Tren Baru Feminisme: Perjuangan Kesetaraan Gender yang Lebih Adil dan Inklusif

Nazmi Roan Pratama
Teknik Elektro Universitas Malikussaleh
Konten dari Pengguna
2 Maret 2023 15:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nazmi Roan Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Orang-orang menggelar unjuk rasa mendukung feminisme di Seoul, Korea Selatan, 12 Februari 2022. Foto: Ahn Young-joon/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Orang-orang menggelar unjuk rasa mendukung feminisme di Seoul, Korea Selatan, 12 Februari 2022. Foto: Ahn Young-joon/AP Photo
ADVERTISEMENT
Feminisme telah menjadi gerakan yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun gerakan feminis telah ada selama beberapa dekade, namun tren baru dalam feminisme terus muncul sebagai respons terhadap perubahan sosial dan politik yang terjadi di seluruh dunia. Salah satu tren baru dalam feminisme adalah perjuangan untuk kesetaraan gender yang lebih adil dan inklusif.
ADVERTISEMENT
Feminisme pada awalnya berfokus pada perjuangan hak-hak perempuan dalam masyarakat yang didominasi oleh laki-laki. Namun, dengan berjalannya waktu, feminisme telah menjadi lebih inklusif dan memperjuangkan kesetaraan gender bagi semua orang, termasuk mereka yang tidak mengidentifikasi diri sebagai laki-laki atau perempuan. Dalam hal ini, Dr. Rebecca Walker, aktivis feminis dan penulis dari "Black, White and Jewish" mengatakan:
Kesetaraan gender bukan hanya tentang perjuangan hak-hak perempuan, tetapi juga tentang memperjuangkan kesetaraan bagi semua orang, termasuk mereka yang tidak mengidentifikasi diri sebagai laki-laki atau perempuan, dan mereka yang berasal dari kelompok minoritas lainnya. Dalam sebuah artikel untuk The Guardian, Laura Bates, penulis dan aktivis feminis, mengatakan:
ADVERTISEMENT
Feminisme baru saat ini juga menyoroti berbagai isu yang lebih kompleks dan tidak dapat diatasi dengan pendekatan yang sederhana. Beberapa isu tersebut adalah pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, ketidaksetaraan dalam upah dan kesempatan karier, serta ketidaksetaraan akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan hak-hak reproduksi.
Dalam konteks kekerasan seksual, setiap 15 detik, seorang wanita diperkosa di India dan hanya 1 dari 4 kasus yang dilaporkan ke polisi (National Crime Records Bureau). Selain itu, laporan WHO tentang kekerasan terhadap perempuan menunjukkan bahwa setiap tahun, 1 dari 3 perempuan mengalami kekerasan fisik atau seksual oleh pasangan mereka (WHO).
ADVERTISEMENT
Feminisme baru menekankan pentingnya memahami keanekaragaman pengalaman yang berbeda-beda yang dialami oleh perempuan dan orang-orang dari kelompok minoritas lainnya. Ini termasuk pengalaman perempuan dari latar belakang ras, agama, etnis, dan kelas sosial yang berbeda. Menurut artikel dari The Conversation, feminisme yang inklusif mengakui keragaman pengalaman dan aspirasi perempuan, termasuk keragaman pengalaman rasial dan kelas, serta keragaman orientasi seksual dan gender.
Dalam rangka memperjuangkan kesetaraan gender yang lebih adil dan inklusif, feminisme baru juga menekankan pentingnya memahami interseksionalitas. Konsep interseksionalitas mengacu pada fakta bahwa setiap orang memiliki identitas yang kompleks dan terdiri dari berbagai faktor, termasuk gender, ras, kelas, orientasi seksual, agama, dan banyak lagi. Oleh karena itu, kesetaraan gender tidak dapat dipisahkan dari isu-isu lain seperti ras, kelas, dan orientasi seksual. Seperti yang dikatakan oleh aktivis feminis Kimberlé Crenshaw:
ADVERTISEMENT
Feminisme baru juga menekankan pentingnya mendengarkan pengalaman dan perspektif perempuan dalam perjuangan kesetaraan gender. Seperti yang diungkapkan oleh penulis dan aktivis feminis Audre Lorde:
Selain itu, feminisme baru juga menekankan pentingnya kolaborasi dan solidaritas antara perempuan dari berbagai latar belakang dan pengalaman. Sebagai contoh, gerakan #MeToo, yang dimulai pada 2017, memperlihatkan bagaimana perempuan dari berbagai latar belakang dan pengalaman dapat bergabung dan mendukung satu sama lain dalam perjuangan melawan pelecehan seksual.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka mencapai kesetaraan gender yang lebih adil dan inklusif, feminisme baru menekankan pentingnya tindakan nyata yang diambil oleh individu, kelompok, dan negara. Seperti yang diungkapkan oleh Michelle Obama:
Dalam upaya memperjuangkan kesetaraan gender yang lebih adil dan inklusif, setiap orang dapat berperan dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Seperti yang diungkapkan oleh Presiden Joe Biden dalam sebuah pidatonya pada Maret 2021:
ADVERTISEMENT
Feminisme baru merupakan tren baru dalam feminisme yang memperjuangkan kesetaraan gender yang lebih adil dan inklusif bagi semua orang, termasuk mereka yang tidak mengidentifikasi diri sebagai laki-laki atau perempuan. Dalam perjuangan untuk mencapai tujuan ini, feminisme baru menekankan pentingnya memahami keanekaragaman pengalaman dan perspektif perempuan, memahami interseksionalitas, mendengarkan suara perempuan, bekerja sama antara perempuan dari berbagai latar belakang, dan mengambil tindakan nyata untuk mencapai tujuan kesetaraan gender yang lebih adil dan inklusif.
Feminisme baru menekankan bahwa kesetaraan gender tidak dapat dipisahkan dari isu-isu lain seperti ras, kelas, dan orientasi seksual, dan bahwa solidaritas antara perempuan dan pria dari berbagai latar belakang sangat penting dalam mencapai tujuan kesetaraan gender.