Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.0
Konten dari Pengguna
Regulasi Pinjol: Antara Inklusi Keuangan dan Krisis Utang
27 Februari 2025 14:44 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Nurul Fadila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Ringkasan Eksekutif
ADVERTISEMENT
Antara Inklusi Keuangan dan Ancaman Krisis Utang: Saatnya Regulasi Pinjol yang Lebih Ketat?
Industri fintech peer to peer (P2P) lending, atau pinjol, berkembang pesat di Indonesia, menawarkan akses modal cepat bagi UMKM dan masyarakat dengan penetrasi kredit rendah (AFPI). Namun, pertumbuhan ini dibayangi risiko gagal bayar dan praktik ilegal. OJK mencatat pertumbuhan pinjaman fintech mencapai 29,14% di 2024 (Puspadini, Mentari, 2025). Sementara itu, utang via pinjol mencapai Rp17,3 triliun pada April 2023 (Sari, Amelia Rahima dan Riri Rahayu, 2023). Regulasi berperan krusial dalam menyeimbangkan inovasi dan perlindungan konsumen. Policy brief ini menyoroti dilema inklusi keuangan versus potensi krisis utang. Rekomendasi kebijakan mencakup pengetatan pengawasan, peningkatan literasi keuangan, dan penegakan hukum yang tegas. Tujuannya menciptakan ekosistem pinjol yang berkelanjutan dan inklusif, sambil menjaga stabilitas keuangan dan melindungi konsumen dari praktik pinjol ilegal.
ADVERTISEMENT
Pendahuluan
Booming Pinjol: Kemudahan Finansial atau Perangkap Utang?
Pinjaman online (pinjol) menawarkan kemudahan finansial yang menarik bagi masyarakat yang sulit mengakses perbankan forma. Proses cepat dan persyaratan mudah menjadi daya tarik utama. Namun, kemudahan ini seringkali berujung pada jeratan utang. Bunga tinggi dan biaya administrasi yang tidak transparan membuat pinjaman membengkak. Praktik penagihan yang agresif memperburuk situasi, menyebabkan stres hingga kasus bunuh diri. Fenomena ini mencerminkan kebutuhan mendesak akan akses keuangan cepat, tetapi juga rendahnya literasi keuangan. Pemerintah perlu regulasi ketat untuk melindungi masyarakat dari praktik pinjol ilegal dan jeratan utang.
Jumlah pinjol ilegal yang beroperasi tanpa pengawasan terus meningkat, mengancam stabilitas ekonomi dan merugikan masyarakat. OJK telah memblokir ribuan pinjol ilegal, namun jumlah pengaduan terkait pinjol ilegal tetap tinggi. Satgas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas PASTI) menemukan ratusan entitas pinjol ilegal setiap bulannya. Kebijakan yang ada saat ini dinilai kurang efektif karena pinjol ilegal terus bermunculan dengan modus operandi yang semakin canggih. Sanksi yang diberikan belum menimbulkan efek jera, dan literasi keuangan masyarakat masih rendah. Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan pengawasan, serta meningkatkan edukasi kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Latar Belakang
Antara Regulasi dan Inovasi: Tantangan Pengawasan Fintech di Indonesia
Antara Regulasi dan Inovasi: Tantangan Pengawasan Fintech di Indonesia
OJK dan BI berupaya meregulasi industri pinjol yang berkembang pesat untuk melindungi konsumen dan menjaga stabilitas keuangan. OJK mengeluarkan berbagai peraturan, termasuk POJK Nomor 10/POJK.05/2022 (Yulenrivo, Fakhri, 2023) dan Surat Edaran OJK Nomor 19 Tahun 2023 untuk mengatur penyelenggaraan pinjol, membatasi bunga, dan memperketat pengawasan (Binekasri, Romys, 2024). BI juga berperan dalam mengatur sistem pembayaran yang digunakan dalam transaksi pinjol. Namun, upaya regulasi ini menghadapi tantangan, seperti munculnya pinjol ilegal, praktik penagihan yang tidak etis, dan rendahnya literasi keuangan masyarakat. Pemerintah terus berupaya menyeimbangkan inovasi fintech dan perlindungan konsumen, serta memperkuat koordinasi antar lembaga untuk memberantas pinjol ilegal dan praktik merugikan. Pengawasan dilakukan secara offsite, market conduct, dan onsite.
ADVERTISEMENT
Regulasi pinjol di Indonesia, meski telah diupayakan oleh OJK dan BI, masih belum sepenuhnya efektif mengatasi kesenjangan dengan praktik di lapangan. Survei OJK 2022 menunjukkan kesenjangan literasi keuangan (48,68%) dan inklusi keuangan (85,1%), yang dimanfaatkan pinjol ilegal (Frans, Rico Usthavia, 2023). Pinjol ilegal menawarkan pinjaman cepat dengan syarat mudah, namun membebankan bunga tinggi dan biaya layanan yang tidak jelas. Satgas PASTI telah menghentikan ribuan pinjol ilegal, tetapi praktik predatory lending tetap marak. Penagihan dilakukan dengan cara yang melanggar hukum, termasuk pelanggaran HAM. Regulasi yang ada belum menjangkau kepentingan perlindungan hukum terhadap pengguna layanan. OJK masih memoratorium izin usaha baru fintech lending. Keseimbangan antara ketatnya regulasi dan pertumbuhan industri perlu diperhatikan.
