebagai anak yang rajin beribdah didepan kedua orangtunya itu. Anwar mendesak Hasan untuk segera berterus terang kepada kedua orangtuanya tentang Tuhan adalah diri kita sendiri. Terjadilah percekcokan antara Hasan dan Ayahnya. Kedua orangtuanya itu merasa kecewa atas kesaksian yang Hasan berikan. Hasan teguh dengan pemahaman marxismenya dan lebih memilih untuk memutuskan hubungan dengan kedua orangtuanya itu.
ADVERTISEMENT
Setibanya di Bandung, ia langsung mencurahkan isi hatinya kepada kekasihnya serta Rusli. Hingga akhirnya Hasan menikah dengan Kartini tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya itu. Dua tahun pertama tak ada perselisihan diantara pernikahan mereka, hingga pada tahun ketiga dan keempat hari-hari meraka selalu diwarnai dengan percekcokan. Kedekatan Kartini dengan Anwar selalu menjadi akar permasalahan dari keributan pernikahan mereka. Ditambah lagi Kartini juga mempermasalahkan tentang surat yang dikirimkan kedua orangtua Hasan yang mencela dirinya dan menyuruh Hasan untuk menikahi Fatimah, anak angkat mereka.
Bercerailah mereka, kini hari-hari Hasan selalu diwarnai tentang penyakit TBC yang menggerogoti tubuhnya. Ia pun pulang ke rumah kedua orangtuanya, karena ia mendengar bahwa Ayahnya sedang sakit keras. Kedatangannya Hasan tak membawa kabar bahagia, justru penolakan dari Ayahnya yang meminta Hasan untuk menjauhi Ayahnya. Ayah Hasan meninggal, Hasan kembali ke Bandung. Malam datang, Hasan harus menginap di sebuah penginapan untuk menghindari para tentara jepang yang sedang berkeliaran. Tertulislah nama “Anwar dan istri” di buku tamu peninapan itu, Hasan menanyakan kepada pihak penginapan, dan ia sangat yaakin perempuan yang dimaksud itu adalah Kartini, mantan istrinya.
ADVERTISEMENT
Berapi-api Hasan menggalkan tempat penginapan itu, ia tak memperdulikan keadaan tubuhnya yang sudah melemah, dan suasana malam yang genteng karena para tentara yang terus berkeliaran. Semua orang berlarian, Hasan tetep teguh untuk pergi membunuh Anwar. Hingga pada akhirnya peluru itu mendarat halus di paha kiri Hasan.
C. Penokohan
Terdapat beberapa tokoh dalam novel atheis:
1. Hasan
Hasan adalah seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang agamis. Ia mendapat didikan keras oleh Ayahnya tentang agama, dan ia dipersiapkan untuk menjadi sosok intelektual. Ketaatannya dalam beribadah tidak dilandaskan akan kewajiban seorang muslim, tetapi didasarkan akan ketakutan keberadaan Neraka yang selalu terbayang dalam dirinya. Sosok Hasan digamnbarkan sebagai orang yang tidak memeliki pendirian, ia mudah terhasut akan sesuatu yang sedang menimpa dirinya dan juga terlalu dibutakan akan bubu cinta kehidupan. Hasan meragukan keimanan yang ada dalam dirinya, ia memandang bahwa agama tidak bisa mendukung pemikiran modern, tidak bisa diterima logika, dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
ADVERTISEMENT
2. Kartini
Kartini adalah sosok wanita modern. Seorang janda yang menginginkan kebebasan setelah kebahagaiaan hidupnya dirampas oleh saudagar arab yang menikahi dirinya. Ia memiliki paham marxisme, paham yang sama dengan Rusli dan Anwar. Kartini sosok wanita yang merubah Hasan, wanita yang mengubah Hasan dari yang bersikap alim menjadi laki-laki modern yang bebas. Bahkan kebebasannya itu bukan mengantarkan kebahagiaan, tetapi mengantarkan pada kehancuran.
3. Rusli
Rusli adalah teman masa kecil Hasan. Rusli yang kecil selalu usil menganggu Hasan yang berbibadah. Tetapi pertemanan mereka tetap terjalan, bahkan hingga sampai berbeda keyakinan. Rusli memegang paham bahwa tidak ada kelas sosial, tidak ada kelas buruh dan kelas penguasa, semua itu sama halnya, mereka sederajat. Rusli memiliki pengetahuan yang luas, cara bicaranya seakan membuat lawan bicaranya itu nyaman akan ucapan yang Rusli lontarkan. Rusli menyampaikan pendapatnya kepada hasan dengan kata-kata yang mudah dipahami, sesuai logika, mengikuti zaman yang modern, dan bahkan kata-katanya sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal itulah yang membuat sosok Hasan murtad dari agamanya.
ADVERTISEMENT
4. Anwar
Anwar adalah teman Rusli, mereka berteman dikarena meyakini paham yang sama yaitu marxisme. Anwar meyakini bahwa tidak ada kelas sosial antar masyarakat, tidak ada kelas buruh dan kelas penguasa, semua itu sama halnya, mereka sederajat dalam bermasyarakat. Anwar selalu berpegang teguh pada pendiriannya bahwa Tuhan adalah diri kita sendiri. Anwar menjadi sosok yang selalu ingin menonjol dalam hal apapun, ia selalu menggunakan berbagai cara agar keingannnya itu akan terkabul. Anwar adalah sosok lelaki yang selalu mempermainkan perempuan. Bahkan kawannya sendiri, Kartini.