Baja dan Api: Sepak Terjang Luftwaffe Jerman Nazi

Nur Umar Akashi
Seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada program studi Sastra Arab yang mencoba bermain kata. Berharap gubahan tulisannya bermanfaat bagi masyarakat.
Konten dari Pengguna
16 Desember 2021 14:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Umar Akashi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah Resensi Buku “Luftwaffe: Kisah Angkatan Udara Jerman Nazi 1935-1945”
Sumber: Dokumen Pribadi
Judul Buku : Luftwaffe, Kisah Angkatan Udara Jerman Nazi 1935-1945
ADVERTISEMENT
Pengarang : Nino Oktorino
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Jumlah Halaman: 225 halaman
Tahun Terbit : 2013
ISBN : 978-602-02-2484-8
Kilas Buku
Perang Dunia I dan II telah meninggalkan bekas luka yang dalam pada diri setiap manusia yang terperangkap di dalamnya. Perang yang disebabkan oleh perasaan etnosentris ini mengorbankan berjuta-juta nyawa manusia berikut trauma yang tak kunjung usai. Buku karya seorang penulis sejarah ini ditulis dengan tujuan untuk membagikan cerita mengenai salah satu angkatan udara termasyhur dalam lembaran peradaban umat manusia. Buku ini termasuk dalam serial “Konflik Bersejarah” karya Nino Oktorino yang totalnya berjumlah 34. Buku ini menghadirkan kisah lengkap mengenai Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) pada awal kebangkitannya di tahun 1935 hingga kehancurannya pada 1945. Buku ini terdiri dari 7 bab ditambah beberapa lampiran berikut ucapan terima kasih penulis dan daftar pustaka.
ADVERTISEMENT
Ulasan Singkat
Bab pertama dari buku ini mengisahkan bagaimana Angkatan Udara Jerman dibentuk. Pada Perang Dunia I, Angkatan Udara Jerman sebagai sebuah senjata independen tidaklah ada. Mereka diperbantukan sebagai pengamat atau spotter pada angkatan darat atau laut. Herman Goring, salah satu penerbang unggulan Jerman pada Perang Dunia I bertekad untuk membentuk angkatan udara yang tangguh dan disegani.
Bab ini menyuguhkan inovasi yang dibawa oleh Goring dan para stafnya dalam rangka membentuk angkatan udara yang kuat. Pembaca diajak untuk menelaah bagaimana kondisi Jerman ketika angkatan udaranya akan dibangun. Diceritakan bagaimana para petinggi Luftwaffe (nama Angkatan Udara Jerman) berbeda pendapat dalam menentukan masa depan satuan perang ini. Sebagian berpikir untuk membentuk angkatan udara yang taktis dan dipersiapkan untuk menghadapi perang jangka pendek. Di lain pihak, para opsir udara berpendapat bahwa Luftwaffe harus dipersiapkan secara strategis untuk dapat menghadapi konsep perang total. Setelah menemukan jawaban dari tujuan pembentukan Luftwaffe, pembaca disuguhkan cerita mengenai perancangan pesawat-pesawat baru Jerman. Dikisahkan bagaimana maskapai-maskapai penerbangan Jerman seperti Lufthansa, Dornier, dan Junkers berinovasi untuk menciptakan pesawat tempur modern.
ADVERTISEMENT
Tidak seberapa lama, Luftwaffe, yang telah memiliki ratusan pesawat, merasakan pengalaman bertarungnya untuk yang pertama kali. Mereka dikerahkan untuk membantu Fasis Spanyol di bawah komando Jenderal Franco. Pesawat-pesawat Jerman dalam Legiun Kondor bertempur bersama Regia Aeronautica (AU Italia) di Spanyol dan meraih kemenangan besar. Segera saja, berita mengenai keperkasaan dan kekuatan Luftwaffe tersebar di Eropa sekaligus menjadikan Luftwaffe disegani.
Meskipun secara keseluruhan bab ini telah disusun dengan baik, penggunaan kalimat dan tanda baca yang kurang sesuai terkadang membuat pembaca merasa tidak nyaman. Penggunaan kosakata asing tanpa adanya penjelasan juga menjadi salah satu faktor kelemahan pada buku ini. Contohnya adalah kata geschwader yang padanya tidak diberikan penjelasan makna.
