Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Debus, Seni Budaya Menegangkan dari Banten
19 Juni 2022 11:36 WIB
Tulisan dari Nadilla Syabriya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Banten merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang masih kental akan kebudayaanya. Mulai dari bahasa, tradisi, seni hingga adat masih diterapkan oleh masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Salah satu bentuk kebudayaan Banten yang sangat khas dan asli Banten adalah debus. Seni bela diri atau yang biasa dikenal sebagai pencak silat ini menggunakan benda-benda tajam yang dapat menembus tubuh. Benda tajam tersebut terbuat dari besi dan digunakan untuk melukai diri sendiri. Adapun debus biasanya dilaksanakan untuk pengiringan upacara adat atau hanya sekadar pertunjukan saja.
Kala itu dirimu tengah menghadiri sebuah acara jurusan yang kebetulan menyajikan pertunjukan debus. Penampilan tersebut dilakoni oleh seorang pria yang merupakan kakak tingkatmu di kampus. Kau nampak tak sabar ingin melihat atraksi nan horor ini setelah gaungan musik pengiring telah dimainkan.
Diawali dengan gerakan pencak silat, kau menyaksikan dengan ekspresi datar. Selang beberapa saat, matamu mulai melebar tanda aksi debus sudah dimulai. Kau melihat pria tersebut mulai meraih sebuah kelapa yang ada didekatnya. Tanpa ragu, langsung dikupaslah kelapa itu dengan gigi seri milik pria itu. Kau merasa ngilu membayangkan gigimu ikut merasakan mengupas kelapa tersebut.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, atraksi berlanjut dengan berjalan diatas bara api tanpa beralas kaki. Kemudian suara pecahan beling mengalihkan fokusmu yang sedari tadi hilang karena tercengang atas atraksi yang telah ditampilkan. Serpihan beling langsung diambil dan diayunkan ke leher pria itu. Ajaibnya, tak terjadi apa-apa. Sontak kau melotot sambil bergidik ngeri.
Mustahil tanpa syarat untuk dapat melakukan atraksi di luar nalar ini. Pria itu sempat membeberkan beberapa hal yang harus dipenuhi sebelum berhasil menjalankan aksinya.
“Syarat yang paling utama saya ikuti yaitu harus rajin salat dan harus jauhi maksiat", ujar pria itu.
Pasalnya, budaya debus ini berkembang sejak masa Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570) dan digunakan untuk memikat masyarakat Banten dalam rangka penyebaran agama Islam. Oleh karena itu, Debus mempunyai hubungan erat dengan ajaran islam atau sangat kental dengan filosofi keagamaan.
ADVERTISEMENT
Namun, jika dicermati lebih dalam mengenai atraksi debus ini mengandung nilai reiligius dan kerja keras yang dapat dijadikan acuan hidup. Dalam hal ini seseorang yang ingin memainkan debus harus berlatih secara terus menerus sambil menjalankan syarat-syarat tertentu agar ilmu debusnya menjadi sempurna. Lalu, nilai religius tercermin dalam doa-doa yang dipanjatkan oleh para pemain dengan tujuan agar selalu dilindungi dan mendapat keselamatan dari Allah SWT selama menyelenggarakan pertunjukan.
(Nadilla Syabriya/Politeknik Negeri Jakarta)