Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Duryodhana yang Haus Akan Kekuasaan dan Membuatnya Jauh Dari Kebenaran
15 September 2022 13:47 WIB
Tulisan dari Nurlina Wati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kekuasaan seringkali menjadi hal yang selalu diperebutkan. Karena dengan kekuasaan tersebut manusia dapat mempengaruhi atau menguasai orang lain agar mereka melakukan tindakan yang di kehendaki oleh orang yang berkuasa. Seperti pada kutipan Lord Acton "power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely". yang artinya: "manusia jika diberi kekuasaan cenderung menyalahgunakannya, kekuasaaan itu cenderung korup". Manusia yang mempunyai kekuasaan yang lebih, maka jelas korupnya dan terkadang selalu berbuat seenaknya tanpa memikirkan dampat buruk akibat perbuatannya.
ADVERTISEMENT
Seperi pada novel Epos Mahabarata bab 29 dengan judul Duryodhana yang haus akan kekuasaan. Bab ini menceritakan tentang Duryodhana yang tidak pernah puas dengan kekuasaan yang ia miliki. Bahkan ia ingin sekali menghina dan melihat penderitaan Pandawa (anak pandu, yaitu: Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.) Untuk melakukan aksinya, Duryodhana harus pergi ke hutan tempan Pandawa tinggal. Namun, sang ayah tidak mengizinkannya. Ayah Duryodhana takut kepada Pandawa sebab Pandawa dianugerahi kesaktian oleh para dewata.
Pada akhirnya Duryodhana dengan balatentaranya pergi ke hutan secara diam-diam. Di pertangahan hutan mereka menemukan tempat untuk beristirahat sejenak. Namun Chitrasena raja raksasa dan perkasa sudah beberapa hari berkemah di situ bersama para pengawalnya. Chitrasena menyuruh Duryodhana dan pengawalnya untuk mencari tempat lain, tapi Duryodhana enggan untuk pindah dan terjadilah peperangan antara Duryodhana dan Chitrasena.
ADVERTISEMENT
Beberapa pengawal Duryodhana melarikan diri ke tempat pengasingan Pandawa. Bhima senang mendengar Duryodhana kalah dan segera menyampaikan kabar tersebut kepada Yudhistira. mendengar kabar tersebut Yudhistira merasa kasihan dan ingin melindungi Duryodhana yang sudah menyiksa dan membuat hidup Pandawa hancur. Setelah Yudhistira berbicara kepada Chitrasena, akhirnya Chitrasena melepaskan Duryodhana dan berkata bahwa ia hanya ingin memberikan pelajaran kepada Duryodhana yang congkak.
Duryodhana sangat malu karena telah menyiksa dan membuat hidup Pandawa hancur tapi merekalah yang menyelamatkannya dari Chitrasena. Di perjalanan ia mencurahkan perasaanya kepada saudara-saudaranya. Baginya lebih baik mati ditangan Chitrasena daripada dipermalukan seperti ini.
Dari cerita di atas terlihat bahwa orang yang mempunyai kekuasaan dan menyalahgunakannya makan akan berbuat seenaknya serta jauh dari kebenaran. Kini banyak orang yang berkuasa dan senang melihat masyarakat kecil menderita. Padahal kekuasaan hanyalah bersifat sementara dan fatamorgana. Hidup bisa berubah kapapun Tuhan mau, maka jangan sampai kita dibutakan oleh kekuasaan yang sifatnya fatamorgana. Jika kita mempunyai kekuasaan, hendaklah bersikap rendah hati dan melindungi masyarakat kecil.
ADVERTISEMENT
Live Update