Konten Media Partner

Ancaman Buaya Liar di Sulteng Makin Tak Terkendali

6 Juni 2022 16:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang warga saat melihat 2 ekor buaya berkeliaran di Pantai Teluk Palu. Foto: Dok. PaluPoso (RK)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang warga saat melihat 2 ekor buaya berkeliaran di Pantai Teluk Palu. Foto: Dok. PaluPoso (RK)
ADVERTISEMENT
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Tengah (Sulteng) menyebut ancaman buaya liar di Sulteng makin tak terkendali. Tercatat, sejak April hingga Mei 2022, sudah tiga warga tewas diterkam buaya liar.
ADVERTISEMENT
“Kami meminta Pemerintah Daerah dan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) seriusi ancaman buaya terhadap warga dan nelayan yang bergantung kehidupannya di laut,” kata Direktur Walhi Sulawesi Tengah, Sunardi, Senin (6/6).
Sunardi menjelaskan, hingga 31 Mei 2022, satu lagi korban jiwa yakni seorang nelayan saat hendak memanah ikan diterkam buaya diperairan Donggala tepatnya Sojol Utara, Desa Ogoamas.
Sebelumnya pada 7 Mei 2022, warga asal Loli Saluran, Banawa meregang nyawa akibat dimangsa di sekitar Dermaga Pusat Pelelangan Ikan (PPI) tidak jauh dari Objek Wisata Tanjung Karang Donggala.
“Pada akhir april 2022, kejadian serupa juga terjadi di sekitaran dermaga Mamboro Palu Utara, saat itu korban sedang memanah ikan lalu diterkam buaya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya itu, di tahun 2020 seorang warga sedang mandi terapi air laut di Pantai Talise Teluk Palu diterkam buaya hingga terluka di tangan.
Di tahun yang sama, fenomena buaya masuk ke area parkiran Palu Grand Mall (PGM). Sedangkan di bulan November 2021, warga Dalaka Donggala yang sedang memanah ikan tiba-tiba diterkam buaya dan diseret ke tengah laut hingga tewas.
Banyaknya kejadian itu diakibatkan fenomena perkembangan buaya tidak dikendalikan. Hal ini akan berbahaya bagi manusia.
“Kalau dilihat kurun satu bulan sejak Mei dan April 2022 saja ini, sudah ada tiga nelayan tewas dengan waktu tidak terlalu jauh,” katanya.
Ia mengatakan kejadian ini sangat mengkhawatirkan, sepanjang Teluk Palu hingga Tanjung Karang Donggala, dikenal tempat wisata maupun tempat mencari ikan para nelayan. Sepanjang itupula telah menjadi lalu lintas buaya yang diduga berasal dari Sungai Palu.
ADVERTISEMENT
“Tentu perlu jadi perhatian Pemerintah Provinsi bersama BKSDA Sulawesi Tengah dalam penanganan satwa liar ini,” imbuhnya.
Data BKSDA Sulawesi Tengah hingga tahun 2022 ini tidak kurang dari 36 ekor buaya hidup di Sungai Palu. Kendati demikian konflik antara buaya dan manusia masih cukup intens sejak 2019 hingga 2022.
Bersamaan dengan situasi itu, Walhi Sulawesi Tengah telah dua kali diundang rapat dengar pendapat (RDP) oleh DPRD Provinsi bersama stakeholder terkait. Saat RDP itu Walhi mengusulkan agar pihak terkait membuat tempat penangkaran buaya sekaligus melakukan penangkapan.
“Usulan ini belum ada penyelesaian dan aksi lapangan, berharap di masa datang tidak akan ada lagi korban akibat terkaman hewan predator buaya di peraian Palu maupun Donggala,” ujarnya. *(RK)
ADVERTISEMENT