Konten dari Pengguna

Pilkada 2024 di Tengah Pasar Politik? Apakah Benar?

Aushifa Salwa Nugroho
saya adalah mahasiswa Politeknik STIALAN Jakarta program studi Administrasi Pembangunan Negara
2 Oktober 2024 12:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aushifa Salwa Nugroho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi politik foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi politik foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Politik pilkada tahun 2024 ini adalah sebagai arena pertarungan yang sengit dan kompleks. Adanya keterkaitan ekonomi dan politik sangat ketat dan erat. Dimana para bakal calon akan memberikan penawaran janji – janji manis seperti visi dan misi kepada masyarakat. Bakal calon juga akan menunjukan kemampuan mereka seperti program – program yang akan di tunjukan kepada masyarakat. Tetapi bakal calon tidak hanya bersaing dengan suara melainkan berlomba agar memenangkan pasar politik yang sangat sengit.
ADVERTISEMENT
Namun,di balik pertarungan politik tersebut terjadi kenyataan yang kelam seperti: keterpilihnya bakal calon bukan hanya kemampuan dan program mereka yang di unggulkan, melainkan adanya bakal calon yang memanfaatkan sumber daya mereka agar memenangkan pertarungan sengit tersebut.
Adanya permintaan,penawaran dan juga harus ada harga yang harus di bayar. Yang di sebut sebagai praktik oligarki atau money politic yang biasa di sebut dengan “suap”. Yaitu proses orang yang berkuasa dalam berpolitik yang dapat mempengaruhi proses poltik menggunakan harta mereka dengan mendukung bakal calon tersebut agar bisa menang dalam pertempuran tersebut. Politik uang menjadi ancaman yang sangat serius bagi demokrasi di Indonesia, kegiatan tersebut dapat melemahkan kepercayaan publik terhadap pemerintah dan menurunkannya proses berkolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Dari data LKPI menunjukan bakal calon pilkada 2024 menghabiskan lebih dari Rp. 10 miliar untuk berkampanye yang memiliki peluang menang 35 persen lebih tinggi di bandingkan mereka yang mengeluarkan anggaran lebih kecil. Ini menujukan bahwa uang dapat mempengarungi nilai keterpilihannya seorang yang akan menjadi bakal calon tersebut. Kondisi ekonomi menjadi faktor yang dapat mempengaruhi harapan,keinginan, dan juga kebutuhan dari pemilih. Selain uang juga adanya kontrol dari sosial media juga berperan aktif yang akan menjadi konsumsi publik dan membentuk presepsi publik. Untuk itu kita harus memiliki stratetegi dalam menciptakan keadilan yang serius,bukan hanya memperkeruh demokrasi di Indonesia melainkan dapat memperburuk faktor ekonomi di Indonesia seperti ketidaksetaraan,karna yang akan menang ialah orang yang berkuasa.
ADVERTISEMENT
Hal – hal semacam ini harus di hilangkan karna dapat menodai demokrasi di Indonesia dan mengurangi hak – hak demokrasi dari kehendak rakyat, bukan hanya ancaman dan juga juga tekanan dari pihak yang berkuasa. Untuk itu masi ada harapan untuk melangkah menuju masa depan yang cerah menuju Indonesia Emas 2045. Dari permasalahan pilkada 2024 ini di harapkan bahwa pasar politik bisa dapat di jalankan dengan adil,jujur, dan juga transparan. Karna pasar yang sehat akan berpengaruh terhadap ekonomi dan politiknya suatu negara, serta melahirkan pemimpin – pemimpin yang benar- benar bertanggung jawab terhadap masyarakat dalam menjalankan tugas- tuganya sebagai pemimpin.
Aushifa Salwa Nugroho, mahasiswa Politeknik STIALAN Jakarta program studi Administrasi Pembangunan Negara
ADVERTISEMENT