Konten dari Pengguna
Dari Kampus ke Kampus: Menemukan Cara Baru Mengajar Perikanan
25 Mei 2025 13:13 WIB
·
waktu baca 3 menitKiriman Pengguna
Dari Kampus ke Kampus: Menemukan Cara Baru Mengajar Perikanan
Studi banding mahasiswa perikanan jadi ruang refleksi dosen, membuka kolaborasi, inovasi pembelajaran, dan penguatan jejaring lintas kampus.NURANI KHOERUNNISA

Tulisan dari NURANI KHOERUNNISA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Studi banding mahasiswa sebagai jembatan pembelajaran praktis dan kolaborasi keilmuan antaruniversitas perikanan
ADVERTISEMENT
Kegiatan studi banding antaruniversitas selama ini identik sebagai ajang pertukaran pengalaman bagi mahasiswa. Namun di balik aktivitas ini, tersembunyi potensi besar bagi dosen sebagai aktor utama dalam pembentukan ekosistem akademik yang dinamis dan kolaboratif. Studi banding bukan hanya ruang belajar bagi mahasiswa, melainkan juga sarana refleksi, inovasi, dan pengembangan kompetensi bagi para pendidik.
Dunia perikanan berkembang dengan cepat, menuntut pembaruan berkelanjutan dalam metode pengajaran, pengelolaan laboratorium, hingga pendekatan pemberdayaan masyarakat. Studi banding memungkinkan dosen melihat secara langsung bagaimana institusi lain menghadirkan pembelajaran kontekstual, baik melalui teaching industry, laboratorium lapangan, maupun integrasi kegiatan riset dengan pengabdian masyarakat.
Contohnya, banyak program studi perikanan di berbagai kampus telah mengembangkan mini hatchery, tambak percontohan, hingga unit pengolahan hasil yang dikelola mahasiswa. Unit-unit ini bukan hanya fasilitas, tetapi juga wujud nyata dari pembelajaran berbasis praktik dan kolaborasi. Dosen yang terlibat dalam studi banding dapat menggali inspirasi dari praktik-praktik tersebut, lalu menyesuaikannya dengan kondisi lokal kampus masing-masing.
ADVERTISEMENT
Selain itu, studi banding menjadi ruang pertukaran pendekatan riset. Teknologi seperti sistem resirkulasi tertutup, pemanfaatan mikroorganisme lokal, hingga penggunaan sensor digital untuk pemantauan kualitas air sudah mulai banyak diterapkan di berbagai institusi. Melalui interaksi antardosen, terbuka peluang untuk menjajaki riset bersama, berbagi fasilitas, atau menyusun modul ajar berbasis inovasi terbaru.
Peran dosen dalam mendampingi studi banding mahasiswa seharusnya tidak sekadar administratif. Keterlibatan aktif dosen menjadi krusial agar kegiatan ini tidak berhenti pada tataran kunjungan, melainkan menghasilkan tindak lanjut yang konkret—baik dalam bentuk refleksi kurikulum, evaluasi metode pembelajaran, maupun pembentukan jejaring ilmiah lintas kampus.
Momentum ini juga sejalan dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang mendorong pembelajaran lintas ruang dan lintas institusi. Studi banding dapat menjadi media untuk memperkuat nilai-nilai kolaboratif dalam pendidikan tinggi, mengurangi sekat antarperguruan tinggi, dan mempercepat pertukaran praktik baik.
ADVERTISEMENT
Untuk memaksimalkan potensi studi banding, diperlukan komitmen kelembagaan. Institusi perlu mendorong dokumentasi yang bermakna, mengadakan forum pascakunjungan, serta mendorong tindak lanjut dalam bentuk kerja sama nyata antardosen dan program studi. Studi banding yang dirancang dengan baik dapat menjadi pemicu transformasi akademik, bukan sekadar agenda seremonial tahunan.
Di tengah tuntutan perubahan global dan kompleksitas sektor perikanan, kolaborasi dan pembelajaran lintas kampus menjadi kunci. Studi banding adalah salah satu pintunya. Jika dimanfaatkan secara maksimal, kegiatan ini akan memperkuat kapasitas dosen, memperkaya pengalaman mahasiswa, dan memperkuat posisi pendidikan tinggi perikanan sebagai lokomotif perubahan di wilayah pesisir dan perairan Indonesia.