Konten dari Pengguna

Suka-Duka Menikah di Tengah Pandemi Corona

Nurlaela
second account
12 November 2020 20:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurlaela tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kredit foto: StockSnap (Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Kredit foto: StockSnap (Pixabay)
ADVERTISEMENT
Januari 2020 lalu saya menulis soal kekhawatiran saya atas virus Corona yang menyebar di China. Pada saat itu, calon suami saya—kini jadi suami—sedang menempuh studi di sana. Alhamdulillah, ia tidak terpapar dan telah kembali ke Indonesia. Saya pikir saya dapat bernapas lega, nyatanya tidak.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka virus yang berasal dari Wuhan, China, itu mulai masuk ke Indonesia. Corona pun menjelma bak musuh umat manusia di dunia. Sudah ratusan jiwa direnggut olehnya. Corona juga mengubah segalanya, salah satunya rencana pernikahan saya.
Acara pernikahan yang tinggal menghitung bulan itu nyaris batal gara-gara Corona. Saat Corona menyerang Indonesia, pemerintah langsung siaga, mereka gencar memutus mata rantai virus Corona. Pemerintah melarang adanya kerumunan massa, termasuk melarang warga menggelar pesta.
Bukan hal yang mudah memang memutuskan untuk tetap menikah saat Corona apalagi taruhannya nyawa. Saat pemerintah melonggarkan aturan pernikahan di era new normal, saya dan keluarga langsung tancap gas untuk langsung mempersiapkan segalanya.
Sebagian orang mungkin menilai saya nekat lantaran memutuskan tetap menggelar pesta pernikahan di tengah pandemi Corona. Tapi tak ada yang tahu kapan Corona ini akan sirna. Akhirnya di tengah ketidakpastian kapan Corona akan berakhir saya memutuskan untuk tidak menunda acara yang sudah dinantikan sejak lama.
ADVERTISEMENT
Saya akan bercerita tentang suka-dukanya menikah di saat pandemi Corona. Mempersiapkan pernikahan di hari biasa saja sudah menguras pikiran dan tenaga, apalagi di masa pandemi, tentu saja menguras pikiran, tenaga, segenap jiwa dan raga. Haha. Lebay sih, tapi nyata adanya.
Sebelum bercerita soal suka cita menikah di tengah pandemi Corona, saya akan bercerita bagaimana dukanya menikah di era Corona. Bayangkan saja, hingga H-2 minggu, masih belum ada kejelasan soal tempat acara. Padahal segala sesuatunya sudah kami persiapkan. Saya dan keluarga harus bolak-balik mengurus izin untuk acara. Belum lagi selisih paham dengan pasangan dan keluarga. Rasanya kayak mau pecah nih kepala.
Kata siapa menikah di kala pandemi bisa meminimalisir dana? Untuk saya yang tinggal di desa rasanya sulit untuk membuat acara pesta pernikahan sederhana yang hanya dihadiri keluarga saja. Ya, sebetulnya semua kembali lagi ke adat dan budaya masing-masing desa. Apalagi emak dan bapak tetap ingin adakan pesta untuk pernikahan anaknya yang ketiga.
ADVERTISEMENT
Namun, tentu saja ada hikmah di balik Corona. Selama Corona, sesuai kebijakan kantor, saya bekerja dari rumah saja. Hikmahnya, saya dan suami bisa menghabiskan waktu bersama lebih lama. Maklum, selama pacaran kami berpisah jarak dan masa, memandang langit yang sama di belahan bumi yang berbeda. Momen-momen kebersamaan ini pun jadi hal yang berharga bagi kami berdua, sebelum akhirnya suami memutuskan untuk kembali ke China.
Cincin perkawinan kami.