Konten dari Pengguna

Pergeseran Kata ‘Maaf’ Menjadi Kata ‘Baper’

NUR MAULIDYA
Mahasiswa FITK prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16 Desember 2020 18:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NUR MAULIDYA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Baper banget, sih!"
Sumber: Google.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Google.
Dapat kita pahami bahwa cabang linguistik penting untuk dipelajari, hal itu dapat disebut dengan istilah Semantik. Dengan mempelajari semantik, kita akan mengetahui makna-makna dari bahasa, karena semantik merupakan ilmu yang mempelajari tentang makna.
ADVERTISEMENT
Makna kata dapat mengalami pergeseran akibat adanya sikap dan penilaian tertentu dari masyarakat pemakainya. (Aminuddin, 2011: 130-131). Chaer juga mengungkapkan, bahwa terjadinya perubahan, pergeseran, dan perkembangan makna disebabkan oleh beberapa hal.
Di antaranya adalah perkembangan ilmu dan teknologi, sosial budaya, perbedaan bidang pemakaian adanya asosiasi, pertukaran tanggapan indera, dan perbedaan tanggapan. perubahan zaman dapat mengakibatkan pengembangan, perubahan atau pun pergeseran makna kata dalam bahasa. (Chaer, 2009: 140).
Dalam studi semantik leksikal perubahan arti dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor kebahasaan dan non-kebahasaan. (Makyun Subuki, 2011: 120-121). Sebab kebahasaan adalah salah satu perubahan arti yang berasal dari bahasa itu sendiri.
Sedangkan sebab non-kebahasaan disebabkan oleh setidaknya 6 sebab yaitu: (1) perkembangan ilmu dan teknologi, (2) perubahan sosial, (3) perluasan bidang pemakaian yang akibat ada kemiripan sifat, (4) pengaruh asing, (5) kebutuhan istilah baru, (6) tabu, yang dilandasi oleh persoalan kenyamanan, kesopanan, dan ketakutan. Faktor-faktor tersebut menjadi faktor penyebab bagaimana sebuah bahasa mengalami perubahan arti bahkan pergeseran makna.
Sumber: Google.
Pada Zaman Now ini atau yang sering dikenal dengan sebutan Zaman Milenial ini, sudah tidak asing lagi dengan ungkapan kata “Baper”. Hal ini menjadi trending di kalangan anak muda. Dapat diketahui bahwa setiap bahasa pasti akan mengalami perubahan, mengingat zaman yang semakin maju ini. Namun tidak semua perubahan itu sebagai hal positif yang dapat kita terima. Ada kalanya kita harus memfilternya sebagai bahasa yang baik dan benar.
ADVERTISEMENT
Ketika mengungkapkan kata baper ini , awalnya untuk menggambarkan seseorang yang sering kali galau, bimbang, kebanyakan mikir atau terlalu sulit mengambil keputusan. Hal ini dapat dikatakan lantaran yang berpikir bukan hanya otaknya tapi juga perasaannya.
Namun seiring perkembangan zaman, kata baper ini juga digunakan untuk menggambarkan seseorang yang mudah tersinggung. Setiap candaan verbal maupun keisengan lain yang menimpa dirinya akibat "terlalu mengambil ke hati".
Sumber: Google.
Sering kali terjadi, suatu candaan yang mungkin sudah keterlaluan atau sudah melewati batas wajar, kata minta maaf itu telah terlupakan. Justru kata baper yang muncul ke telinga kita.
Ketika kita merasa akan adanya suatu kesalahan yang melebihi batas toleransi, bukan lagi kata "maaf" yang terucap, melainkan kata "baperan".
ADVERTISEMENT
Hal ini secara tidak langsung sebetulnya menyakiti orang lain. Jika merasa bersalah, dengan simplenya anda mengucapkan kata "maaf", tetapi sebagian orang malah mengabaikan kata "maaf" tersebut, melainkan malah menganggap orang lain itu yang terlalu baper.
Kata baper merupakan salah satu istilah gaul yang populer pada tahun 2014 dan 2015, bahkan hingga sekarang kata baper masih sering digunakan oleh berbagai kalangan terutama kalangan muda.
Kata baper masih sering digunakan oleh berbagai kalangan terutama kalangan muda. Kata baper sebenarnya memiliki makna yang berbeda-beda, tergantung pada konteks dan situasinya. Kata baper bisa merujuk pada kata sensitif (sangat perasa). Baper bisa juga diartikan sangat luas, mulai dari senang, sedih, marah, hingga kecewa.
Selain merujuk pada perasaan mudah tersinggung, kata baper ini sering kali dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat asmara. Misal: baper pada saat seseorang yang kamu suka membuka obrolan baru lebih dulu.
ADVERTISEMENT
Ketika seseorang tersebut mendapatkan pujian atau rayuan dari orang yang disuka dan kamu mulai nyaman terhadapnya, sifat baper yang berlebih dalam perasaan tersebut akan menimbulkan situasi asmara yang kerap membuat rasa percaya diri meningkat, apalagi jika ada sangkut pautnya dengan orang yang kita suka.
Tetapi, dapat dilihat akhir-akhir ini orang-orang sering menyalahgunakan kata "baper" sebagai senjata. Contohnya dalam lingkup pertemanan ataupun di media sosial, banyak sekali orang-orang dalam bercanda tidak berfikir hal apa yang akan diungkapkan dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Tetapi seperti hal menyinggung lelucon seksis, misoginis, dan body shaming masih sering terjadi di lingkup masyarakat.
Terkait bercanda membuat orang tertawa, tidak harus menyinggung perasaan orang lain, yang membuat perasaan orang tersebut menjadi terluka. Jika candaanmu justru membuat orang lain tersinggung, maka itu bukan lagi sebuah candaan. Jadi, jangan malu untuk meminta maaf setelah menyinggung perasaan orang lain. Tetapi, malulah ketika orang lain tersinggung karena candaanmu dan kamu bilang, Dih... kamu baper banget!”
ADVERTISEMENT
Memang, semua orang berhak mengeluarkan pendapat dan pemikirannya. Tetapi sebaiknya sebelum berkata lebih baik untuk dipikirkan terlebih dulu agar tidak melukai perasaan orang lain. Perkataan-perkataan yang hendak diucapkan juga perlu disaring lagi supaya enak didengar.
Bisa kita lihat bahwa istilah "baper" kini semakin sering digunakan, di tengah tergerusnya budaya meminta maaf. Istilah ini perlahan sudah menggeser pentingnya makna meminta maaf. Sehingga banyak orang yang merasa tidak bersalah dan tidak perlu meminta maaf pada korban yang sudah disakitinya, karena mereka menganggap bahwa si korbanlah yang bersalah karena sudah menjadi orang yang "baper".
Jika menyakiti perasaan orang lain melalui kata-kata yang telah dilontarkan, sesungguhnya mengucap permintaan maaf, jauh lebih mulia dibandingkan dengan mengucap kata "baper" kepada orang tersebut. Karena kita tidak pernah tahu isi hati dan perasaan orang lain. Kita pun juga tidak bisa menganggap bahwa perkataan dan perbuatan kita itu selalu benar dan tidak menyakiti orang lain, karena terkadang yang menurut pemikiran kita adalah benar, belum tentu juga dinilai benar oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang harus kamu ingat! Jika kita ingin dihargai oleh orang lain, maka kita pun juga harus menghargai orang lain.
Sumber:
Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT RinekaCipta.
KBBI daring diakses 16 Desember 2020 pukul 13.30 WIB
Makyun Subuki. 2011. Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta: Transpustaka.