Konten dari Pengguna

Hubungan Feminisme dan Antropologi

Nusuma Tifani
Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Jember
24 April 2022 21:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nusuma Tifani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Picture by : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Picture by : Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kritik feminisme dalam antropologi sosial serupa dengan ilmu sosial lainnya, yakni berkembang dari kekhawatiran terhadap pengabaian wanita dalam disiplin. Bagaimanapun juga, mengungkapkan sejarah tentang pengabaian tersebut bukanlah hal yang mudah, ini di karenakan antropologi sosial menuliskan peran wanita dengan cara yang tidak jelas.
ADVERTISEMENT
Dalam etnografi, wanita selalu muncul sebagai pokok perhatian antropologi tradisional. Kemunculan wanita sebagai pokok perhatian tersebut karena antropologi tradisional memiliki ketertarikan terhadap hubungan kekerabatan dan pernikahan. Dari penjelasan tersebut, yang menjadi permasalahan di sini bukanlah studi empirisnya, melainkan kesalahan dalam representasi.
Dalam risetnya, Moore melakukan pengamatan terhadap permasalahan dalam representasi. Ia melakukan analisis perbedaan penafsiran di antara etnografer pria dan wanita terhadap peranan wanita dari suku Aborigin di Australia.
Dan hasil dari penelitian tersebut, etnografer pria berpendapat tentang peranan wanita yang profan, tidak penting secara ekonomi, dan tidak di ikut sertakan dalam ritual. Sedangkan, etnografer wanita mendeskripsikan peranan wanita sebagai pusat dalam pola kehidupan, pentingnya peranan wanita dalam ritual dan tentang bagaimana pria menghormati wanita. Dari gambaran tersebut di ketahui wanita sama-sama hadir dalam etnografi, tetapi dengan sudut pandang terhadap perannya yang cukup berbeda.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1970-an antropologi perempuan mulai berkembang dengan mengkonfrontasi permasalahan tentang bagaimana peranan wanita dikisahkan dalam tulisan-tulisan antropologi. Inti permasalahan dengan cepat di identifikasi sebagai salah satu bias pria. Bias pria sendiri merupakan tindakan yang memandang peranan pria lebih penting dari wanita. Dan 3 tingkatan bias tersebut antara lain:
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun juga, melakukan koreksi terhadap bias yang muncul di kalangan laki-laki dalam penulisan laporan, hanya akan berdampak kecil terhadap perubahan, karena permasalahan yang sebenarnya adalah tentang penempatan wanita pada penelitian teoritis dan analitis, dan bukan pada penelitian empiris.
Sumber bacaan: Moore, Henrietta.L. 1998. Feminism and Anthropology. South Minneapolis. University of Minnesota Press.