Blitzkrieg menjadi judul bab yang akan mengantarkan pembaca pada kisah selanjutnya dari Luftwaffe yang menakjubkan. Blitzkrieg sendiri dapat diartikan sebagai kombinasi kerjasama tank tempur berikut pesawat pendukungnya dalam rangka merobohkan garis pertahanan musuh serta menusuk langsung jauh ke dalam. Kombinasi tersebut juga bertugas membersihkan jalan bagi pasukan infanteri yang bertugas membersihkan sisa-sisa musuh. Cerita rinci mengenai bagaimana Luftwaffe berperan dalam blitzkrieg Jerman dikisahkan secara gamblang oleh penulis. Blitzkrieg Jerman berhasil memporak-porandakan Polandia, Norwegia, Denmark, Belgia, Belanda, dan bahkan Prancis -negara yang pada Perang Dunia I menjadi pemenang. Luftwaffe berperan penting dalam setiap prosesi pendudukan termasuk di antaranya menghalau pasukan gabungan Inggris-Prancis yang mencoba menggagalkan blitzkrieg Jerman di Norwegia.
ADVERTISEMENT
Pada bab ini dijelaskan mengenai penggunaan pasukan Fallschirmjager (pasukan payung Jerman-Nazi yang melegenda) dalam serangan ke Belgia, Belanda, dan Prancis. Penulis juga berhasil meluruskan pandangan publik yang menyatakan bahwa serangan Jerman selalu membabi-buta dan menyasar penduduk sipil ketimbang sasaran-sasaran militer. Meski pada akhirnya hal ini tidak terelakkan, setidaknya, pada awalnya Jerman benar-benar hanya menargetkan sasaran militer. Serangan pertama Jerman ke wilayah sipil terjadi karena kesalahan navigasi.
Adlerangriff adalah nama serangan udara Jerman ke Inggris yang berarti serangan rajawali. Usai menghajar Prancis hingga babak belur, Jerman berpindah fokus ke Inggris. Bab ketiga ini mengisahkan bagaimana usaha Luftwaffe melemahkan RAF (Royal Air Force atau Angkatan Udara Inggris) agar nantinya invasi dapat dilaksanakan tanpa rintangan yang berarti. Selama 1 tahun, kota-kota Inggris dihantam mesiu yang meledak dan menimbulkan korban jiwa sipil.
ADVERTISEMENT
Bab ini mengisahkan pesawat-pesawat Jerman yang bekerja keras menghancurkan RAF Inggris. Selain kondisi pertempuran, bagian ini juga memaparkan keputusan-keputusan para pemimpin Jerman yang nantinya diketahui berakibat fatal. Sejarah telah mengajarkan bahwa mengatur temperamen dan emosi adalah suatu hal yang penting. Ketika pesawat Luftwaffe secara tidak sengaja menjatuhkan bomnya di wilayah perkotaan Inggris, Perdana Menteri Inggris, Churchill, segera memerintahkan serangan balasan ke wilayah perkotaan sipil di Berlin. Akibat pancingan ini, Hitler memerintahkan seluruh awak udaranya untuk secara membabi-buta menghajar kota-kota Inggris berikut warga sipilnya. Semua diceritakan dengan bahasa yang mudah dipahami namun tetap menarik.
Bab ini membawa kita untuk merasakan bagaimana kondisi pada saat itu. Bayangkan duduk di balkon rumah anda dan mendengar gemuruh kurang lebih 1.500 mesin pesawat pemburu, pengebom, dan pengintai di langit. Penulis juga berhasil memperbaiki beberapa mitos dan legenda yang tersebar selama ini bahwa kekuatan Inggris pada saat Adlerangriff dilancarkan sangat lemah. Faktanya, kekuatan kedua belah pihak hampir berimbang. Sisi menarik dari bab ini -dan bab-bab sebelumnya- adalah bahwa penulis menambahkan informasi lain secara rinci. Sebagai contoh, bab ketiga ini memberikan informasi dari para Ace Jerman seperti Werner Molders, Adolf Galland, dan Helmut Wick.
ADVERTISEMENT
Setelah sekian lama berkecimpung dalam kondisi perang Eropa, pada bab keempat, pembaca disuguhkan sepak terjang Luftwaffe di Laut Tengah. Cerita dimulai ketika Mussolini, pemimpin Fasis Italia, memerintahkan pasukannya menyerbu Mesir dan Ethiopia. Sayangnya, serangan Italia gagal dan memaksa Hitler turun tangan membantu sekutunya. Luftwaffe segera dikirimkan untuk memberikan payung perlindungan udara kepada pasukan Poros di Afrika Utara. Segera setelah pesawat-pesawat Luftwaffe menginjakkan kaki di Afrika Utara, pasukan Inggris dihantam habis-habisan oleh kekuatan udara tersebut.
