Konten dari Pengguna

Mengapa Carbon Dioxide, Methan, Dan Citrous Oxide Menyebabkan Emisi GRK?

Nesya Nurramadhani
Mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3 Desember 2024 23:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nesya Nurramadhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber dari penulis
zoom-in-whitePerbesar
Sumber dari penulis
ADVERTISEMENT
Setiap hari, saya merasa ada sesuatu yang berubah dengan alam di sekitar. Saya merasakan panas yang semakin menjadi. Malam terasa gerah, siang terik tak tertahankan. Saat musim kemarau, udara terasa begitu panas, hingga tanahnya pecah-pecah, musim hujan datang terlambat, dan ketika hujan tiba, airnya turun deras dan membawa banjir. Saya bertanya kepada seorang ahli lingkungan yang sedang melakukan penelitian di daerah saya. “Kenapa cuaca sekarang seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi?” Ahli lingkungan itu menjelaskan bahwa perubahan pola cuaca yang ekstrem merupakan bagian dari dampak perubahan iklim yang semakin parah. Fenomena ini ada kaitannya dengan peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Gas-gas seperti karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan nitrous oksida (N₂O) memerangkap panas di atmosfer, menyebabkan suhu bumi semakin naik. Gas-gas ini, meskipun tak terlihat, memiliki dampak yang besar terhadap perubahan iklim yang kita alami sekarang.
ADVERTISEMENT
Karbon dioksida (CO₂) menjadi penyebab utama emisi gas rumah kaca karena dilepaskan dalam jumlah besar melalui aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil untuk energi dan transportasi, deforestasi yang mengurangi jumlah pohon penyerap karbon, serta proses industri seperti pembuatan semen yang menghasilkan CO₂ sebagai produk sampingan. Selain itu, pembakaran biomassa dan limbah organik juga turut menyumbang emisi CO₂. Gas ini bertahan di atmosfer hingga ratusan tahun, sehingga akumulasinya terus meningkat, memperkuat efek rumah kaca dan memicu pemanasan global. Gas rumah kaca yang paling banyak ditemukan, dan sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti batubara, minyak, dan gas alam yang digunakan dalam transportasi, industri, serta pembangkit listrik.
Metana (CH₄) menjadi penyebab emisi gas rumah kaca karena dihasilkan dari aktivitas manusia seperti fermentasi anaerobik di sistem pencernaan hewan ternak, pembusukan limbah organik di tempat pembuangan akhir, kebocoran selama eksplorasi dan transportasi minyak serta gas alam, serta proses pembakaran biomassa. Meski jumlahnya di atmosfer lebih kecil dibandingkan karbon dioksida, metana memiliki potensi pemanasan 25 kali lebih besar, sehingga memberikan dampak signifikan terhadap pemanasan global. Meskipun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan CO₂, metana memiliki potensi pemanasan global yang jauh lebih besar, sekitar 25 kali lipat lebih kuat daripada CO₂. Metana banyak dilepaskan dari kegiatan peternakan (terutama dari pencernaan ternak), limbah organik yang membusuk, dan kebocoran gas alam.
ADVERTISEMENT
Nitrous oksida (N₂O) pada emisi gas rumah kaca disebabkan oleh penggunaan pupuk nitrogen dalam pertanian, pembakaran bahan bakar fosil, dan pembakaran biomassa. Gas ini juga dihasilkan oleh proses industri tertentu, seperti produksi kimia dan pengolahan limbah. N₂O memiliki potensi pemanasan global yang jauh lebih besar dibandingkan karbon dioksida, dan selain itu, juga merusak lapisan ozon, yang berfungsi melindungi bumi dari radiasi ultraviolet berbahaya. Gas rumah kaca dengan potensi pemanasan yang sangat besar, sekitar 300 kali lipat lebih kuat daripada CO₂. Pupuk berbasis nitrogen yang digunakan di sektor pertanian adalah sumber utama emisi N₂O.
Ketiga gas rumah kaca, yakni karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan nitrous oksida (N₂O), berperan dalam efek rumah kaca dengan menyerap radiasi inframerah dari permukaan bumi dan memerangkap panas di atmosfer, yang menyebabkan suhu bumi terus meningkat dalam fenomena pemanasan global. Secara ilmiah, gas rumah kaca bekerja dengan cara memerangkap panas di atmosfer, yang disebut efek rumah kaca. Tanpa gas rumah kaca, bumi akan terlalu dingin untuk mendukung kehidupan seperti yang kita kenal. Namun, ketika konsentrasi gas-gas ini meningkat secara signifikan akibat aktivitas manusia, efek rumah kaca pun menjadi berlebihan, yang menyebabkan pemanasan global. Pemanasan global ini menyebabkan perubahan iklim yang ekstrem, seperti gelombang panas yang lebih sering, musim hujan yang tidak teratur, dan cuaca yang lebih ekstrem secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida berperan penting dalam proses ini. CO₂ sebagai penyumbang utama menyebabkan pemanasan secara perlahan namun pasti, sementara metana dan N₂O memiliki potensi pemanasan yang jauh lebih besar, meski jumlahnya lebih sedikit. Semua gas ini berasal dari aktivitas manusia yang, jika tidak dikendalikan, akan terus memperburuk kondisi bumi.
Berdasarkan pemahaman ini, jelas bahwa kita harus bertindak lebih cepat dan lebih tegas dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Solusi untuk mengatasi masalah ini dapat datang dari banyak arah: penggunaan energi terbarukan, pengurangan konsumsi bahan bakar fosil, serta peralihan ke metode pertanian yang lebih ramah lingkungan, seperti pengurangan penggunaan pupuk kimia.
Sebagai individu, kita juga bisa mengambil langkah kecil yang memiliki dampak besar, seperti mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, beralih ke transportasi ramah lingkungan, serta mengurangi pemborosan makanan yang menghasilkan metana saat membusuk di tempat pembuangan akhir. Selain itu, penting bagi kita untuk mendukung kebijakan yang mendorong pengurangan emisi, seperti pengembangan energi bersih dan penanaman pohon yang dapat menyerap karbon dioksida. Pemahaman dan tindakan kolektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca adalah langkah krusial dalam mengurangi dampak perubahan iklim dan menjaga keberlanjutan hidup di bumi.
ADVERTISEMENT
Sebagai umat manusia, kita harus menyadari bahwa keberlanjutan planet ini bergantung pada kemampuan kita untuk beradaptasi dan bertanggung jawab terhadap tindakan kita. Peningkatan emisi gas rumah kaca adalah masalah global yang membutuhkan aksi bersama. Kesadaran akan ancaman perubahan iklim bagi kehidupan saat ini dan masa depan harus menjadi motivasi untuk mengambil tindakan nyata demi menjaga bumi tetap layak huni.