Konten dari Pengguna

Menerobos Narasi Arus Utama Lewat Film Dokumenter “Semesta”

Chrisanta Ophelia Rosharry
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Atma Jaya Yogyakarta
25 Oktober 2024 11:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Chrisanta Ophelia Rosharry tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cuplikan Film Dokumenter Semesta (Sumber : Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Cuplikan Film Dokumenter Semesta (Sumber : Pribadi)
ADVERTISEMENT
Perjalanan sinema dokumenter Indonesia jika dilihat pada masa orde baru kerap digunakan sebagai alat propaganda negara. Semasa itu, dokumenter cenderung terbatas dalam penyuaraan isu karena harus mengikuti garis kebijakan pemerintah. Namun, seiring berjalannya waktu dokumenter mengalami transformasi yang signifikan dan dijadikan medium yang lebih dinamis dalam menyuarakan isu sosial dan lingkungan yang sebelumnya dianggap tabu atau sensitif. Hal ini menimbulkan munculnya gerakan baru dokumenter bagi sineas muda yang lebih kritis dan berani dalam penyuaraan isu seperti demokrasi, lingkungan dan hak asasi manusia.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, film dokumenter dijadikan sebagai wadah dan peluang untuk menyuarakan kritik sosial bagi para kelompok yang terpinggirkan dan fokus pada framing isu yang seringkali luput dari perhatian publik. Pada konteks ini, dokumenter beralih sekedar alat pengajar menjadi sarana untuk menantang narasi dominan dan memberikan wadah bagi kelompok marjinal untuk bersuara. Disinilah “Semesta” mengambil bagian; sebagai film yang bukan menampilkan masalah lingkungan saja, tetapi juga menyampaikan perspektif yang berbeda terkait bagaimana manusia berkontribusi dalam melestarikan alam.

Bernarasi Lewat Film "Semesta"

Film dokumenter “Semesta” menampilkan narasi yang sering diabaikan oleh media arus utama, yakni kisah manusia bisa dari berasal dari berbagai penjuru yang berjuang dalam menjaga lingkungan dengan cara dan adat istiadat mereka sendiri. Kemunculan film ini dianggap sebagai trend yang meluas di dunia dokumenter Indonesia pasca-reformasi, dimana beberapa film dokumenter mulai berfokus pada cerita lokal yang relevan dengan kehidupan yang ada. Pendekatan ini mencerminkan adanya pergeseran paradigma dalam industri film dokumenter dari narasi besar yang didikte oleh aktivis besar atau pemerintah (top-down) menjadi beralih menjadi cerita lokal dari masyarakat yang menunjukkan keberagaman cara pandang terhadap suatu isu (bottom-up).
ADVERTISEMENT
Perkembangan yang terjadi pada film dokumenter ini tidak terlepas dari adanya kemajuan teknologi dan akses yang lebih mudah terhadap peralatan yang mendukung produksi untuk meningkatkan keinginan dan kemampuan film untuk bercerita.
Sebagai bagian dari dokumenter, “Semesta” berhasil mencapai ekspektasi banyak khalayak dengan kualitas sinematografi yang memukau dan mendalam seakan-akan khalayak merasa ikut dalam perjalanan lintas Nusantara tersebut. Dalam kekuatan visual yang ada tentu tidak hanya menampilkan keindahan semata, tetapi juga membantu menekankan urgensi yang diangkat dalam dokumenter ini.
Film ini ikut menambah perbendaharaan dokumenter lokal yang mempunyai misi dalam menyuarakan isu kritis dengan pendekatan yang out of the box. Dengan adanya cerita nyata dari masyarakat terkait isu yang luput diperhatikan, dokumenter mampu mengubah cara pandang khalayak terhadap isu tabu menjadi sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan semua orang. Pendekatan narasi personal dan emosional dalam film dokumenter mampu menyentuh khalayak. Ini berbanding terbalik dengan berita lingkungan yang disuarakan dalam media arus utama dengan narasi formal dan tidak menyentuh sisi kemanusiaan khalayak.
ADVERTISEMENT
Meskipun “Semesta” berhasil mengangkat berbagai sisi positif dari isu lingkungan, tidak dipungkiri masih banyak kritik yang didapatkan dari khalayak. Beberapa khalayak menganggap film ini cenderung melupakan akar dari permasalahan yang lebih besar seperti kebijakan pemerintah atau korporasi yang merusak lingkungan. Namun, disinilah yang menjadikan “Semesta” berbeda dengan dokumenter lainnya. “Semeste” memberanikan untuk berfokus pada sisi positif dan memframing solusi yang konkret yang bisa dilakukan khalayak.
Lewat cerita hangat dan penuh makna, film ini mengajarkan kita untuk lebih peduli dengan bumi yang mana sudah menjadi rumah utama kita yang layak untuk di jaga. Selain itu, “Semesta” juga mengingatkan kita bahwa suara-suara kecil pun mempunyai kekuatan yang besar dalam membentuk opini publik dan membawa perubahan nyata. Selain itu, “Semesta” juga menunjukkan keberhasilan sineas muda Indonesia dalam engembangkan film dokumenter yang menantang narasi dominan dan mengangkat isu yang sering kali terpinggirkan dan menjadikan khalayak sebagai agen perubahan terhadap lingkungan demi masa depan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT