Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Batalkan Utang Asia untuk Mengatasi Coronavirus Secara Global
5 Mei 2020 12:34 WIB
Tulisan dari Oxfam di Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh Lan Mercado, Direktur Regional, Oxfam di Asia
Dengan banyaknya negara di Asia yang sedang berjuang melawan COVID-19, pembatalan seluruh utang oleh para pemodal di seluruh dunia dan oleh negara-negara kaya akan memberi ruang bagi keuangan negara-negara miskin dan berkembang dalam penyediaan layanan kesehatan, memberikan perlindungan, makanan, kebutuhan pokok, dan dukungan ekonomi kepada mereka yang paling membutuhkan.
ADVERTISEMENT
“Selain melawan virus dan menangani krisis ekonomi, kekhawatiran terbesar kami saat ini adalah bagaimana orang-orang sekarat karena kelaparan," kata Imran Khan, Perdana Menteri Pakistan dalam sebuah tayangan televisi.
Ia meminta para donor internasional memberikan keringanan utang bagi negara-negara berkembang seperti negaranya. Menurut Khan, pertempuran dalam mengelola utang adalah perkara hidup dan mati.
"Dengan populasi 220 juta di Pakistan, paket stimulus terbaik yang mampu kami berikan sejauh ini adalah sebesar US $ 8 miliar,” tambahnya.
Jika tersebar merata di seluruh negeri, jumlahnya akan kurang dari US $ 40 per orang. Sementara banyak negara, termasuk Pakistan dan Sri Lanka, telah berkomitmen untuk menyediakan tes COVID-19 secara gratis yang satu kali saja menelan biaya minimal US $ 40 atau lebih.
ADVERTISEMENT
Sistem kesehatan publik di banyak negara di Asia dilanda masalah antrian panjang serta layanan berkualitas rendah yang bahkan tidak mampu memenuhi kebutuhan hari-hari biasa. Di 5 negara terpadat di ASEAN, rasio dokter adalah 0,8 orang untuk 1.000 orang dan pengeluaran untuk perawatan kesehatan sebesar 44%.
Di Indonesia, ketahanan kesehatan masih menjadi masalah yang kian meruncing di tengah pandemic ini. Rasio tempat tidur di rumah sakit Indonesia masih terbilang rendah, yakni 1,2 per 1.000 penduduk Indonesia. Tak hanya ihwal tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter di Indonesia adalah terendah kedua di Asia Tenggara, yaitu 0.4 dokter per 1000 penduduk yang artinya Indonesia hanya memiliki empat dokter yang melayani 10.000 penduduk.
ADVERTISEMENT
Dalam pandemi global ini, meningkatkan sistem perawatan kesehatan bukanlah sekadar pilihan, melainkan keharusan.
Laporan Oxfam "Dignity not Destitution" yang diluncurkan pekan lalu menemukan fakta bahwa selain kehilangan banyak nyawa akibat kegagalan layanan kesehatan, kejatuhan ekonomi dapat mendorong lebih dari setengah miliar orang di seluruh dunia jatuh ke lubang kemiskinan. Akibat adanya lockdown di seluruh Asia, banyak orang, terutama yang tidak memiliki pekerjaan formal penuh waktu, berjuang lebih keras untuk bertahan hidup.
Secara global, dua miliar orang bekerja di sektor informal tanpa mendapat cuti sakit berbayar — mayoritas dari mereka tinggal di negara-negara miskin di mana 90 persen pekerjaan masuk dalam kategori informal, dibandingkan dengan negara-negara kaya yang hanya 18% dari total seluruh pekerjaan. Asia, benua kita, adalah rumah bagi 2/3 pekerja prekariat miskin dunia.