Bab ini juga mengisahkan perebutan pulau Kreta oleh anggota Fallschirmjager Jerman yang termasyhur. Dikisahkan secara dramatis bagaimana pasukan Inggris-Yunani bertempur secara fanatik mempertahankan Kreta. Penulis mengulas berbagai keputusan fatal yang dilakukan pihak poros dan akhirnya mengantarkan mereka ke jurang kekalahan. Tak lupa, tambahan informasi sampingan yang tentunya masih berkaitan dengan Luftwaffe seperti pilot pesawat pemburu yang termasyhur, penjelasan mengenai Fallschirm-Panzerkorps Herman Goring, informasi mengenai pesawat pemburu Jerman, dan pesawat pengebom Luftwaffe turut dituliskan. Sayangnya, beberapa informasi tambahan ditulis tidak lengkap. Hal ini kemungkinan disebabkan karena ketidaktelitian pada fase pengeditan.
ADVERTISEMENT
Penyampaian informasi pada bab ini sungguh menarik dan diperindah dengan gambar-gambar pendukung. Pembaca diajak untuk memahami kondisi kedua belah pihak dalam pertempuran ganas di gurun pasir. Beberapa kosakata yang tidak dijelaskan masih menjadi tantangan bagi pembaca untuk memahaminya. Kosakata seperti fliegerkorps, wing, dan geschwader masih digunakan tanpa penjelasan makna.
Pada bab kelima, penulis mengalihkan fokusnya ke medan timur. Uni Soviet menjadi target baru bagi Reich Ketiga (nama Kekaisaran Jerman). Luftwaffe segera diperintahkan untuk memberikan payung dukungan udara yang mumpuni bagi baji-baji Wehrmacht (Angkatan Darat Jerman). Penulis menjelaskan dalam bab ini mengapa penyerangan Uni Soviet menjadi blunder terbesar yang dilakukan para petinggi militer Jerman. Bab ini menjelaskan bagaimana Luftwaffe begitu mendominasi dan berhasil menghancurkan puluhan ribu pesawat Soviet pada awal pertempuran.
ADVERTISEMENT
Selain mengisahkan masa-masa kedigdayaan Luftwaffe di bumi Russia, bagian kelam Luftwaffe juga diperinci dengan runtut. Faktor-faktor berkurangnya kekuatan Luftwaffe disebutkan dengan jelas. Mulai karena kurangnya alat perang baik berupa pesawat, meriam anti serangan udara, bahan bakar, personel yang menipis, hingga peningkatan kualitas Voyenno-Vozdushnye Sily Rossi (VVS/Angkatan Udara Uni Soviet). Meski Luftwaffe mengalami kesukaran dalam berbagai hal, para awak lapangan maupun para penerbangnya benar-benar berjibaku untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka. Hal ini terlihat ketika Luftwaffe ditugaskan untuk membantu Satuan Darat Jerman ke-6 yang terkepung di Stalingrad melalui sebuah jembatan udara. Para awak bekerja mati-matian dalam suhu minus 40 derajat celsius. Bab ini menjelaskan juga kondisi medan pertempuran dengan runtut sesuai timeline sejarah sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Seperti bab-bab sebelumnya, penulis melampirkan beberapa informasi tambahan seperti informasi terkait Legiun Asing Luftwaffe dan Divisi Lapangan Luftwaffe. Beberapa istilah militer yang tidak dijelaskan maknanya masih menjadi kelemahan dari bab ini -sebagaimana bab-bab sebelumnya-, seperti kampfgeschwader, gruppen, dan OKW.
Setelah sebelumnya dipaparkan mengenai bagaimana kisah perjuangan Luftwaffe di negara-negara lain, bab keenam akan membahas mengenai Luftwaffe yang mati-matian mempertahankan tanah airnya. Kekuatan Luftwaffe telah digerogoti dengan parah pada perang di 4 front, di Eropa Barat, Uni Soviet, Italia dan Laut Tengah, serta tanah Jerman sendiri. Inggris menjadi pionir dalam misi pengeboman terhadap tanah Jerman. Sasaran awalnya adalah semua target militer dan produksi yang menyokong angkatan perang Jerman. Dikisahkan bahwa tidak seberapa lama, Amerika bergabung dalam kampanye penghancuran Jerman via udara ini.
