Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Pentingnya Resiliensi bagi Gen Z sebagai Generasi Penerus Bangsa
19 Januari 2023 8:50 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Ozora Cindy Oktavia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan zaman yang semakin hari menjadi semakin pesat menjadi sebuah fenomena yang memberikan dampak terhadap masyarakat . Tanpa kita sadari kecanggihan sarana informasi membuat penggunaan teknologi informasi meningkat pesat.
ADVERTISEMENT
Tentunya, perkembangan yang pesat juga membawa dampak yang signifikan terhadap berbagai negara, khususnya Indonesia. Masyarakat Indonesia pun menyadari serta ikut merasakan dampak positif dari adanya kemajuan teknologi informasi ini, seperti proses pertukaran informasi menjadi lebih mudah dan cepat, dapat memudahkan proses pekerjaan yang ada, dan yang baru-baru ini dirasakan juga sistem pembelajaran yang baru yang dapat diselenggarakan secara daring tanpa adanya interaksi secara tatap muka.
Berkembangnya teknologi juga memberikan pengaruh terhadap pola pikir masyarakat dalam mengekspresikan suatu hal. Masyarakat yang memiliki tingkat penasaran yang tinggi dan ingin berkembang akan berusaha untuk mengambil peluang ini untuk meraih keuntungan.
Selain perubahan pola pikir, adanya perkembangan teknologi informasi tentunya membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan proses interaksi dengan sesama. Pada masa kini, untuk melakukan proses interaksi masyarakat cukup mengandalkan gadget yang dimilikinya.
ADVERTISEMENT
Di mana pun dan kapan pun masyarakat dapat secara praktis bisa mendapatkan informasi apa pun secara cepat. Di mana ada dampak positif, tentunya juga ada dampak negatif yang menghampiri. Banyaknya bahaya yang dapat mengancam generasi muda apabila mereka tidak bisa melakukan kontrol diri dengan baik. Mereka juga dapat tumbuh dengan memiliki sifat individualis dan egois yang tidak memperdulikan lingkungan ataupun individu lainnya. Hal ini dapat dilihat ketika pada saat berkumpul disebuah tempat hal yang biasa dan umum dilakukan adalah saling bertegur sapa dan juga berbincang satu sama lain.
Tentang Generasi Z
Namun, pada saat ini banyak sekali ditemukan generasi muda yang pada saat berkumpul dengan teman ataupun sanak saudaranya akan sibuk dengan masing-masing gadget yang mereka miliki. Jika membahas mengenai perkembangan zaman, khususnya teknologi tentunya hal ini sangat melekat kepada generasi muda yaitu generasi z.
ADVERTISEMENT
Generasi z sendiri merupakan generasi yang akan menentukan masa depan bangsa kelak. Namun, justru generasi ini yang seringkali mendapatkan respon dan pandangan yang terbilang negatif. Sebagai generasi muda, generasi z dianggap sebagai generasi kecanduan internet yang memiliki sikap apatis dan juga egois.
Selain itu, generasi ini juga dikenal sebagai generasi yang menginginkan segala sesuatunya secara cepat dan instan. Maka dari itu, tak jarang generasi ini dipandang sebagai generasi yang less effort.
Adapun berbagai tantangan yang didapatkan sebagai risiko menjadi bagian dari generasi z. Hal itu adalah pornografi dan juga tindakan cyberbullying. Banyaknya asumsi dan juga pandangan miring terkait generasi ini membuat generasi z harus mampu membuktikan bahwa generasinya bisa meraih kesuksesan di masa mendatang. Sangat penting bagi generasi z untuk memahami dan menerapkan sikap resiliensi dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Memahami Resiliensi bagi Generasi Z
Resiliensi sendiri merupakan suatu kemampuan dalam bentuk mengatasi dan melakukan proses adaptasi terhadap suatu kejadian yang berat atau permasalahan dan konflik yang terjadi dalam kehidupan. Hal ini dapat diterapkan dengan cara menerapkan sikap bertahan dalam keadaan tertekan, serta dapat menghadapi berbagai kesulitan, ataupun perasaan trauma yang dialami.
