Sudut Pandang Tokoh Buyung dalam Cerpen “Dilarang Mencintai Bunga-bunga”

Nur Alfi Hafzhaniyah
Mahasiswi PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
29 November 2021 20:38 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Alfi Hafzhaniyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cerpen ini bercerita tentang seorang anak laki-laki bernama Buyung yang menyukai bunga namun ditentang keras oleh ayahnya. Cerita ini bermula dari kepindahan keluarga Buyung ke kota. Rumah barunya bersebelahan dengan rumah pagar tembok tinggi. Buyung mendapat kabar bahwa rumah tersebut dihuni oleh kakek yang hidup sendiri. Tidak ada satu pun yang tahu pasti tentang kakek tersebut. Banyak desas-desus yang beredar tentang rumah dan kakek tersebut. Bahkan orang sekitar mengatakan bahwa jika tanganmu saja yang masuk melewati pagar tersebut maka tangan itu akan terluka. Mendengar desas-desus tersebut Buyung tak percaya dan semakin penasaran sampai akhirnya ia mengintip rumah itu dengan cara naik ke pagar tembok melalui pohon di pekarangan rumahnya. Ia kaget ketika menyaksikan pemandangan halaman rumah itu yang dipenuhi bunga-bunga.
ADVERTISEMENT
Suatu hari Buyung bisa bertemu dengan kakek tersebut secara dekat. Pada pertemuan pertama kakek itu memberinya bunga yang diselipkan pada tangannya, anehnya ia langsung mencintai bunga itu. Akan tetapi ayahnya menentang dan menghancurkan bunga itu. Buyung merasa sedih sampai menghindar. Ketika hendak bertemu ayahnya, ia lebih sering mengurung diri di dalam kamar sambil menatap bunga-bunga atau pergi ke rumah kakek. Mengetahui hal tersebut ayahnya marah dan tidak menyukai hal tersebut. Buyung disuruh untuk bekerja di bengkel yang berada di halaman rumahnya. Seluruh waktu yang dimilikinya habis untuk sekolah, mengaji dan juga bekerja. Ia Hampir tak punya waktu untuk berkunjung ke rumah kakek itu lagi. Buyung terus mencari-cari kesempatan sampai ia dapat menemui kakek tersebut.
ADVERTISEMENT
Satu waktu itu ia bertanya tentang apa pekerjaan si kakek, kakek itu menjawab bahwa ia mencari hidup sempurna melalui bunga. Kemudian Buyung juga bertanya pada sang ayah dan ayah menjawab bahwa ia mencari hidup sempurna melalui bekerja, ayahnya berkata “Engkau mesti bekerja. Sungai perlu jembatan. Tanur untuk melunakkan besi perlu didirikan. Terowongan meski digali. Dam dibangun. Gedung didirikan. Sungai dialirkan. tanah tandus disuburkan. Mesti mesti Buyung lihat tanganmu.” Buyung agak tertekan dengan perbedaan pandangan dari kakek dan ayahnya tersebut. Kemudian cerita itu ditutup dengan sebuah kalimat singkat “Bagaimanapun aku adalah anak dari ayah dan ibuku.”
https://www.youtube.com/watch?v=8rdObB3y
Cerpen yang cukup berani bercerita tentang bunga yang biasanya disukai perempuan tapi bagaimana jika laki-laki yang menyukai bunga? Salahkah pengarang mengangkat pertanyaan itu ke dalam sebuah cerpen? Pengarang berani mendobrak suatu kebiasaan yang ada di masyarakat pada masanya. Cerita pendek yang dikumpulkan dengan cerpen-cerpen lainnya dalam satu buku Dilarang Mencintai Bunga-bunga karya Kuntowijoyo ini ditulis pada tahun 1992. Bagaimana dengan realita zaman sekarang? 2021? Sebagaian masyarakat masih beranggapan kurang baik terhadap laki-laki yang mencintai bunga (bersikap lembut dan sebagainya). Hal tersebut bisa dikatakan sebagai toxic masculinity, di mana cerpen tersebut menampilkan sosok ayah yang melarang keras anak laki-lakinya untuk menangis, serta melarangnya melakukan aktivitas yang dianggap hanya milik perempuan seperti mencintai bunga-bunga dan menyukai ketenangan.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, melalui proses yang panjang tokoh Buyung akhirnya dapat bijaksana terhadap pandangan hidup kakek dan juga ayahnya. Ia tetap mencintai bunga (sebagai lambang ketenangan jiwa) dan perlu bekerja (sebagai lambang kegiatan dan sifat duniawi). Cerpen ini juga pernah diadaptasi menjadi sebuah naskah monolog dan berhasil ditampilkan oleh Teater Syahid Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, hingga menjadi juara pertama pada perlombaan Monolog IPPBMM VIII PTKIN 2021. Penampilan/video monolog tersebut dapat disaksikan di channel Youtube Teater Syahid. Setelah menyaksikan video tersebut jangan lupa like, comment dan subscribe serta bagikan pendapatmu mengenai “Dilarang Mencintai Bunga-bunga” ini di kolom komentar video monolog tersebut.