Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Menuju Kurikulum yang Responsif terhadap Kebutuhan Siswa
26 Januari 2025 10:16 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari NUR AZIZAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa tantangan besar bagi dunia pendidikan. Untuk menghadapi tantangan tersebut, dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. Oleh karena itu, aspek pendidikan di abad 21 memerlukan penguatan karakter.
ADVERTISEMENT
Dunia pendidikan mengalami perubahan paradigma yang sangat cepat dan signifikan, tercermin dalam pergeseran pola ajar dan cara pandang dalam proses belajar mengajar. Agar tujuan pembelajaran tercapai, sekolah harus memiliki pedoman yang sesuai dengan visi dan karakteristik masing-masing siswa. Pedoman ini dikenal dengan istilah kurikulum, yang mencakup kompetensi siswa.
Sering kali kita mendengar bahwa kurikulum yang baik adalah yang sesuai dengan perkembangan zaman. Mengapa demikian? Karena kurikulum bersifat dinamis dan terus berkembang mengikuti konteks serta karakter siswa. Sejak Indonesia Merdeka, perubahan kurikulum telah terjadi sekitar 12 kali, dari tahun 1947 hingga sekarang. Setiap perubahan tersebut memunculkan perdebatan di masyarakat, namun hal ini dilakukan untuk memastikan sistem pendidikan tetap relevan dengan perkembangan zaman.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, "Memberi ilmu demi kecakapan hidup anak dalam usaha mempersiapkannya untuk segala kepentingan manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun berbudaya dalam arti seluas-luasnya." Pernyataan ini menunjukkan bahwa pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan anak-anak agar dapat mencapai potensi mereka sebagai individu dan anggota masyarakat. Itulah alasan mengapa pengembangan kurikulum terus dilakukan.
Pergantian menteri pendidikan sekarang, menimbulkan banyak polemik terkait pergantian kurikulum yang ada di Indonesia. Masyarakat berasumsi bahwa “ganti menteri ganti kurikulum”. Pernyataan ini tidak sepenuhnya salah. Karena setiap menteri pendidikan pasti ingin memajukan pendidikan di Indonesia.
Kurikulum yang saat ini diterapkan masih perlu dikaji lagi. Apalagi untuk kurikulum Merdeka ini, masih banyak sekolah yang baru menerapkannya. Maka dari itu pergantian kurikulum juga menyesuaikan kondisi masing-masing sekolah.
ADVERTISEMENT
Beberapa tantangan dalam mengembangkan kurikulum yang responsif terhadap perubahan global, teknologi dan Masyarakat perlu dipelajari dan ditemukan solusinya agar dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik. Kurikulum yang responsif tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya pendampingan yang memadai bagi para guru. Mereka perlu diperlengkapi dengan metode pengajaran yang lebih bervariasi dan mampu menangani perbedaan individual siswa dengan lebih baik.
Peran penting yang harus dimainkan oleh orang tua dan komunitas dalam mendukung pendidikan anak. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan tidak hanya diukur dari seberapa sering mereka hadir di sekolah, tetapi juga seberapa besar mereka bisa mendukung proses pembelajaran di rumah. Pendidikan yang sukses tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga merupakan hasil kolaborasi antara guru, orang tua, dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu banyak tantangan yang ada, solusi yang ditawarkan adalah pendekatan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. Kita harus mulai dari perbaikan kurikulum, memperkuat pelatihan bagi guru, menyediakan fasilitas yang mendukung pembelajaran digital, dan tentu saja, membangun kerjasama yang lebih erat antara sekolah dan masyarakat. Semua ini membutuhkan waktu, sumber daya, dan komitmen bersama.
ADVERTISEMENT