ADVERTISEMENT
Singapura dan Tiongkok memiliki pendekatan berbeda dalam mengelola fintech lending dibandingkan Indonesia. Singapura, sebagai hub fintech, menerapkan regulasi fleksibel melalui Payment Services Act yang mencakup layanan token pembayaran digital. Fintech didorong berinovasi dalam Regulatory Sandbox dengan pengawasan ketat. Lisensi diperlukan untuk berbagai aktivitas, termasuk peer-to-peer lending. Sementara itu, Tiongkok awalnya permisif, tetapi kemudian memperketat regulasi setelah maraknya kasus gagal bayar dan penipuan. Pinjol diawasi ketat, beberapa bahkan dilarang. Indonesia dapat belajar dari Singapura tentang inovasi terkontrol dan dari Tiongkok tentang perlunya tindakan tegas terhadap praktik merugikan. Bunga fintech P2P di Singapura berkisar 9-14% (Setiaji, Hidayat, 2018).
Efektivitas regulasi pinjol di Indonesia dalam mencegah eksploitasi konsumen dan menjaga stabilitas keuangan nasional masih dipertanyakan. Regulasi yang ada belum sepenuhnya mengatasi praktik predatory lending, seperti bunga tinggi dan penagihan yang agresif. Literasi keuangan masyarakat yang rendah membuat mereka rentan terhadap rayuan pinjol ilegal. Pengawasan yang dilakukan OJK juga belum optimal karena keterbatasan sumber daya dan modus operandi pinjol ilegal yang terus berkembang. Pinjol ilegal menawarkan pinjaman mudah tanpa izin, yang mengkhawatirkan. Diperlukan upaya lebih lanjut untuk memperkuat regulasi, meningkatkan literasi keuangan masyarakat, dan memperketat pengawasan terhadap pinjol ilegal. Langkah ini penting untuk melindungi konsumen dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Kebijakan
Pembahasan
Meningkatkan Regulasi dan Pengawasan terhadap Pinjol
Regulasi pinjol perlu diperketat dengan mewajibkan transparansi suku bunga dan biaya tambahan untuk melindungi konsumen. Pembatasan bunga pinjaman sesuai regulasi OJK penting untuk mencegah jeratan utang. Mekanisme sanksi bagi pinjol ilegal dan perusahaan yang melakukan penagihan tidak etis harus ditingkatkan, termasuk pencabutan izin usaha dan penegakan hukum yang tegas. Langkah-langkah ini akan menciptakan ekosistem pinjol yang lebih adil dan berkelanjutan.
Pengetatan regulasi pinjol bertujuan mengurangi praktik eksploitatif dan meningkatkan keamanan konsumen dari jeratan utang. Namun, sisi negatifnya, regulasi ketat dapat mengurangi jumlah penyedia pinjaman legal. Akibatnya, masyarakat yang membutuhkan dana cepat berpotensi kembali ke rentenir offline yang tidak teregulasi dan menawarkan persyaratan yang lebih buruk. Kebijakan harus mempertimbangkan keseimbangan antara perlindungan konsumen dan aksesibilitas kredit.
ADVERTISEMENT
Meningkatkan Literasi Keuangan Digital bagi Masyarakat
Literasi keuangan digital krusial untuk melindungi masyarakat dari praktik pinjol merugikan. Kampanye edukasi perlu digencarkan, menekankan risiko pinjol dan pentingnya memahami syarat dan ketentuan sebelum meminjam. Integrasi literasi keuangan dalam kurikulum pendidikan formal akan membekali generasi muda dengan pengetahuan yang relevan. Kolaborasi antara regulator, bank, dan fintech dalam menyediakan informasi transparan juga esensial.
Peningkatan literasi keuangan digital berpotensi membuat masyarakat lebih bijak dalam mengakses pinjaman online, sehingga mengurangi risiko terjerat utang. Namun, upaya ini memerlukan waktu lama untuk memberikan dampak yang signifikan pada perilaku masyarakat secara luas. Program literasi keuangan harus berkelanjutan dan menjangkau berbagai lapisan masyarakat agar efektif. Evaluasi berkala diperlukan untuk memastikan program berjalan sesuai target.
ADVERTISEMENT
Pembentukan Lembaga Mediasi & Pengaduan Konsumen Pinjol
Pembentukan lembaga mediasi dan pengaduan konsumen pinjol diperlukan untuk menangani sengketa antara nasabah dan platform pinjol secara efektif. Semua pinjol berizin wajib berpartisipasi dalam sistem mediasi ini sebagai bagian dari regulasi fintech lending. Kanal pengaduan berbasis digital yang cepat dan responsif perlu disediakan untuk memudahkan konsumen menyampaikan keluhan dan mendapatkan solusi.
