Tak Bisa Belajar Daring, Siswa SMP Ini Berjualan Tisu untuk Beli Handphone

Konten Media Partner
8 Januari 2021 20:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Safwan (13), siswa salah satu SMP di Kota Palu, Sulawesi Tengah, terlihat menjajakan tisu di seputaran traffick light Kota Palu. Foto: Rian/PaluPoso
zoom-in-whitePerbesar
Safwan (13), siswa salah satu SMP di Kota Palu, Sulawesi Tengah, terlihat menjajakan tisu di seputaran traffick light Kota Palu. Foto: Rian/PaluPoso
ADVERTISEMENT
Umur bisa dibilang masih sangat belia tapi semangat untuk membantu orangtuanya mencari nafkah guna kebutuhan hidup sehari-hari, tak perlu lagi diragukan.
ADVERTISEMENT
Saban hari, Safwan (13), siswa salah satu SMP di Kota Palu, Sulawesi Tengah, terlihat menjajakan tisu di seputaran traffick light (lampu pengatur lalulintas) Jalan Moh. Hatta, Kota Palu.
Tisu yang dijajakan oleh siswa yang masih duduk di bangkus kelas VIII SMP itu milik ayahnya, Sulaeman, yang diorder dari salah satu pemilik toko.
Saat hendak ditemui PaluPoso, Safwan terlihat sedang menawarkan tisu jualannya itu kepada para pengendara yang melintas di Jalan Moh. Hatta.
Ketika para pengendara menanti tanda lampu hijau menyala, Safwan dengan gesit mendatangi satu per satu pengendara menawarkan tisu jualannya.
Saat para pengendara bersiap untuk melanjutkan perjalanannya, bocah ini kembali menepi di bahu jalan sembari menunggu lampu pengatur lalulintas menunjukkan warna merah.
ADVERTISEMENT
PaluPoso mencoba mendekatinya untuk mengorek keterangannya, alasan sehingga bocah ini berjualan tisu di lokasi yang dianggap kurang aman bagi keselamatan dirinya. Arus lalulintas yang cukup padat bisa membuat dirinya tersenggol kendaraan yang melintas.
Namun bagi Safwan, hal itu bukan jadi penghalang untuk membantu orangtuanya menjajakan tisu di lokasi traffick light.
Menurutnya, menjual tisu itu sudah digelutinya sejak 6 tahun silam, terhitung mulai dari tahun 2016 lalu. Sebelum berjualan di Jalan Moh Hatta, ia mengaku berjualan di Jalan Dewi Sartika, Kota Palu.
"Saya dari 2016 jualan, tapi sebelumnya di Dewi Sartika, kalau disini (Jalan Moh Hatta) baru tahun 2020 itu," kata Safwan, Jumat (8/1).
Safwan mengaku berjualan tisu untuk mengisi kekosongan kegiatan belajar tatap muka selama masa pandemi ini.
ADVERTISEMENT
"Masih kelas 2 SMP, cuman ini kita masih libur," katanya.
Menurutnya, saat pembelajaran daring ini, ia merasa kesulitan karena tak mempunyai gawai berbasis Android untuk dipakai sebagai sarana pendukung belajar secara daring. Gawai yang dimilikinya rusak terendam banjir.
Safwan (13), siswa salah satu SMP di Kota Palu, Sulawesi Tengah, menjajakan tisu di seputaran traffick light Kota Palu. Foto: Rian/PaluPoso
"Saya tidak bisa belajar online karena lalu saya tinggal di Jalan Rajamoili, kan masuk air, jadi terendam di air Hpku," ujarnya.
Ia memiliki obsesi, dari hasil penjualan tisu ini jika mendapatkan untung banyak akan dibelikan gawai baru untuk kebutuhan pembelajaran daring.
"Iya kalau dapat uang banyak dari sini saya mau beli hp, insya Allah," ujarnya.
Di tempat yang sama, Sulaeman (54), ayah dari Safwan, mengatakan setiap pagi dia bersama Safwan berangkat dari rumah pada pukul 09.00 WITA. Tetapi jika sudah pukul 04.00 WITA, Sulaeman pulang meninggalkan anaknya yang masih berjualan karena tak mampu lagi untuk berjualan sampai malam.
ADVERTISEMENT
"Saya biasanya kalau jam 4 sudah pulang, kalau dia ini (Safwan) sampai malam biasanya sampai jam 9 atau 10 begitu," kata Sulaeman.
Saat ini mereka tinggal di hunian sementara (huntara) Jalan Asam 3, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, karena rumah kontrak yang lalu mereka tinggali sudah rusak.
"Tinggal di huntara sekarang karena lalu rumah yang kita kontrak sudah rusak," ujarnya.
Sebelum menjadi penjual tisu, Sulaeman bekerja sebagai tukang bangunan, namun setalah disapu tsunami, alat-alat pekerjaannya rusak.
"Saya masih jadi tukang bangunan dulu, tapi sudah rusak alatnya disapu tsunami, jadi saya jualan tisu, kalau dia ini (Safwan) sudah dari kecil jualan," ujarnya.
Dia menambahkan, tisu tersebut didapatkan Sulaeman dari salah satu toko yang ada di Kota Palu.
ADVERTISEMENT
"Saya beli tisu ini baru saya jual ulang," lanjut Sulaeman.
Pria berkelahiran Gorontalo itu, saat ini tinggal bersama istri dan 5 anaknya. Demi mencukupi kehidupan sekolah dan makan setiap hari keluarganya, ia memilih menjadi penjual tisu. Dan, saat ini istrinya berjualan sebagai penjual nasi kuning di sekitaran huntara tempat mereka tinggal.
"Ada 4 anakku yang sekolah, kalau yang satunya belum sekolah, Safwan anak ke tiga, ada anakku juga yang satunya jualan cuman dia sudah malu katanya diliat temannya, hanya Safwan yang tidak malu jualan," tuturnya.