Selamat Datang Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut Terbesar di Dunia

Konten dari Pengguna
7 Mei 2018 7:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novrida Masli-Suwito tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Selamat Datang Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut Terbesar di Dunia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Air laut di Selat Larantuka, Flores mulai pasang sore itu. Sejumlah nelayan mulai bersiap untuk melaut. Mereka sudah terbiasa menambatkan perahunya jauh ke dalam ke arah pantai, karena selisih pasang surut muka air laut di daerah ini cukup besar, antara 3-5 meter. Bahkan ada nelayan yang konon pernah menyaksikan selisih pasang surut yang mencapai 8 meter di salah satu titik di garis pantai Larantuka.
Ternyata perilaku pasang surut air laut itu menimbun sebuah potensi energi luar biasa. Semakin besar selisihnya, semakin besar pula potensi energinya. Dengan teknologi yang tepat, energi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Dan persis itulah yang akan terjadi. Sebuah pembangkit listrik tenaga pasang surut air laut terbesar di dunia akan dibangun di tempat ini.
ADVERTISEMENT
Apa itu Energi Pasang Surut
Pasang surut air laut bisa dijelaskan seperti ini. Air pasang berarti permukaan air laut naik, ditandai sedikitnya permukaan pantai yang tidak tertutup air laut. Air surut berarti sebaliknya, permukaan air laut turun, ditandai dengan semakin luasnya bibir pantai yang tidak tertutup air laut. Hal ini terjadi akibat interaksi gaya gravitasi dan sentrifugal antar bumi, matahari dan bulan. Siklusnya periodik dan menghasilkan 2 air pasang dan 2 kali air surut, atau total 4 pasang surut dalam 24 jam, di semua belahan bumi.
Dalam risetnya pada tahun 2001, peneliti Desplanque & Mossman 2001 mengidentifikasi selisih pasang surut terbesar di dunia adalah di Baie du Mont-Saint-Michel di Perancis (setinggi 13,5 m), Severn Estuary di utara Inggris (15m) dan di Bay of Fundy di Canada (16m). Seseorang merekam pasang surut di Bay of Fundy dan mengunggahnya di Youtube. Pemandangan luar biasa dan cukup ekstrim. Nah, meskipun tidak termasuk dalam rekor dunia, pasang surut di Larantuka telah dievaluasi dan dinilai dapat menghasilkan energi listrik yang cukup besar. Total potensi yang ada disinyalir dapat menghasilkan 300 MegaWatt (MW), namun proyek yang akan dibangun hanya akan menghasilkan daya terpasang sebesar 18 - 23 MW. Itupun membutuhkan investasi awal sebesar 200 juta USD atau sekitar 3 triliun Rupiah.
ADVERTISEMENT
Pasang surut tidak sama dengan ombak. Ombak merupakan gelombang air laut yang mengalir dan bergerak ke seluruh permukaan air laut dan samudera di seluruh dunia. Ini diakibatkan oleh tiupan angin, pemanasan permukaan air laut, serta perbedaan kerapatan dan kadar garam air laut di setiap tempat di dunia. Kecuali dalam badai, ombak biasanya bergerak lambat, tidak periodik dan tidak begitu dapat diprediksi, sehingga bukanlah sumber energi yang potensial.
Proyek Pembangunan Pembangkit
Untuk mengubah energi pasang surut menjadi listrik, sebuah jembatan yang akan dinamai Pancasila-Palmerah akan dibangun di sepanjang selat. Ini berfungsi sebagai bendungan, yaitu untuk menampung sehingga memperbesar energi kinetik pergerakan pasang surut. Kemudian turbin-turbin seperti kincir angin akan dibangun di bawah laut persis pada jembatan tersebut. Turbin inilah yang menggerakkan generator yang dapat mengubah energi kinetik pasang surut menjadi energi listrik. Sesederhana itu.
ADVERTISEMENT
Pembangunan akan dilakukan oleh konsorsium antara PJB (bagian dari PLN) dengan Tidal Bridge BV, sebuah joint venture antara perusahaan konstruksi pembangkit Strukton International dan lembaga pembiayaan dari Belanda DEC (Dutch Expansion Capital).
Arti Penting Proyek bagi Indonesia
Proyek pembangunan pembangkit listrik ini merupakan perwujudan dari komitmen pemerintahan Presiden Joko Widodo yang menargetkan pengadaan energi sebesar 35.000 MegaWatt bagi program percepatan pembangunan infrastruktur yang ambisius. Namun jika diletakkan dalam konteks penyediaan energi nasional secara luas, proyek ini memiliki arti penting lainnya.
Indonesia selama ini mengandalkan batubara dalam penyediaan listrik, karena memiliki cadangan yang cukup besar dan dapat diolah dengan biaya murah. Dengan inipun, rasio elektrifikasi masih berkisar di angka 92% pada tahun 2017. Bukan hanya masalah keberlanjutan akibat cadangan yang jelas menipis, mengandalkan energi fosil seperti ini juga menimbulkan masalah bagi Indonesia di kancah internasional. Indonesia termasuk dalam negara-negara pengasil emisi gas rumah kaca terbesar dunia.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, yaitu sekitar 75 GigaWatt tenaga air, 60 GW dari pasang surut laut, 32 GW dari biomasa, 29 GW tenaga geothermal, 11 GW tenaga surya, serta 950 MW tenaga bayu. Namun hanya sebagian kecil yang sudah dimanfaatkan. Melalui Peraturan Pemerintah No.79 tahun 2014, Indonesia telah mengkuantifikasi komitmen untuk meningkatkan peran energi terbarukan dalam penyediaan energi nasional, dari 7.7 % saat ini menjadi 23 % pada tahun 2025, atau setara dengan 45 GW.
Dalam hal reduksi gas rumah kaca, ini berarti sebesar 314 ton emisi gas CO2 akan berkurang di sektor energi. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia kepada masyarakat internasional untuk secara sukarela menurunkan emisi sebesar 29% pada tahun 2030.
ADVERTISEMENT
Energi terbarukan sebetulnya dapat menjadi solusi efektif bagi penyediaan energi, karena geografi Indonesia yang bersifat kepulauan. Penduduk sebanyak 250 juta jiwa faktanya tersebar di 8000 pulau. Membuat jaringan listrik dari pulau-pulau terbesar untuk menjangkau daerah-daerah kepulauan kecil dan terpencil sangatlah tidak efisien. Sementara, energi terbarukan sangat tersebar dan bervariasi di setiap daerah. Lebih jauh, pembangunan pembangkit dapat diintegrasikan dengan pembangunan penyokong ekonomi lain seperti infrastuktur.
Pembangunan proyek pembangkit di Selat Larantuka ini adalah contoh nyata. Seperti disebutkan Menkopolkam Luhut Pandjaitan, jembatan Pancasila-Palmerah sepanjang 800 meter selain menjadi bagian dari sistem pembangkit, tapi juga akan menghubungkan pulau Adonara yang terpencil dengan Flores, sehingga memungkinkan ekonomi masyarakat lebih terbuka. Proyek juga terintegrasi dengan proyek perpanjangan landasan pacu di bandara Gewayantana serta pembangunan dermaga kontainer Wello yang merupakan bagian dari Program Tol Laut yang dicanangkan Presiden Joko Widodo. Begitu banyak harapan menggantung pada pasang surutnya air laut di Selat Larantuka. Semoga segera terealisasi.
Selamat Datang Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut Terbesar di Dunia (1)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT