Gus Dur dan LKIR: Ketika Sains Menjadi Humor dan Humor Menjadi Sains

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
Konten dari Pengguna
23 November 2020 7:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gus Dur. Sumber: Kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Gus Dur. Sumber: Kumparan.com
ADVERTISEMENT
Siapa yang tak kenal dengan K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, mantan Presiden keempat Republik Indonesia. Hingga akhir hayat, beliau tetap konsisten bersama NU membangun ke-Islaman yang humanis, moderat, toleran, tetapi tetap lurus sekaligus humoris.
ADVERTISEMENT
Lalu apa itu LKIR? Dari situs resmi kompetisi.lipi.go.id, disebutkan LKIR merupakan akronim dari Lomba Karya Ilmiah Remaja, sebuah ajang kompetisi ilmiah bagi siswa SMP dan SMA (maksimal kelas XII pada saat presentasi finalis) yang dihelat oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Logo LIPI. Sumber: lipi.go.id
Sementara LIPI sebagaimana dikutip dari situs resminya lipi.go.id. adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada dalam koordinasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. LIPI memiliki tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian ilmu pengetahuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sekarang timbul pertanyaan, apa hubungan antara Gus Dur dan LKIR serta Sains itu sendiri sebagaimana judul yang penulis buat yakni “Gus Dur dan LKIR: Ketika Sains Humor dan Humor Menjadi Sains”. Baik, kita akan urai satu demi satu.
ADVERTISEMENT
Sains dan LKIR
Kita mulai dari kata Sains dulu yang terkesan serius. Sains yang berasal dari bahasa asing science, diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah ilmu pengetahuan pada umumnya. Menurut KBBI sains adalah pengetahuan sistematis tentang alam dan dunia fisik, termasuk di dalamnya, botani, fisika, kimia, geologi, zoologi, dan sebagainya; ilmu pengetahuan alam.
Selain itu menurut masih menurut KBBI, Sains adalah pengetahuan sistematis yang diperoleh dari sesuatu observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya.
Sedangkan Sund dan Trowbribge mendefinisikan sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Senada dengan Kuslan Stone yang mengartikan Sains berupa kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably joint" (dalam Agus. S., 2003)
ADVERTISEMENT
Sementara LKIR bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan mereka dalam menganalisa permasalahan dalam mencari solusi yang tepat melalui penelitian ilmiah dan aplikasi ilmu pengetahuan & teknologi. Setiap peserta harus membuat proposal penelitian dengan memilih salah satu bidang ilmu yakni Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK), Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH), Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT), dan Ilmu Pengetahuan Kebumian dan Kelautan (IPK).
Bagaimana? Dari definisi-definisi di atas dapat diasumsikan keseriusan makna dari Sains dan ajang kompetisi LKIR dalam memilah dan memilih peserta terbaiknya.
Dialog Gus Dur tentang LKIR
Lalu bagaimana seorang Gus Dur memandang kompetisi LKIR? Sebagaimana dikutip dari sahabatgusdur.com, diceritakan suatu kali Gus Dur ngobrol serius dengan salah satu anaknya yang berniat mengikuti ajang LKIR.
ADVERTISEMENT
Di sudut perpustakaan pribadinya, Gus Dur mendengarkan curhat anaknya yang ingin mengikuti Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR).
“Memangnya apa yang bisa kamu sumbangkan untuk LKIR sekolahmu?” tanya Gus Dur.
“Sebuah penemuan dari hasil penelitian sendiri.”
“Apa itu?” Gus Dur mengernyitkan dahi.
“Penggabungan (stek) tiga jenis tumbuhan yang sangat berlainan spesiesnya. Dan ternyata berhasil.”
“Wah, tumbuhan apa aja itu?”
“Kelapa, singkong, dan tebu.”
Gus Dur terdiam. Ada tanda-tanda tak percaya di wajahnya. “Lalu apa yang terjadi dengan ketiga tumbuhan itu?”
“Jadi gethuk,” celoteh anaknya.
Dari dialog di atas terlihat betapa komunikasi dalam keluarga Gus Dur sangat cair, hingga lomba LKIR yang terkesan serius khas sains menjadi humor a la Gus Dur yang kita kenal memang humoris, dan hal ini “tertular” baik kepada anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
Gus Dur dalam LKIR
Sebelas tahun setelah meninggalnya Gus Dur pada 30 Desember 2009 lalu, ternyata pada Kamis, 19 November 2020 lalu, tepatnya pada ajang LKIR ke-52, dua orang siswi MAN 2 Tulungagung, Aziza Sugesti Roqima dan Ervina Soviani Nursiam berhasil menyabet juara tiga tingkat nasional LKIR dengan karya ilmiahnya berjudul “Banyolan Gus Dur: Solusi Mengedukasi Nilai-Nilai Toleransi Melalui Stand Up Komedi Berbasis Humor Gus Dur”. Ya, humor Gus Dur masuk juga dalam ajang LKIR, hal yang menjadi guyonan a la Gus Dur dan kaum Nahdhiyyin selama ini.
Aziza Sugesti Roqima dan Ervina Soviani Nursiam, Juara III bidang IPSK LKIR ke-52 LKIR LIPI 2020. Sumber: Tangkapan Layar dari Youtube.com.
Karya dua remaja asal Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempo tersebut layak mendapat peringkat ketiga di antara banyak karya ilmiah terbaik dari remaja berprestasi seluruh Indonesia. Tiga orang juri bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan yang terdiri Prof. Dr. Sarip Hidayat dari Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Prof. Dr. M. Alie Humaedi dari Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya LIPI, dan Dr. Ahmad Helmy Fuady dari Pusat Peneltian Kewilayahan telah memilih karya mereka bersama sembilan karya lainnya bidang IPSK yang diseleksi ketat dari ribuan peserta mengirimkan karya terbaik mereka ke Panitia LKIR LIPI.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian kedua peneliti belia ini menunjukkan melalui medium Stand up komedi berbasis humor Gus Dur efektif digunakan sebagai media penguatan wawasa nilai toleransi. Efektivitas stand up komedi berbasis humor Gus Dur terlihat dari peningkatan poin rerata nilai pre test sebesar 23,75 poin dengan indeks korelasi sebesar 0,72 (kuat) yang mereka lakukan di sekolahnya MAN 2 Tulungagung.
Poster Juara III Bidang IPSK LKIR ke-57 LIPI 2020. Sumber: Panitia LKIR LIPI.
Keduanya berhasil membawa Humor menjadi Sains yang berkualitas dalam sebuah karya ilmiah. Hal yang pernah dilakukan Gus Dur sebaliknya membawa Sains menjadi humor saat beliau masih hidup. Berkah Gus Dur, sudah wafat pun masih memberi manfaat bagi generasi sesudahnya. Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan memberi tempat mulya dalam surgaNya Allah SWT.
Di sisi lain apa yang diungkap Guntur Wiguna (2010) tentang humor menjadi sebuah keniscayaan. Dikatakan, dengan humor kita bisa sejenak melupakan kesulitan hidup. Dengan humor, pikiran kita jadi sehat. Maka dengan pikiran sehat badan pun kuat, imun meningkat, dan kita dapat melawan Covid-19!.
ADVERTISEMENT
Suzan Lesmana
Pranata Humas LIPI