Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Mengunjungi Wisata Religi 'Sis Aljufri' di Kota Palu, Sulawesi Tengah
21 Agustus 2019 11:56 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB

ADVERTISEMENT
Jalan Sis Aljufri adalah sebuah kawasan wisata religi yang letaknya kurang lebih 5 kilometer dari pusat kawasan perkantoran Pemerintah Kota Palu, atau tepatnya di Kelurahan Siranindi, Kelurahan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Di kawasan seluas kurang lebih 1 hektare dengan jalur jalan sepanjang 1 kilometer tersebut, terdapat lembaga pendidikan Islam seperti Alkhairaat, Masjid Alkhairaat, makam Guru Tua, hotel, toko perlengkapan baju muslim dan muslimat, toko buku, toko oleh-oleh, dan lain sebagainya.
Hampir setiap tahun usai perayaan Hari Raya Idul Fitri, tepatnya pada 12 Syawal tahun penanggalan Hijiriyah, atau 12 hari setelah lebaran, Pengurus Besar (PB) Alkhairaat melaksanakan haul pendiri Alkhairaat, Habib Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri, atau biasa disebut Guru Tua.
Guru Tua adalah ulama karismatik yang juga memiliki sebutan Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri ini, lahir di Taris, Hadramaut, Yaman pada 15 Maret 1892. Ia dikenal sebagai tokoh ulama yang berjasa menyebarkan agama Islam di Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Guru Tua juga adalah pendiri lembaga pendidikan Islam Alkhairaat pada tahun 1930, tahun pertama ia datang ke Palu, yang saat itu masih bernama Celebes di bawah masa pemerintahan kolonial Belanda. Lembaga ini adalah salah satu bentuk kontribusi dakwah, serta sumbangsihnya untuk bangsa ini.
Cikal Bakal Terbentuknya Kawasan Wisata Religi
Setiap tahun, kawasan religi Sis Aljufri selalu dipadati oleh para pengunjung atau peserta haul, yang memperingati hari wafatnya tokoh ulama Islam di Provinsi Sulawesi Tengah itu. Karena melihat dari banyaknya pengunjung yang terus bertambah setiap tahunnya, muncul inisiatif yang datang dari Wali Kota Palu, yang saat itu dijabat oleh Rusdy Mastura, untuk menjadikan wilayah seluas kurang lebih 1 hektare itu sebagai kawasan wisata religi di Kota Palu. Gagasan Rusdy Mastura atau biasa disapa oleh orang Palu dengan sebutan Cudi itu, didukung oleh pengurus besar (PB) Alkhairaat, karena adanya kesepahaman yang sama.
ADVERTISEMENT
"Maka dimulailah kegiatan yang namanya festival Raodha Sis Aljufri," kata Ketua Umum PB Alkhairaat, Habib Ali Bin Muhammad Aljufri, saat ditemui PaluPoso di kediamannya, Jalan Bakuku, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Rabu (21/8).
Habib Ali mengatakan, kawasan wisata religi tersebut sebenarnya bukan hanya dalam satu kompleks di Alkhairaat, tetapi juga sampai ke makam Datok Karama.
"Inilah cikal bakal adanya kawasan wisata religi di Jalan Sis Aljufri Palu," kata Habib Ali.
Perayaan haul Guru Tua dan festival Raodha di kawasan itu menurut Habib Ali, memiliki dampak perekonomian bagi masyarakat dan perhotelan di sekitarnya, dengan kunjungan tamu dari berbagai daerah, bahkan dari luar provinsi.
Menurut Habib Ali, dalam festival Raodha sendiri, digelar berbagai kegiatan lomba dan kegiatan bernuansa Islami. Seperti hafalan Alquran, cerdas cermat, dan lain sebagainya, yang berkaitan dengan kawasan wisata religi. Rencananya di kawasan itu akan dibangun gedung-gedung yang menyerupai bangunan yang ada di wilayah Ampel Kota Surabaya.
ADVERTISEMENT
“Ziarah ke makam Guru Tua dan Datok Karama, sebenarnya menjadi destinasi keagamaan, sebagai pengingat sejarah di Sulteng," kata Habib Ali.
Dukungan Pemerintah Kota Palu
Menurut Habib Ali, menjadikan kawasan Sis Aljufri sebagai wisata religi, belum sepenuhnya terlaksana sebagaimana tujuan awal. Masih perlu dukungan penuh dari pemerintah setempat. Hal itu tercermin dari sisi anggaran. Misalnya, untuk tahun 2019 ini, anggaran kegiatan festival Raodha menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Padahal dengan pembiayaan yang dinilai cukup, diharapkan bisa mendukung penuh kegiatan tersebut.