Pembentukan lembaga mediasi dan pengaduan konsumen memberikan solusi nyata bagi masyarakat yang dirugikan oleh praktik pinjol. Keberadaan lembaga ini meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap industri fintech. Namun, operasional lembaga ini membutuhkan biaya yang besar dan koordinasi yang kuat antar berbagai sektor, termasuk regulator, pelaku industri, dan lembaga konsumen. Efisiensi dan efektivitas operasional perlu diutamakan.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan dan Rekomendasi
Menjaga Stabilitas Keuangan tanpa Mengorbankan Inklusi: Saatnya Regulasi yang Lebih Adaptif!
Untuk menjaga stabilitas keuangan tanpa mengorbankan inklusi, diperlukan regulasi pinjol yang lebih adaptif. Kombinasi pengawasan ketat dan mekanisme pengaduan resmi merupakan strategi kebijakan paling efektif. Regulasi harus lebih tegas dalam hal transparansi bunga dan proses penagihan, serta menjamin hak-hak konsumen. Peningkatan mekanisme pengaduan konsumen penting untuk memberikan perlindungan hukum bagi korban pinjol ilegal. Dengan pendekatan ini, inovasi fintech dapat terus berkembang tanpa mengorbankan perlindungan konsumen dan stabilitas sistem keuangan. Regulasi yang adaptif mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Implementasi regulasi pinjol yang lebih ketat menghadirkan tantangan: bagaimana memastikan regulasi tidak mempersempit akses keuangan masyarakat, terutama bagi yang unbanked? Regulasi harus dirancang dengan cermat agar tidak menghambat inovasi fintech dan tetap memberikan ruang bagi penyedia pinjaman yang bertanggung jawab. Dengan pendekatan regulasi adaptif, pinjol dapat menjadi alat inklusi keuangan yang bermanfaat tanpa merusak stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kuncinya adalah keseimbangan antara perlindungan konsumen, inovasi, dan aksesibilitas.
ADVERTISEMENT
Referensi
Asosiasi Fintech Pendanaan bersama Indonesia (AFPI). Perkembangan P2P Lending di Indonesia. https://afpi.or.id/articles/detail/perkembangan-p2p-lending-di-indonesia
Binekasri, Romys. 2024. Ini Aturan Pinjol Terbaru dari OJK, Berlaku 1 Januari 2024! CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/market/20240102110036-17-501964/ini-aturan-pinjol-tebaru-dari-ojk-berlaku-1-januari-2024
Frans, Rico Usthavia. 2023. Mencari Keseimbangan Pengaturan Pinjaman ”Online”. Kompas. https://www.kompas.id/baca/opini/2023/12/04/mencari-keseimbangan-pengaturan-pinjaman-online
OJK. 2025. Satgas PASTI Blokir 796 Entitas Ilegal di Oktober s.d. Desember 2024. https://ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-terkini/Pages/Satgas-Pasti-Blokir-796-Entitas-Ilegal-di-Oktober---Desember-2024.aspx
Pupadini, Mentari. 2025. OJK Catat Pinjaman Fintech P2P Lending Tumbuh 29,14% di 2024. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/market/20250211104101-17-609661/ojk-catat-pinjaman-fintech-p2p-lending-tumbuh-2914-di-2024
Sari, Amelia Rahima dan Riri Rahayu. 2023. Industri Fintech P2P Lending RI Tumbuh Pesat, Utang via Pinjol Tembus Rp17,3 Triliun. Tempo. https://www.tempo.co/ekonomi/industri-fintech-p2p-lending-ri-tumbuh-pesat-utang-via-pinjol-tembus-rp-17-3-triliun-179083
Setiaji, Hidayat. 2018. Bunga Fintech P2P di Singapura 18%, Di Indonesia 35%. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20180306140416-37-6381/bunga-fintech-p2p-di-singapura-18-di-indonesia-35
Yulenrivo, Fakhri, Busyra Azheri, dan Yulfasni. 2023. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Pinjaman Online Berbasis Financial Technology oleh Otoritas Jasa Keuangan. UNES Law Review. https://doi.org/10.31933/unesrev.v6i1
ADVERTISEMENT
Wijayanti, Sheila dan Hartiningrum. 2022. Dampak Aplikasi Pinjaman Online Terhadap Kebutuhan dan Gaya Hidup Konsumtif Buruh Pabrik. Jurnal Ekonomi dan Akuntansi 2(2)
Wikanto, Adi dan Ferry Saputra. 2024. Hampir 3.000 Pinjol Ilegal Diblokir Tahun 2024, Cek Namanya & Catat Pinjol Legal 2025. https://keuangan.kontan.co.id/news/hampir-3000-pinjol-ilegal-diblokir-tahun-2024-cek-namanya-catat-pinjol-legal-2025