Stratifikasi Status Sosial Masyarakat Jawa pada Novel Student Hidjo

Nurul Sinta Dewi Mulyani
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatulah Jakarta
Konten dari Pengguna
30 April 2022 18:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Sinta Dewi Mulyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(sumber: dokumen milik pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
(sumber: dokumen milik pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Novel Student Hidjo memiliki tema mengenai pertentangan budaya Hindia Belanda. Dalam novel digambarkan bagaimana situasi zaman pergerakan menuju Indonesia, kemajuan berpikir lewat sekolah yang dibentuk Belanda, hingga pandangan-pandangan terhadap dunia Jawa yang makin bergerak. Novel tersebut, juga banyak memunculkan perbedaan budaya antara Hindia dan Belanda. Di sisi lain, secara tidak langsung novel ini memberikan gambaran tentang stratifikasi status sosial yang masih ada pada saat itu. Adapun beberapa istilah yang berkaitan dengan strata sosial yaitu kata saudagar dan priyayi. Istilah tersebut bisa menjadi kunci bagaimana pandangan strata sosial pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Pada novel Student Hidjo yang menunjukan latar tempat di Jawa. Oleh karena itu, gambaran strata sosial pada saat itu merujuk pada strata adat Jawa. Menurut Koentjaraningrat (1963) telah menggambarkan stratifikasi Jawa dengan mencoba menganalisa dan membuat perbedaan yang jelas antara pembagian-pembagian masyarakat Jawa yang horizontal dan vertikal. Menurutnya orang Jawa sendiri membedakan empat tingkat sosial sebagai stratifikasi status, yaitu: dhara (Bangsawan), priyayi (Birokrat), wong dagang atau saudagar (pedagang), dan wong cilik (orang kecil, rakyat kecil). Dari teori tersebut, dapat diketahui beberapa tokoh dengan stratifikasi statusnya. Adapun tokoh yang terlibat dengan strata sosial yaitu, Raden Potronojo dan Regent Djarak.
Berikut ini penjelasannya:
1. Raden Potronojo
Raden Potronojo adalah ayah dari Hidjo. Raden Potronojo ini ingin meninggikan derajat keluarga nya melalui anak satu satunya yakni Hidjo, supaya keluarga nya tidak dipandang rendah oleh masyarakat dan saudara-saudara yang lain. Pada saat itu, Raden Potronojo melihat bahwa saudagar sepertinya sangat dipandang rendah. Untuk itu, Potronojo mengirimkan Hidjo ke Belanda supaya orang yang merendahkan kita bisa mengerti bahwa manusia itu sama saja. Adapun kutipannya dapat dilihat pada halaman 2.
ADVERTISEMENT
“Saya ini hanya seorang saudagar. Kamu tahu sendiri. Waktu ini, orang seperti saya masih dipandang rendah oleh orang-orang yang menjadi pegawai Gouvernement.
Kutipan tersebut menunjukan bahwa Raden Potronojo merupakan seorang saudagar atau seorang pedagang. Sesuai dengan urutan stratifikasi status, saudagar berada di urutan ketiga. Berdasarkan tingkatan tersebut, saudagar memang berada di bawah dhara (Bangsawan), priyayi (Birokrat). Oleh sebab itu, Radent Potronojo dipandang rendah oleh para pegawai pemerintahan. Di sisi lain, saudagar bukan merupakan stratifikasi status terbawah karena masih ada stratifikasi paling bawah yaitu wong cilik (orang kecil, rakyat kecil).
2. Raden Mas Tumenggung
Raden Mas Tumenggung adalah ayah dari Woengoe dan Wardojo. Raden Mas Tumenggung adalah seorang Regent Djarak. Kutipan yang menunjukan adanya perbedaan stratifikasi status pada halaman 148 sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
“ Apakah Raden Ayu dan Raden Mas Tumenggung tidak malu mempunyai anak kawin dengan anaknya orang yang hina seperti kita?”
Raden Mas Tumenggung termasuk ke dalam urutan kedua dalam stratifikasi sosial yaitu golongan priyayi yang tingkatannya satu kali lebih tinggi dari Raden Potronojo. Kutipan tersebut memperkuat bahwa memang pada saat itu kerap kali strata sosial dipandang sebagai pembatas di antara golongan masyarakat. Adanya penggolongan strata sosial pada saat itu, membuat masyarakat menganggap bahwa sekelompok orang akan berkuasa pada kelompok orang lain.
Walaupun demikian, dalam novel Student Hidjo, Raden Mas Tumenggung mempunyai pemikiran bahwa tidak ada orang hina dan mulia. Menurutnya semua manusia itu sama saja. Baginya, tidak ada salahnya anaknya menikah dengan Hidjo yang penting dijalankan dengan suka hati. Oleh karena itu, adanya pemikiran tersebut membuat status stratifikasi mereka dapat bersatu. Namun, beda halnya dengan orang yang tidak memiliki pemikiran tersebut pada saat itu. Mungkin mereka akan membedakan stratifikasi antar golongan sebagai pembeda.
ADVERTISEMENT
Referensi
Ridwan, M. Kajian tentang Varian Masyarakat Jawa. Diakses melalui pdfcoffe.com pada 27 April 2022 pukul 11.52 WIB