Aku Cinta Shazam!

Novianti Putri
Personal writing and not related to advertorial. Mostly about superhero, badminton, traveling, and food.
Konten dari Pengguna
7 April 2019 11:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novianti Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
SHAZAM! merupakan superhero yang punya jiwa anak remaja Foto: Warner Bros.
zoom-in-whitePerbesar
SHAZAM! merupakan superhero yang punya jiwa anak remaja Foto: Warner Bros.
ADVERTISEMENT
Sebagai pencinta superhero, gue selalu mendapatkan pertanyaan sama -- yang lagi-lagi gue malas untuk menjawabnya; lo lebih memilih Marvel atau DC? Eh, tapi lo lebih sering nge-share tentang Marvel, berarti lo anaknya Marvel banget dong?
ADVERTISEMENT
Jawaban gue: BIG NO!
Sebagai penikmat, pencinta, geek... apalah itu sebutannya. Gue tergolong biseksual, maksudnya, sama-sama menikmati keduanya -- Marvel maupun DC. Emangnya bisa? Tentu bisa! Karena menurut gue, dua universe ini memiliki pendekatan berbeda yang bisa lo nikmati dengan cara yang berbeda juga.
Gampangnya, ketika lo nonton Marvel, lo diajak untuk senang-senang, bermain teka-teki, menebak-nebak. Enggak jarang lo dibuat ketawa terbahak-bahak, atau bahkan sedih dan akhirnya overthink. Dengan DC, lo harus bersikap lebih dewasa, menerima sedikit kekurangan tapi banyak pelajaran yang bisa didapatkan, salah satunya pengetahuan tentang mitologi ataupun sejarah. Uniknya lagi, beberapa kali lo juga diajak untuk 'main-main' ke sisi gelap dalam kehidupan seseorang, walaupun disampaikannya secara tersirat.
ADVERTISEMENT
Buat gue, baik Marvel atau DC memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sebagai penikmat, kita cukup menikmati dan mengapresiasinya.
Well, segitu aja prolognya. Sekarang gue mau masuk ke bahasan utama yaitu salah satu film terbaru dari DC, Shazam!
Isu hubungan dalam keluarga cukup kental dalam alur cerita Foto: Warner Bros.
Mengutip lama Fandom:
S -- for the wisdom of Solomon (A King)
H -- for the strength or Hercules (A Demigod)
A -- for the stamina of Atlas (A Titan)
Z -- for the power of Zeus (A God)
A -- for the courage of Achilles (A Hero)
M -- for the speed of Mercury (A God)
Di sini, gue tidak akan membahas sosok si Shazam, karena jujur... gue belum baca komiknya. Jadi tidak etis rasanya jika sok tahu tentang hal yang sebenarnya lo enggak tahu. Tapi di sini, gue mencoba untuk menuangkan kebahagiaan selama dua kali nonton Shazam di bioskop.
ADVERTISEMENT
Sejak pertama kali melihat trailer Shazam, gue langsung dibuat bertanya-tanya; Okay, di saat Marvel mencoba sedikit gelap, kompleks, dan depth dengan hadirnya Avengers: Infinity War, DC malah ngeluarin trailer Shazam yang ngebanyol abis dengan tone warna yang cerah. Okay, ada apa ini?
Waktu berlalu, akhirnya tibalah kita di bulan April 2019. Bulan yang ditunggu-tunggu oleh para pencinta superhero di seluruh dunia. Karena apa? Of course karena Avengers: Endgame yang menjadi seri pamungkas perjalanan Earth’s Mightiest Heroes sebelum masuk ke phase 4.
Namun sebelum itu, tepatnya pembukaan bulan April, pencinta superhero diberikan hadiah oleh DC dengan hadirnya Shazam, yang menurut banyak review merupakan salah satu film DC terbaik. Well, I totally agree with that. But of course, after The Dark Knight Trilogy.
ADVERTISEMENT
Memasuki bioskop untuk pertama kalinya, gue nggak punya ekspektasi apa-apa terhadap Shazam. Di dalam otak gue cuma berkata, “Okay, gue cuma mau menikmati film ini seperti menikmati Aquaman dan otot Jason Momoa.” (He he he sorry guys!)
Awal film diputar, hmm... masih dengan nuansa kelam ala DC yang selalu kita lihat dalam beberapa tahun belakangan ini. Namun ketika film beralih ke masa kini (present day) suasana langsung berubah 360 derajat; terang, cheerful, sambil ditemani dengan lantunan lagu yang membuat kaki penonton ikutan menepuk tanah.
SHAZAM! bermain-main dengan kekuatan barunya Foto: Warner Bros.
Sama seperti yang terlihat dalam trailernya, sepanjang film gue dibuat ketawa, bahkan beberapa kali ketawa ngakak karena banyolan para pemainnya. Jokes yang ringan, family-friendly, ditambah dengan penampilan aktor-aktornya yang receh, membuat gue lupa akan kemumetan pekerjaan atau jalanan macet.
ADVERTISEMENT
Asli, percaya atau enggak, gue rasa Shazam adalah film yang paling sering bikin ketawa di bioskop. Dan ironinya, film ini berasal dari DC yang dikenal dengan stigma gelap-gelapannya.
Tidak hanya soal kelucuan, Shazam juga menampilkan sisi kekeluargaan yang sangat kental. Sempat hampir meneteskan air mata di momen-momen akhir film, tapi akhirnya masih tertahankan. Dan tidak hanya itu, Shazam juga bikin gue teriak di dalam bioskop ketika -- (Spoiler, jadi gue nggak akan bilang. Nanti kalau kalian nonton pasti juga akan merasakannya sendiri kok, he he he).
Intinya, gue setuju dengan review yang mengatakan kalau Shazam! adalah salah satu film terbaik dari DC. Yes, with no doubt, I agree with that. Menurut gue, DC juga lagi ada dijalan yang benar sekarang, Aquaman is good, Shazam! is great, dan gue berharap film lainnya juga akan semakin bagus. Enggak apa-apa satu tahun satu film, yang penting kualitasnya bisa bagus, bener kan?
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi, gue tidak akan membandingan Shazam dengan film-film yang sudah diproduksi Marvel. Karena apa? Seperti yang gue bilang tadi, kita bisa menikmati dua universe ini dengan cara yang berbeda. Tapi kalau maksa mau membandingkan, gue lebih suka Shazam! ketimbang Captain Marvel. Shazam pun masuk ke dalam enam teratas film superhero favorit gue setelah; Black Panther, The Avengers, The Dark Knight, Iron Man, Thor: Ragnarok, dan Shazam!
Last but not least, enggak sabar nunggu Shazam berikutnya. Apalagi dari rumor yang beredar, Black Adam yang diperankan oleh Dwayne Johnson bakal jadi musuh utama di seri lanjutannya. Hmm menarique! Sekarang geeks, bersiap untuk babak final di Avengers: Endgame, yuk!
-NRP