Belanja Online Menjamur, Jangan Mudah Tergiur!

Nurvika Widyaningrum
ASN kreatif, 18 tahun pengabdian bagi negara
Konten dari Pengguna
20 April 2021 11:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurvika Widyaningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi foto belanja online (dok: pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi foto belanja online (dok: pribadi)
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 memang telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Namun kita cukup beruntung mengalami pandemi di era digital di mana internet menjadi andalan. Nyatanya di tengah mobilitas yang terbatas, internet mempermudah aktivitas sosial kita mulai dari belajar, bekerja, hingga berbelanja.
ADVERTISEMENT
Menjamurnya platform belanja online di masa pandemi mempermudah kita mendapatkan berbagai kebutuhan tanpa harus keluar rumah, tinggal klik barang sampai di depan rumah. Apa yang tidak tersedia online? Dari sayur mayur, pangan kemasan, pakaian, elektronik, perabot rumah tangga semua ada.
Produk lengkap, metode pembayaran cashless, contactless delivery, menjadikan kita merasa lebih aman dan nyaman, semua kebutuhan terpenuhi tanpa khawatir akan risiko terpapar COVID-19 di luar rumah.
Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) bertajuk "Tinjauan Big Data Terhadap Dampak COVID-19 2020", terjadi lonjakan penjualan online di masa pandemi. Tercatat peningkatan 480 persen penjualan pada bulan April 2020 dibanding Januari 2020.
Makin mudah, makin rentan
Mudah dan banyak diskon. Ya, siapa yang tidak tergiur dengan diskon?
ADVERTISEMENT
E-commerce memang menjadi surganya penikmat belanja dan pemburu diskon. Berbagai program promo ditawarkan mulai dari diskon, flash sale, cashback, hingga gratis ongkos kirim. Penawaran harian dan promo spesial di tanggal cantik seperti 12.12, 4.4 dan momen spesial seperti Ramadhan dan hari raya merayu kita untuk terus berbelanja.
Belanja online memang memberikan berbagai kemudahan dan kenyamanan, namun di sisi lain konsumen menjadi lebih rentan termakan iklan dan promosi produk yang terkadang berlebihan dan cenderung menyesatkan. Jika tidak waspada, justru kita bisa mendapatkan produk yang tidak aman dan tidak sesuai dengan informasi yang disampaikan penjual.
Dikutip dari laporan We Are Social dan Hootsuite berjudul “Digital 2021”, tercatat 87,1 persen responden di Indonesia melakukan belanja online dalam sebulan terakhir. Angka ini meningkat 4,1 persen dibandingkan bulan Januari 2020, dan menempatkan Indonesia pada urutan pertama di antara negara-negara di dunia.
ADVERTISEMENT
Namun ternyata data juga menunjukkan hanya 73,9 persen responden yang mencari informasi produk sebelum melakukan transaksi.
Belanja online memang mengharuskan kita untuk teliti sebelum membeli, menjadi konsumen yang cerdas dan kritis adalah kunci.
Pilih yang aman, sebelum klik!
Data BPS memperlihatkan penjualan online tertinggi dipegang Makanan dan Minuman yang melonjak tajam 1070 persen dari penjualan di bulan Januari 2020.
Hal serupa juga diperlihatkan oleh hasil survei Ipsos yang dilakukan secara online pada 4 hingga 15 Februari 2021 di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Selama pandemi, 64 persen masyarakat Indonesia lebih memilih membeli produk UMKM melalui e-commerce. Produk yang paling banyak dibeli selama pandemi adalah 55 persen makanan seperti frozen food atau siap dimasak (ready to cook) dan 53 persen minuman.
ADVERTISEMENT
Nah, sebelum tergiur untuk belanja online pangan olahan, tentunya kita harus memastikan produk yang akan dibeli aman. Bagaimana caranya?
Pertama, kita bisa minta kepada penjual untuk mengirimkan produk dengan kemasan yang masih utuh dan tidak rusak. Jika terbungkus dalam kemasan plastik dan kertas pastikan tidak ada bocor, tidak sobek, dan tidak kotor.
Untuk kemasan kaleng, pastikan diterima dalam kondisi tidak penyok atau karatan. Pastikan penjual dan pihak jasa pengiriman barang dapat menjamin kondisi kemasan produk tiba di tangan kita utuh dan tidak rusak. Kemasan terjaga berarti kualitas produk juga terjaga.
Untuk pangan siap saji, pastikan dikirim dalam wadah tertutup dan kondisi pengiriman sesuai dengan karakteristik produk. Untuk frozen food pastikan suhu tetap terjaga agar produk tidak rusak selama pengiriman. Kita dapat meminta penjual untuk menambahkan dry ice atau mengemas dalam wadah yang dapat mempertahankan suhu tetap beku.
ADVERTISEMENT
Teliti informasi pada label produk, cek deskripsi produk yang dicantumkan oleh penjual. Kita juga bisa menanyakan informasi lengkap yang tercantum pada labelnya. Perhatikan komposisinya tidak mengandung bahan berbahaya, apalagi jika kita punya riwayat alergi terhadap bahan pangan tertentu.
Untuk pangan kemasan, pastikan telah memiliki izin edar Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagai jaminan keamanan, manfaat, dan gizinya. Kode izin edar untuk pangan produksi dalam negeri BPOM RI MD yang diikuti 12 digit angka, dikecualikan untuk pangan siap saji.
Cara mudah mengetahui produk pangan telah memiliki izin edar, kita dapat cek melalui website www.pom.go.id atau aplikasi BPOM mobile yang dapat diunduh pada AppStore dan PlayStore.
Tidak kalah pentingnya, cek kedaluwarsa produk. Tanyakan pada penjual batas kedaluwarsa yang tercantum pada label produk, belilah produk yang masih jauh tanggal kedaluwarsanya, agar kualitas produk masih terjaga.
ADVERTISEMENT
Sebelum bertransaksi, pastikan hak kita sebagai konsumen untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi produk yang akan dibeli terpenuhi.
Jadi konsumen cerdas itu gampang!