Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kebebasan dan New Normal yang Terabaikan
9 Oktober 2020 21:01 WIB
Tulisan dari Siti Kholasoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi virus corona (Covid-19) yang berawal dari Kota Wuhan, Republik Rakyat China, masuk ke Indonesia pada 2 Maret 2020. Keberadaan virus ini membuat pemerintah di berbagai negara menerapkan kebijakan yang ekstrem, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kebijakan ekstrem di Indonesia, di antaranya dengan menerapkan sosial/physical distancing atau jaga jarak. Kebijakan yang membatasi ruang gerak ini, mengharuskan masyarakat untuk beraktivitas dirumah. Bahkan, banyak yang merasa terpaksa, untuk tetap berada di rumah saja selama berbulan-bulan, mulai dari bekerja, belajar, hingga beribadah. Roda perekonomian pun terhenti selama pembatasan sosial.
Pembatasan sosial yang berdampak pada kelumpuhan perekonomian, mau tidak mau harus dijalankan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. Penerapan pembatasan social ini, bukan untuk memenjarakan atau menyiksa masyarakat, tetapi untuk mempersempit ruang gerak covid-19.
Selama tiga bulan sejak pandemi Covid-19 masuk Indonesia, aktivitas masyarakat nyaris lumpuh. Perkantoran dan sekolah berjalan dengan sistem online dari rumah, pusat perbelanjaan, tempat wisata, dan tempat ibadah tutup sementara. Dilema dirumah saja, akhirnya membuat pemerintah mengambil langkah lain, yaitu menuju tatanan baru atau New Normal.
ADVERTISEMENT
New normal tidak bisa dimaknai sebagai kebebasan. New normal menjadi alternatif untuk mengembalikan ruang gerak masyarakat yang sempat terpenjara karena keadaan. Setidaknya, masyarakat menjadi lega untuk kembali bernafas, meski tidak selega seperti sebelum pandemi Covid-19.
New Normal
New Normal bukanlah suatu bentuk ekspresi dan euforia kebebasan. Kebebasan yang berarti kembali beraktivitas seperti sebelum adanya virus corona. Seperti bebas bergerak, bertindak, berkumpul, bahkan melakukan apapun dan dengan siapa pun, dengan mengabaikan protokol kesehatan.
New normal adalah sebuah tatanan dan pola hidup baru untuk kembali berkativitas di masa pandemi covid-19. Sehingga masyarakat tidak semakin lama merasa terpenjara dan keberlangsungan hidup serta ekonomi bisa berangsur pulih.
New Normal merupakan langkah awal menuju kehidupan benar-benar normal. Artinya, New Normal menjadi cara hidup baru di masa pandemi covid-19. Dimana, segala aturan protokol kesehatan harus tetap diperhatikan, diikuti, dan diimplementasikan sampai keadaan benar-benar normal dan pandemi covid-19 dinyatakan berakhir. Dengan begitu, masyarakat bisa tetap produktif dan aman.
ADVERTISEMENT
Era New Normal bukan berarti bebas tanpa batas, bukan juga harus kembali seperti masa sebelum pandemi. Karena di era new normal, terdapat sederet protokol kesehatan yang harus dipatuhi agar lonjakan covid-19 tidak terjadi dan bahkan bisa memperlambat berakhirnya masa pandemi.
Tatanan normal baru yang disiapkan dan digaungkan pemerintah terus menerus disosialisasikan secara masif, agar masyarakat memahami apa yang harus dikerjakan, seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan dilarang berkerumun dalam jumlah banyak.
Tidak hanya itu, di era New Normal, pemerintah pun mengatur ketat berbagai sektor, di sektor publik misalnya, yang mengharuskan pekerjanya masuk ke kantor, diatur dengan pembagian jadwal kerja untuk meminimalisir kehadiran karyawan dikantor. Begitu juga dengan transportasi dan pusat perbelanjaan yang diatur jam operasionalnya, sehingga tidak menumpuk diwaktu yang bersamaan.
ADVERTISEMENT
Penerapan new normal harus dilakukan bersamaan dengan pendisiplinan protokol kesehatan. Karena masa New Normal diharapkan menjadi langkah percepatan penanganan Covid-19 dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi. Keadaan ini, mengharuskan pemerintah dan masyarakat untuk bekerja sama lebih keras lagi. Sama-sama harus lebih sadar, lebih disiplin, dan lebih saling menjaga dengan tidak mengabaikan kebiasaan baru dalam setiap aktivitas.
Protokol New Normal
New Normal bukan hanya sebatas kebebasan, tetapi penerapan protokol kesehatan dalam beraktivitas agar tetap terlindungi dari Covid-19. Jangan sampai era New Normal menjadi boomerang karena mengabaikan protokol kesehatan.
Fase New Normal menuntut kita memilki kebiasaan baru, yaitu disiplin menerapkan protokol kesehatan ditengah pandemi covid-19. Agar fase kenormalan baru ini dapat berjalan dengan baik, ada beberapa protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu; menjaga kebersihan tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari menyentuh wajah, menerapkan etika bersin dan batuk, serta membiasakan gerakan masyarakat hidup sehat (germas) melalui pola hidup sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat (phbs).
ADVERTISEMENT
Kebebasan Saat New Normal
Banyak masyarakat yang gagal paham dalam menyikapi New Normal. Tak jarang yang beranggapan bahwa new normal adalah kebebasan baru tanpa mengindahkan protokol kesehatan. Anggapan seperti itu sangat keliru, karena kebebasan di masa new normal lebih kepada melakukan kebiasaan baru dengan meninggal kebiasaan lama.
Salah satunya adalah memakai masker. Sebelum pandemi, tidak semua orang memakai masker saat keluar rumah. Tapi saat new normal, harus memakai masker. Saat new normal, kita pun harus membiasakan diri mencuci tangan, mengatur jarak dengan orang lain, dan menjadikan prinsip protokol kesehatan sebagai kebiasaan baru.
Karena kita harus selalu waspada dan menjaga diri dari pandemi covid-19. Jangan sampai, menyalahgunakan kesempatan dengan bersikap abai dan masa bodo terhadap protokol covid-19, sehingga terjadi lonjakan kasus baru covid-19. Itulah yang disebut kebebasan saat new normal. Ayo jalani kebebasan di era new normal dengan menjaga dan disiplin diri dalam menerapkan protokol kesehatan, serta membiasakan PHBS.
ADVERTISEMENT