ADVERTISEMENT
Inggris dan Amerika membuat sebuah sistem yang akan menguras tenaga maupun pikiran orang-orang Jerman. Amerika akan melancarkan pengeboman pada siang hari sementara Inggris akan menyerang pada malam hari. Penulis memaparkan bagaimana Jerman menyusun sabuk pertahanan yang mumpuni di sekeliling Jerman, taktik-taktik penyergapan, maupun strategi serangan balik. Perang mengajarkan bahwa selain taktik dan jumlah personel, teknologi juga merupakan hal yang dapat menentukan arah jalan peperangan. Inggris dan Jerman secara bersamaan mengembangkan teknologi yang saling menangkal.
Kisah pada bab keenam juga dijabarkan dengan baik sebagaimana bab-bab sebelumnya. Informasi yang terkesan terpotong menjadi masalah baru yang dihadapi pembaca. Beberapa penggalan informasi terkesan belum selesai ditulis sehingga cukup mengganggu. Cerita sampingan yang diselipkan oleh Penulis membuat pembaca merasa tertarik untuk terus membuka halaman demi halaman. Nino Oktorino berhasil membawakan sebuah buku yang memberikan informasi terperinci mengenai Luftwaffe Jerman. Sebagai perbandingan, buku Perang Eropa jilid II karangan P.K. Ojong yang juga membahas penguasaan udara Sekutu terhadap Jerman, tidak mencantumkan informasi detail dan hanya memberikan latar belakang berikut gambaran besar operasi. Bab keenam ini dapat disebut sebagai bab pendahuluan sebelum pembaca menyaksikan kehancuran Luftwaffe secara total pada bab selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Bab ketujuh sekaligus bab terakhir dari buku ini menjelaskan kehancuran Luftwaffe berikut Reich Ketiga Jerman. Meski para ilmuwan Jerman mencoba berinovasi menciptakan pesawat-pesawat tempur yang benar-benar canggih dan terbukti tangguh, namun jumlahnya yang terlalu sedikit dan faktor-faktor lainnya menyebabkan pesawat-pesawat ini tidak berdaya mengubah arah peperangan. Sebagai penutup, penulis melampirkan beberapa informasi tambahan seperti daftar pangkat dalam Luftwaffe, nama skuadron-skuadron tempur, hingga struktur komando Luftwaffe.
Akhir Kata
Secara keseluruhan, buku ini berhasil membawa pembaca untuk menyelami dunia Luftwaffe selama Perang Dunia II dengan baik. Gaya bahasa yang informatif namun sekaligus santai mempernyaman pembaca dalam menikmati karya ini. Penambahan gambar berikut beberapa cerita sampingan berhasil membuat pembaca tidak merasa bosan ketika membaca buku ini. Selain itu, buku ini berhasil meluruskan beberapa pandangan umum yang keliru tentang Jerman terkhusus Luftwaffenya. Informasi mengenai taktik-taktik perang yang digunakan juga membuka wawasan mengenai baik-buruknya suatu strategi.
ADVERTISEMENT
Tidak ada sesuatu pun yang sempurna di dunia ini kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian juga dengan buku ini, banyaknya kesalahan penulisan dan editorial menjadi salah satu titik lemah yang menonjol. Penggunaan kosakata asing tanpa penjelasan juga cukup membingungkan bagi pembaca yang awam. Terakhir, tidak dipergunakannya sub judul pada setiap bab membuat pembaca tidak memiliki “tempat pemberhentian” dalam membaca sehingga terkadang menimbulkan efek lelah. Secara keseluruhan, buku ini sangatlah cocok untuk dibaca setiap kalangan yang memiliki ketertarikan pada bidang sejarah terlepas beberapa kelemahan yang telah disebutkan.
Daftar Pustaka
Ojong, P.K. 2004. Perang Eropa Jilid II. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Oktorino, Nino. 2013. Luftwaffe: Kisah Angkatan Udara Jerman 1935-1945. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
ADVERTISEMENT
Stationary Office, His Majesty. 1919. The Treaty Peace Between The Allied and Associated Powers and Germany. London: H.M. Stationary Office.
Thomas B. Gukeisen, MAJ. 2005. The Operational Art of Blitzkrieg: Its Strengths and Weaknesses in System Perspective. Kansas, United States.