Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Mangge Rante, Pejuang Sulteng yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
30 Agustus 2019 18:16 WIB
![Pue Lasadindi. Foto: Istimewa](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1567163521/g5vbw2m6ddkcg5v7ofuf.jpg)
ADVERTISEMENT
Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) memiliki beberapa tokoh pejuang Merah Putih atau sosok pahlawan ketika melawan para penjajah. Salah satunya adalah Mangge Rante.
ADVERTISEMENT
Tokoh Tanah Kaili yang bernama asli Pue Lasadindi atau masyarakat Sulteng mengenalnya dengan sebutan Mangge Rante ini berasal dari keluarga bangsawan Sindue, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.
Ia lahir pada tahun 1828 dan dan wafat saat berusia seabad lebih di Desa Rondomayang, Sulawesi Barat, pada tahun 1958.
Sosok Mangge Rante diyakini memiliki karamah oleh sebagian masyarakat Bumi Tadulako. Mulai dari pesisir wilayah Pantai Barat, Kabupaten Donggala, Tomini Pantai Timur, Lembah Palu, hingga Kabupaten Sigi.
Kisah kepahlawanannya diceritakan secara turun-temurun oleh masyarakat Sulteng. Hal itu ditandai dengan pembuatan monumen patung Pue Lasadindi di Desa Toaya, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.
Masyarakat Sulteng meyakini eksistensi perjuangan Mangge Rante pada saat itu. Hingga kini, anak dari Mangge Rante, Pue Ratu Hindia Lasadindi atau dalam dialek Bahasa Kaili Rai disebut Ndo'o Bose, masih hidup dan tinggal di Desa Enu, Kabupaten Donggala.
ADVERTISEMENT
Gubernur Sulteng, Longky Djanggola, melalui suratnya telah mengusulkan kepada Menteri Sosial RI, Nomor 464.1/ 069/Dis Sos, tertanggal 16 April 2019, perihal pengusulan Mangge Rante menjadi pahlawan Nasional.
Salah seorang penggagas yang mengusulkan Mangge Rante menjadi Pahlawan Nasional dari Sulawesi Tengah ialah Mohamad J Wartabone, ia menjelaskan bahwa selain sebagai ulama, Mangge Rante juga pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan.
"Selain sebagai ulama yang menanamkan spirit bela Tanah Air kepada muridnya, Pue Lasadindi (Mangge Rante), tokoh pejuang melawan penjajah di Sulawesi Tengah. Beliau bergabung dalam organisasi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1917, sewaktu HOS Cokro Aminoto berkunjung ke Donggala dalam rangka pembentukan SI di Sulteng," ujarnya di kantor DPRD Palu, Jumat (30/8).
Dimulai sejak perang Kayumalue 1888 melawan Belanda, Perang Malonda 1901 di Donggala, menolak pembayaran pajak Belanda 1902, Perang Dolo 1903, Perang Sojol 1904, perlawanan Tovoalangi 1905, Perlawanan Kolomboy 1926, dan akhirnya bergabung dalam perjuangan Merah Putih di Sulteng hingga masuknya Jepang ke Sulteng.
ADVERTISEMENT
Pada tahun tahun 1950, Mangge Rante bersama sembilan orang Tadulako atau pimpinan pasukan informan (semacam intel), bertugas menghubungkan semua para pejuang di wilayah Sulawesi Tengah.
Menurutnya, pemerintah pusat telah menurunkan tim guna melakukan verifikasi terkait pengusulan Pue Lasadindi atau Mangge Rante menjadi pahlawan Nasional.
"Sebelumnya, penelitian dan pendalaman sosok Pue Lasadindi dilakukan di Kota Palu. Setelah itu, kami mengusulkannya kepada Bupati Donggala. Selama tiga tahun dilakukan pendalaman, akhirnya melalui Gubernur Sulteng, diusulkan ke tingkat pusat. Masa penelitiannya memakan waktu hingga lima tahun," kata Caleg DPD Sulteng terpilih periode 2019-2024 ini.
Ke depannya, prospek pengusulan Pue Lasadindi menjadi pahlawan Nasional menunggu hasil seminar di Kementerian Sosial RI.
"Progres pengusulan Mangge Rante sendiri sudah final. Namanya sudah ada di urutan kedua dari sepuluh calon yang diusulkan menjadi pahlawan Nasional di tim tiga belas penetapan pahlawan Nasional di pusat. Tim tiga belas sudah berkunjung ke Palu beberapa waktu lalu. Mereka telah bertemu dengan ahli waris Pue Lasadindi, dan melihat bukti peninggalannya," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Reporter: Mallongi