Mengenal Benteng Fort Frederick Hendrick

Nurul Jasmine Fathia
Mahasiswa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta.
Konten dari Pengguna
5 Februari 2022 17:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Jasmine Fathia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Benteng Fort Frederick Hendrick dibangun pada Tahun 1834 di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Beliau terkenal sebagai arsitek yang sangat pandai membuat garis-garis pertahanan. Benteng Fort Frederick Hendrick menjadi salah satu bagian dari garis pertahanan yang beliau buat yaitu, Defensielijn van den Bosch atau Garis Pertahanan van den Bosch.
ADVERTISEMENT
Garis pertahanan itu terbentang dari ujung selatan Jalan Bungur Besar di belakang stasiun Senen, memanjang ke utara. Dari ujung yang utara itu garis pertahanan membelah ke arah barat melalui Sawah Besar, Krekot, Gang Ketapang. Kemudian membelok ke arah selatan melalui Petojo sampai sebelah barat Lapangan Monas. Dari sini garis pertahanan itu masih diteruskan lagi sampai ke Tanah Abang, membelok ke timur melalui Jalan Kebon Sirih, Jembatan Prapatan dan Kramat Bunder. Pusat dari garis pertahanan ini adalah Taman Wilhelmina yang sekarang menjadi Kompleks Masjid Istiqlal.
Taman Wijaya Kusuma yang dahulu merupakan Taman Wilhelmina (Foto: Dokumentasi oleh Argya Dharma Maheswara)
Proses Pembangunan dan Arsitektur
Dalam proses pembangunannya Gubernur Jenderal van den Bosch menunjuk Kolonel jonkheer Carel van der Wijck sebagai perancang dan Kapten Zeni IGJ George Schoner Marck sebagai pengawas pembangunan. Benteng ini bentuknya segi empat dengan masing-masing Bastion di tiap sudutnya. Setiap dinding benteng juga disertai jendela yang berfungsi untuk mengintai dan meletakkan senjata berupa meriam. Pada puncak dari benteng ini juga diletakkan meriam yang menjulur keluar.
ADVERTISEMENT
Digantikan dengan Masjid Istiqlal
Masjis Istiqlal Jakarta Pusat (Foto: Dokumentasi oleh Argya Dharma Maheswara)
Dalam proses pembangunannya Gubernur Jenderal van den Bosch menunjuk Kolonel jonkheer Carel van der Wijck sebagai perancang dan Kapten Zeni IGJ George Schoner Marck sebagai pengawas pembangunan. Benteng ini bentuknya segi empat dengan masing-masing Bastion di tiap sudutnya. Setiap dinding benteng juga disertai jendela yang berfungsi untuk mengintai dan meletakkan senjata berupa meriam. Pada puncak dari benteng ini juga diletakkan meriam yang menjulur keluar.
Ditemukan Terowongan Bawah Tanah
Dalam sebuah catatan resmi pemerintah Belanda dikatakan bahwa Garis Pertahanan van den Bosch dan Benteng Fort Frederick Hendrick tidak efektif dan akhirnya berhenti digunakan. Namun, sejumlah fakta mengatakan sebaliknya. Dalam buku The Jacatra Secret dan Buku Saudagar Baghdad dari Betawi dikatakan, ketika proses penghancuran benteng tersebut ditemukan sebuah terowongan bawah tanah yang terbuat dari beton. Ukuran terowongan ini dikatakan bisa dilewati oleh satu mobil berukuran sedang .
ADVERTISEMENT
Terowongan ini terhubung dengan berbagai gedung dan titik strategis di Jakarta. Berdasarkan hal tersebut diduga terowongan ini dahulu dimaksudkan sebagai jalan pintas jikalau pasukan Belanda terkepung musuh. Telah banyak literatur yang membahas mengenai terowongan ini, menurut berbagai sumber terowongan ini memanjang hingga ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Hingga saat ini tak dapat diketahui secara pasti apakah terowongan ini masih berdiri kokoh atau tidak. Namun, Belanda adalah salah satu bangsa yang sangat ahli dalam bidang konstruksi bangunan sehingga tak menutup kemungkinan jika terowongan bawah tanah ini masih bisa berdiri kokoh meski tak sepenuhnya dapat digunakan.
Proses Penghancuran
Dalam membongkar benteng yang besar nan kokoh ini diperlukan waktu hampir satu setengah tahun lamanya. Proses penghancurannya diserahkan pemerintah kepada personel Zeni Angkatan Darat dengan menggunakan dinamit. Menurut masyarakat setempat salah satunya adalah pemilik toko es Krim Ragusa yang berada di seberang Masjid Istiqlal dampak ledakan dinamit ini menyebabkan banyak kaca-kaca bangunan di sekitar benteng menjadi retak hingga pecah.
ADVERTISEMENT