Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Teman atau Musuh? Bagaimana Pertemanan Remaja Dapat Menjerumus ke Dunia Narkoba?
9 November 2024 19:10 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Octaviana Nur Hidayah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Narkoba singkatannya dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lain, merupakan bahan atau zat yang bila masuk ke dalam tubuh dengan diminum, dihirup, dan disuntikkan. Ketika penggunaan narkoba tidak sesuai dari kadarnya dalam bidang medis, maka akan mempengaruhi tubuh yang menyebabkan gangguan fisik, psikis atau jiwa dan fungsi sosial.
ADVERTISEMENT
Masalah penyalahgunaan Narkoba di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya semakin kompleks. Berdasarkan data PUSIKNAS (Pusat Informasi Kriminal Nasional), jumlah orang yang dilaporkan terkait kasus narkoba sebanyak 4.865 orang pada September 2024. Hingga September 2024, terlapor yang berstatus pelajar berjumlah 13,73% dari total jumlah terlapor.
Banyak faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba, terutama adalah narkoba itu sendiri dan lingkungannya. Apalagi fase remaja ini merupakan individu yang berproses membentuk pola perilaku, seperti yang terkait dengan pola makan, aktivitas fisik, penggunaan zat, dan aktivitas seksual. Pola perilaku ini memiliki potensi untuk melindungi kesehatan mereka sendiri serta orang lain di sekitarnya. Sebaliknya, juga bisa menimbulkan risiko bagi kesehatan mereka, baik dalam jangka waktu sekarang maupun yang akan datang saat mereka tidak bisa melindungi kesehatannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Pada fase remaja merupakan masa yang penuh tantangan dan pencarian jati diri. Tahap ini, remaja sangat membutuhkan penerimaan dan pengakuan dari lingkungan pertemanan mereka. Sayangnya, lingkaran pertemanan yang salah dapat menjadi pemicu bagi remaja untuk terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.
Umumnya, remaja merasa penting untuk diterima di tengah lingkaran pertemanan mereka yang sebaya. Mereka akan cenderung mengikuti kebiasaan yang berlaku dalam kelompok tersebut agar tetap diterima. Jika teman-teman dari remaja tersebut menggunakan narkoba, maka ada tekanan untuk turut serta mengonsumsinya agar tetap diterima oleh kelompok. Remaja yang ingin mencoba hal baru dan menjadi pelopor sesuatu juga sering terlihat mencolok dan dipandangi oleh lingkaran pertemanan dan kelompoknya.
Di sisi lain, pengawasan orang tua cenderung berkurang pada usia remaja dibandingkan masa anak-anak. Ketidakhadiran pengawasan dan pengendalian yang memadai dari orang tua dapat meningkatkan kepekaan remaja terhadap dampak negatif dari lingkungan pergaulan. Terlebih remaja mudah mendapatkan narkoba dari teman yang tinggal di sekitar rumah dengan harga murah, lalu menggunakannya bersama teman-teman.
ADVERTISEMENT
Selain itu, remaja akan mengalami fase pencarian jati diri dan ingin mengekspresikan eksistensi mereka. Dalam hal ini, seringkali remaja memilih perilaku yang berbeda yaitu dengan melakukan perilaku negatif dari teman sebaya sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Mereka berharap dapat memperoleh pengakuan dan penghargaan dari kelompok, meskipun dengan cara yang salah.
Oleh karena itu, sangat penting dalam memilih lingkungan pertemanan guna memenuhi kebutuhan aktualisasi diri melalui kegiatan yang sehat dan konstruktif, sehingga mereka tidak terjerumus ke dalam dunia penyalahgunaan narkoba karena pengaruh lingkungan pertemanan yang salah.