ADVERTISEMENT
Perempuan berada di garda depan dalam perjuangan melawan virus corona; 70 persen pekerja kesehatan secara global adalah perempuan. Para perempuan menyediakan 75 persen perawatan tanpa bayaran-merawat anak, orang sakit dan orang tua. Ironisnya, pekerjaan ini tidaklah tetap, dibayar rendah namun dengan risiko paling tinggi. Lebih dari satu juta pekerja garmen Bangladesh-80 persen di antaranya adalah perempuan-telah diberhentikan atau dirumahkan tanpa pesangon, setelah pesanan dari merek-merek pakaian dari negara-negara barat dibatalkan atau ditangguhkan.
Kehilangan pendapatan 20% merupakan skenario yang sangat mungkin terjadi jika pekerjaan mereka dihentikan selama beberapa bulan. Skenario ini berisiko mendorong 230 juta orang di Asia Selatan dan 60 juta orang di Asia Timur dan Pasifik jatuh ke lubang kemiskinan ekstrem (kurang dari Rp 29 ribu/hari). Sebanyak 440 juta orang lainnya di wilayah ini akan berada di ambang batas kemiskinan, hanya mampu bertahan hidup dengan penghasilan kurang dari Rp 49 ribu sehari.
ADVERTISEMENT
Pandemi akan menambah jumlah utang negara miskin di Asia akibat menurunnya pendapatan pajak selama lockdown serta meningkatnya pengeluaran biaya kesehatan yang diperlukan guna menyelamatkan hidup dan membantu kelompok rentan bertahan hidup selama goncangan ekonomi dan situasi sulit tak menentu ini.
Revisi anggaran negara 2020 Indonesia menyoroti pendapatan yang lebih rendah dan pengeluaran yang lebih tinggi akibat wabah. Dalam mengatasi defisit yang melebar, pemerintah berupaya melipatgandakan utang negara menjadi Rp 1 kuadriliun (US $ 63 miliar) karena pendapatan pajak diperkirakan akan menurun dengan bisnis yang lumpuh dan rumah tangga kehilangan pendapatan selama pandemi.
Jika kita tidak menyediakan layanan kesehatan dan bantuan yang penting sekarang juga, hal ini tidak hanya akan merugikan populasi miskin dan rentan, melainkan semua orang. Seperti yang telah dibuktikan dengan adanya gelombang infeksi kedua atau bahkan ketiga yang dialami oleh beberapa negara di Asia Timur karena adanya reinfeksi, tidak ada bangsa yang bisa selamat jika negara lain tidak aman.
ADVERTISEMENT
Inilah saatnya bagi negara-negara berkembang di Asia dan belahan dunia lainnya bersatu mengambil tindakan melalui badan-badan regional seperti ASEAN dan SAARC untuk saling mendukung dan menyerukan pembatalan utang global agar bermanfaat bagi negara berkembang dan masyarakat miskin rentan. Negara maju dan pemodal global seperti G-20, Paris Club, Bank Dunia, IMF, ADB, dan AIIB harus mengakui urgensi pembatalan utang dan segera bertindak. Negara-negara yang membutuhkan pemasukan kas tambahan harus diprioritaskan untuk mendapat hibah.
Seluruh dunia dan negara-negara kaya harus bertindak sekarang. Hari ini kita hidup di dunia dengan ketergantungan tanpa batas, dan kekuatan terbesar kita bersama adalah dengan bertahan dan menjaga yang terlemah. Merawat mereka yang paling membutuhkannya sama dengan merawat diri kita sendiri.
ADVERTISEMENT
***
Lan Mercado adalah Direktur Regional untuk Oxfam di Asia.
Lan adalah seorang aktivis dan pekerja di bidang pembangunan, dengan lebih dari 30 tahun pengalaman bekerja dengan koalisi masyarakat sipil, gerakan lingkungan, dan organisasi hak-hak perempuan internasional. Ia sudah bergabung dengan Oxfam sejak 1999, dimulai sebagai project officer yang bekerja langsung dengan perempuan dan laki-laki yang didukung oleh Oxfam sebelum kariernya perlahan naik hingga menjabat posisi kepemimpinan senior. Saat ini, beliau memimpin Oxfam di Asia.