PB Alkhairaat ke depannya menginginkan adanya kegiatan Pekan Silaturahim Alkhairaat Nasional atau disingkat Pesan. Namun untuk langkah awal, pelaksanaannya masih sebatas wilayah Lembah Palu, belum meluas sebagai ajang silaturahmi antar Abnaul Alkhairaat, yang tersebar di berbagai daerah di wilayah Indonesia Timur.
ADVERTISEMENT
Di dalam pelaksanaan 'Pesan' itu sendiri akan diadakan berbagai macam kegiatan keilmuan. Sebab, Alkhairaat bergerak dalam bidang pendidikan, walau itu belum terealisasi sepenuhnya.
"Jadi 'Pesan' ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan tiga hari sebelum haul Guru Tua," katanya.
Habib Ali menambahkan, Pekan Silaturahim Alkhairaat Nasional memberikan pesan menjaga karakter umat, menjaga dan menyerukan bahwa ilmu merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada ilmu pengetahuannya.
Kegiatan Pesan itu juga memiliki semangat menggerakkan silaturahmi antara umat Islam. “Selain itu, menampilkan anak-anak didik Alkhairaat di pentas, dengan masing-masing keahlian yang mereka miliki,” ujarnya.
Habib Ali, pada kesempatan tersebut berpesan kepada semua Abnaulkhairaat, untuk bersama-sama berpartisipasi meramaikan ajang 'Pesan' tersebut nantinya, agar menjadi suatu simbol dari Provinsi Sulawesi Tengah itu sendiri. Sebagaimana diharapkan Guru Tua yang berdarah Sengkang Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan tersebut dalam bait syairnya, Palu sudah melebihi dari segi keilmuan Sengkang dan Bone, Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Untuk diketahui, Kawasan wisata religi Sis Aljufri diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Palu Nomor 16 Tahun 2011, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu 2010-2030. Dalam Perda tersebut mencantumkan, kawasan Sis Aljufri sebagai salah satu kawasan peruntukan pariwisata. Saat ini Perda tersebut dalam tahap revisi pasca-gempa, tsunami, dan likuefaksi pada 28 September 2018.
Diharapkan Memberi Suasana Islami
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Tengah, Zainudin Tambuala, mengatakan adanya kawasan wisata religi Sis Aljufri di wilayah Kota Palu memberi dampak dan manfaat yang sangat baik bagi masyarakat maupun pemerintah. Di antaranya, dari sisi sejarah, pengetahuan, pariwisata, dan tenaga kerja.
Zainudin berharap, ke depannya kawasan wisata religi Sis Aljufri lebih memberikan karakter serta suasana Islami, seperti adanya penjualan buku-buku pengetahuan Islam dan menampilkan peninggalan-peninggalan Guru Tua. Selain itu, bisa diadakan diskusi-diskusi keagamaan sebulan atau dua bulan sekali, dengan menampilkan tokoh-tokoh serta ulama Alkhairaat sebagai narasumber dengan konsep 'ngopi bareng'.
ADVERTISEMENT
"Ngopi santai tapi mendengarkan ilmu agama dengan suasana keagamaan. Jadi perlu merubah cara pandang (maindset) orang bahwa ngopi bareng ini tidak selamanya membicarakan hal tak bermanfaat atau negatif,” kata mantan ketua DPW PKS Sulteng itu.
Dan satu hal lagi tambahnya, ketika kawasan itu telah ditetapkan sebagai kawasan wisata religi, Pemerintah Kota Palu perlu memasukkannya dalam skala prioritas di APBD. Sebab, kawasann ini telah mengundang banyak orang untuk berkunjung Kota Palu.
Hal senada disampaikan Anggota DPRD Kota Palu, Rusman Ramli. Menurutnya, Pemkot Palu memiliki keinginan kuat untuk menjadikan wilayah barat Kota Palu sebagai destinasi wisata religi. Alasannya, di wilayah tersebut terdapat dua makam tokoh agama Islam di Sulteng, yakni makam Abdullah Raqie yang dikenal dengan sebutan Datok Karama. Tokoh ini dipercaya sebagai pembawa ajaran Islam pertama ke Sulawesi Tengah. Lalu, terdapat makam pendiri Alkhairaat, organisasi Islam terbesar di Indonesia Timur, yakni Habib Idrus Bin Salim Al Jufri atau yang dikenal dengan panggilan orang Palu, Guru Tua.
ADVERTISEMENT
Kontributor: Ikram