Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cita-cita Usai Pandemi: Makan Sambal Sepuasnya!
6 Juni 2021 6:37 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Nurlaela tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah setahun lebih pagebluk COVID-19 melanda Indonesia. Berbagai cara pun sudah dilakukan pemerintah guna memutus penyebaran virus Corona, salah satunya adalah pemberian vaksin bagi warga, tapi entah sampai kapan pandemi terkutuk ini bisa angkat kaki dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pandemi Corona bak mimpi buruk bagi warga di dunia. Daripada merutuki keadaan, saya pun mencoba untuk mulai membiasakan diri, toh banyak hikmah yang saya dapatkan dari Corona ini, salah satunya bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan keluarga.
Jika ditanya mau apa usai pandemi Corona, jawaban saya sederhana saja. Saya ingin makan sambal sepuasnya di SS (Special Sambel). Tunggu dulu, saya tidak bermaksud iklan atau di-endorse dari warung itu. Semua ini ada kisahnya.
Tepatnya bulan Maret lalu ketika saya mengikuti vaksin massal tahap kedua di GBK. Saya dan suami berangkat pagi-pagi sekali dari Anyer ke Jakarta. Saya berangkat setelah salat Subuh dan pada pukul 8 pagi saya tiba di GBK.
Setibanya di GBK, saya pun langsung bergegas menuju antrean para peserta vaksin karena kebetulan saya kebagian divaksin jam pertama. Saya pun mengikuti tahap demi tahapnya hingga selesai vaksin kedua.
ADVERTISEMENT
Usai divaksin saya dan suami memutuskan untuk langsung pulang ke Anyer, maklum perjalanan Jakarta-Anyer tidaklah sebentar. Tapi kami pun memutuskan untuk mencari makan terlebih dahulu. Entah efek vaksin atau karena kami belum makan nasi rasanya hari itu kami lapar sekali.
Saya pun memutuskan untuk mengajak suami berburu makanan di daerah Tanjung Duren, Jakarta Barat. Sebagai para pencinta sambal saya mengajak suami makan di SS Tanjung Duren. Tanpa protes pak suami pun membawa saya ke SS. Sialnya lagi SS waktu itu belum juga buka. Ternyata SS baru buka jam 13.00 WIB sementara kami tiba jam 11.00 WIB.
Saya pun mencoba merayu pak suami untuk menunggu sampai buka. Entah karena dia lelah atau memang pasrah dia pun mengiyakan tawaran saya. Padahal engga biasanya dia mau menunggu sampai 2 jam lamanya.
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya waktu yang dinantikan pun tiba. Saat pukul 13.00 WIB kami pun bergegas untuk masuk ke tempat makan dan tiba-tiba kami dicegat petugas kalau ternyata makan di SS tidak bisa dine in atau makan di tempat hanya boleh take away saja. Apes memang.
"Kenapa engga dari awal kita tanya petugasnya?" keluh saya lalu diiyakan pak suami. Daripada harus makan di mobil saya dan suami memutuskan untuk mencari makan di tempat lain. Padahal saya sudah ngiler ngebayangin sambalnya.
Saya lupa ternyata selama Corona tempat makan dibatasi mereka boleh buka asal hanya melayani take away saja. Semoga corona cepat sirna agar bisa segera makan secara leluasa!