Punya Kekurangan di Bagian Kaki, Kakek Pemulung di Palu Ini Tetap Semangat Kerja

Konten Media Partner
30 Januari 2021 15:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kakek Hartono, pemulung di Palu tengah mendorong gerobaknya menyusuri jalan-jalan di pusat Kota Palu, Sabtu (30/1). Foto: Rian/PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Kakek Hartono, pemulung di Palu tengah mendorong gerobaknya menyusuri jalan-jalan di pusat Kota Palu, Sabtu (30/1). Foto: Rian/PaluPoso
ADVERTISEMENT
Sebelum matahari terbit kakek Hartono (59) sudah bangun dari tempat tidur dan mulai mempersiapkan keperluannya untuk memulai aktivitas kesehariannya. Ketika fajar mulai menyingsing, pemulung asal Donggala ini mulai bergegas mendorong gerobaknya menyusuri jalan-jalan menuju pusat kota Palu, yang berjarak belasan kilometer dari tempat tinggalnya, di Desa Guntarano, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Kakek yang memiliki seorang anak yang masih duduk di bangku SD itu, tiba kembali di rumahnya ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Begitulah kegiatan mencari nafkah yang dilakoni Hartono setiap harinya.
"Keseharian saya memulung. Biasanya itu saya sampai di pondok sebelum magrib," kata Hartono ditemui PaluPoso, Sabtu (30/1).
Sebuah gerobak miliknya menjadi penopang hidup Hartono dan keluarganya saat ini. Ia seolah mengabaikan rasa penat ketika mendorong gerobak menyusuri jalan beraspal.
Walau tersengat terik matahari Kota Palu yang terkenal bersuhu panas. Belum lagi kaki bagian kirinya mengalami masalah, membuatnya berjalan tertatih-tatih dan membungkuk ketika mendorong gerobak. Atau ketika memungut botol-botol bekas air mineral, yang terkadang banyak berserakan di sepanjang jalan yang dilaluinya.
ADVERTISEMENT
"Kaki saya ini kecil sebelah, kena penyakit dek, makanya susah berjalan," ujarnya.
Kakek Hartono, pemulung di Palu tengah mendorong gerobaknya menyusuri jalan-jalan di pusat Kota Palu, Sabtu (30/1). Foto: Rian/PaluPoso
Kaki kiri Hartono memang sudah beberapa tahun belakangan ini sudah mengalami penyakit. Pengobatan secara medis pernah ia lakukan secara rutin. Namun terkendala biaya, akhirnya ia hentikan.
"Sudah lama kena ini dek, sekitar tahun 2019, sebelum dari tahun itu juga sudah saya rasakan tapi belum parah seperti ini, hanya seperti rasa ngilu, terus saya kasih biar, lama-lama sudah jadi begini," ujarnya.
Saat ini Hartono tinggal dengan anak dan istrinya yang bernama Nursia (53), di sebuah gubuk di Desa Guntarano, Donggala.
"Saya paksakan kerja karena saya tinggal dengan istri dan anak, kalau anak saya masih kecil namanya Noval (8), dia masih kelas 1 SD," katanya.
ADVERTISEMENT
Sehari-hari pendapatan dari hasil memulung kata Hartono sekitar Rp 25 ribu. Pemasukan yang tidak begitu banyak, mengharuskannya bekerja lebih keras lagi.
"Saya kalau perhari dapat 25 ribu rupiah, tapi biasanya saya kumpul-kumpul sampai banyak, kadang tiga hari saya kumpul sudah hampir 100 ribu rupiah saya dapat, kadang lebih, tidak menentu," ujarnya.