Resiliensi ini sangat penting untuk diterapkan, dan dapat juga dijadikan sebagai salah satu bentuk dari indikator yang diperlukan guna mengubah segala bentuk konflik dan permasalahan yang ada menjadi sebuah kesempatan untuk berubah dan meningkatkan kemampuan untuk mencapai perubahan yang lebih baik dan positif.
Terdapat sejumlah cara yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan sikap resiliensi. Langkah pertama ialah kita bisa mengubah persepsi mengenai kegagalan. Persepsi terhadap kegagalan perlu diubah karena kegagalan adalah suatu bentuk proses yang wajar dirasakan dalam pencapaian cita-cita ataupun suatu tujuan yang ingin digapai. Jika kita mengubah persepsi dan memandang kegagalan sebagai hal yang wajar terjadi, maka kita dapat bertumbuh menjadi individu yang lebih positif dan matang dikarenakan kita mampu memberikan makna tersendiri mengenai sebuah kesuksesan.
ADVERTISEMENT
Kemudian, kita juga mendapatkan dorongan dan motivasi tinggi dibandingkan merasa rendah diri dan jatuh dalam keterpurukan. Tentunya, hal tersebut dapat membangun tingkat kepercayaan pada diri sendiri. Kita dapat menanamkan keyakinan dalam diri bahwa kita akan menjadi individu yang sukses di masa depan. Kita juga perlu menjaga fisik maupun mental agar mampu mengatasi tantangan dalam hidup secara efektif.
Hal ini dapat diterapkan dengan menerapkan sikap relaks dan tidak terlalu memikirkan segala sesuatunya secara berlebihan dan berlarut-larut atau biasa disebut dengan overthinking. kita harus menerapkan sikap yang tenang dan tentunya tetap optimis, serta memberikan respon yang tepat terkait permasalahan yang sedang dihadapi.
Lalu, sebagai individu kita juga perlu untuk memahami bahwa segala sesuatu dapat berubah dan dapat berjalan tidak sesuai dengan rencana. Namun, hal ini dapat diatasi dengan pikiran tenang dan berusaha memahami masalah yang ada serta memikirkan jalan keluar yang tepat.
ADVERTISEMENT
Selain individu, diperlukan bimbingan orang tua sebagai pihak paling dekat yang akan memberikan sarana edukasi dan juga pendampingan kepada anak. Sebagai pihak terdekat segala bentuk interaksi dan sikap orang tua akan sangat berpengaruh terhadap anak.
Tentunya luapan emosi juga memberikan dampak tersendiri terhadap anak. Hal ini dikarenakan tingkat resiliensi yang rendah juga akan berdampak terhadap tingginya tingkat stress pada anak. Tentunya, untuk membentuk resiliensi orangtua harus memiliki sikap empati dan melakukan proses komunikasi serta bentuk interaksi secara positif kepada anak.
Hal ini kemudian dapat melatih anak untuk memudahkan dirinya dalam mengambil sebuah keputusan dan mengembangkan sikap optimis terhadap anak. Orangtua juga perlu menyediakan serta melengkapi anak dengan menumbuhkan kemampuan untuk mengukur, memperhitungkan, dan mengelompokkan secara mandiri dari berbagai pengaruh dunia online.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan salah satu cara esensial yang dapat diterapkan untuk memperkuat anak dalam mengendalikan berbagai risiko yang ada. Sehingga anak bisa berkembang dengan sikp dan karakter kepribadian yang kuat dan juga tangguh. Kemudian, lingkungan juga berpengaruh penting dalam mengembangkan sikap resiliensi. Pentingnya dukungan dari pelaku sosial yang ada disekitar kita juga merupakan bentuk pertolongan dan proses kembali dalam menyelesaikan suatu masalah.
Dengan adanya perubahan zaman yang sangat cepat membuat kita sebagai generasi z harus memiliki sikap yang mudah beradaptasi dengan keadaan yang ada. Banyaknya konflik dan tantangan tersendiri membuat generasi z perlu menerapkan dan mengembangkan resiliensi secara benar dan tepat. Sebagai generasi penerus bangsa, generasi z juga memerlukan banyak edukasi dan bimbingan. Adapun pihak-pihak, seperti keluarga dan lingkungan sekitar yang akan sangat berpengaruh dalam menumbuhkan sikap resiliensi terhadap individu gen z.
ADVERTISEMENT
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 5 November 2024, 20:55 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini