Konten Media Partner

Warga Palu Sudah Lama Mengenal Alat Tradisional Penanda Bencana

29 Agustus 2019 15:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beberapa budayawan saat memukul Pentongam yang terbuat dari kayu dan bambu pada acara Launching Program Mitigasi Bencana Kentongan di Palu, Kamis (29/8). Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Beberapa budayawan saat memukul Pentongam yang terbuat dari kayu dan bambu pada acara Launching Program Mitigasi Bencana Kentongan di Palu, Kamis (29/8). Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Pada zaman dahulu masyarakat Lembah Palu, Sulawesi Tengah, sudah mengenal alat tradisional sebagai upaya mitigasi bencana.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah kentongan yang terbuat dari bambu, atau dalam bahasa lokal warga Lembah Palu menyebut Teku-Teku. Ketika warga memukul kentongan, itu menandakan akan terjadi suatu peristiwa.
"Masyarakat Lembah Palu juga sudah mengenal Lesung (Nonju) dan alat musik tabuh (Gimba) sebagai penanda kepada warga sekitar akan terjadinya bencana alam," kata Budayawan Kota Palu, Smieth Lalove saat launching program mitigasi bencana kentongan, Kamis (29/8) di kantor RRI Palu.
Ia menjelaskan, saat warga membunyikan alat penanda bencana tersebut, memiliki ritme ketukan yang berbeda, yang masing-masing menandai akan terjadi atau telah terjadi peristiwa bagi masyarakat di Tanah Kaili.
Jika hanya satu ketukan menandakan telah terjadi pembunuhan atau kedukaan. Dua kali ketukan mengisyaratkan terjadi perampokan. Tiga ketukan merupakan peristiwa kebakaran. Empat ketukan menginformasikan akan terjadi bencana alam.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya jika lima ketukan menandakan terjadi pencurian hewan ternak. Enam ketukan menandai situasi telah aman.
Seorang pelajar saat memukul Kentongan yang terbuat dari kayu dan bambu di acara Lounching Program Mitigasi Bencana di Kota Palu, Kamis (29/8). Foto: Istimewa
Sedangkan untuk situasi darurat, ketukannya dilakukan berulang-ulang tanpa jedah waktu.
"Untuk empat kali ketukan pada kentongan, menandakan akan terjadi bencana alam dan memilki jedah waktu dalam setiap ketukannya," jelasnya.
Smith Lalove mengungkapkan, di Kelurahan Kawatuna, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, terdapat beberapa kentongan yang sudah lapuk. Kentongan tersebut tersimpan dalam kandang ternak kambing. Keberadaan kentongan itu menandakan bahwa pemilik benda tersebut pernah menjadi seorang penanda bencana alam maupun sebuah peristiwa.
Menurutnya, kurang lebih dua puluh menit sebelum terjadinya bencana alam, seperti gempa bumi, ternak yang ada di daerah itu akan memberikan isyarat.
ADVERTISEMENT
"Sebelum terjadinya bencana alam, ternak akan gelisah. Olehnya pemilik ternaklah yang akan membunyikan isyarat akan terjadinya bencana," katanya.
Namun pada intinya, kata Smith, pada zaman dahulu, kentongan atau Teku-Teku merupakan alat multi fungsi. Selain berfungsi sebagai penanda akan terjadi suatu peristiwa, juga untuk mengusir hewan perusak tanaman pertanian, menginformasikan akan terjadinya panen bagi petani.
Reporter: Mallongi