NU: Madrasah Diniyah Bisa Bentuk Anak Bersifat Pancasilais

17 Juni 2017 13:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi Polemik Sindo (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi Polemik Sindo (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ketua Tanfidziyah PBNU, KH Marsyudi Shuhud, mengatakan kurikulum di Madrasah Diniyah mampu membuat anak-anak bersifat Pancasilais. Karena menurutnya, di Madrasah Diniyah ditanamkan ilmu agama yang lebih.
ADVERTISEMENT
Hal ini yang membuat PBNU menolak Peraturan Menteri Pendidikan tentang full day school. Ia menganggap waktu anak-anak akan habis dengan adanya full day school ini.
"Madrasah Diniyah inilah yang untuk bagaimana menjadi orang berpancasila dengan agama yang benar, jangan sampai tauhidnya saja enggak benar, karenanya NU membentengi agar beragama dengan benar," ujar Marsyudi.
"Sehingga itu, ketika waktunya dipanjangin full day school, maka habis sudah, lalu ke mana lagi," lanjutnya.
Marsyudi mengaku NU tidak diajak oleh Mendikbud untuk membahas Peraturan Menteri (Permen) Nomor 23/2017 tentang hari sekolah yang mengatur sekolah 8 jam sehari selama 5 hari tersebut. "Enggak ada, Menteri Agama saja mungkin enggak (dilibatkan)," ucap Marsyudi.
ADVERTISEMENT
Marsyudi menambahkan full day school justruberpotensi menimbulkan paham radikalisme dalam diri anak-anak. Sebab ilmu agama yang mereka dapatkan sedikit.
"Selama ini kelompok radikal karena pemahaman agamanya sedikit, karena mempelajari akidahnya saja belum bisa sesuai dengan agama islam yang benar-benar," tutup Marsyudi.
Dia justru mengusulkan agar Madrasah Diniyah diwajibkan bagi seluruh siswa muslim. Sementara untuk non muslim, harus disediakan kurikulum yang sesuai dengan keyakinan mereka.
"Kalau mau masukkan karakter, masukkan aja, yang paling benar bagi sekolah agar karakter bangsa baik maka pemerintah mewajibkan Madrasah Diniyah bagi yang muslim, agama Katolik, Katolik, sehingga orang berpancasilanya jelas enggak hanya sedikit sedikit," katanya.
"Kalau gini ilmu agamanya enggak ada, sehingga ketemu non muslim mengkafirkan orang karena belajar tauhidnya kurang," tutur Masyhudi.
ADVERTISEMENT