Dalang Ki Seno Nugroho, Wayangnya Menembus Youtube Merenggut Jantung Milenial

Konten dari Pengguna
5 November 2020 11:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ki Seno Nugroho. Foto: Facebook/@Ki Seno Nugroho Unofficial
zoom-in-whitePerbesar
Ki Seno Nugroho. Foto: Facebook/@Ki Seno Nugroho Unofficial
ADVERTISEMENT
Tangis pecah ketika jenazah Ki Seno Nugroho diberangkatkan dari rumah duka menuju Makam Semaki Gede. Semakin lama, tabuhan gamelan dan nyanyian Ladrang Gajah Sena dari para sinden yang mengiringi keberangkatan jenazah tak beraturan, karena semua tak kuasa menahan tangis. Hingga akhirnya, tabuhan gamelan berhenti sama sekali berganti dengan tangisan yang makin menyayat hati.
ADVERTISEMENT
Kepulangan Ki Seno Nugroho, dalang kondang asal Yogyakarta itu meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, juga ribuan penggemarnya. Penggemarnya tak hanya dari orang-orang tua, tapi banyak juga anak-anak muda yang tergila-gila dengan permainan wayang dan suluknya.
Itulah yang menurut Ki Mas Wedono Cermo Sutedjo, sesepuh pedalangan DIY yang kini menjadi Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI), nilai yang sangat berharga yang dimiliki Ki Seno Nugroho.
“Ki Seno Nugroho itu jelas bisa menggugah semangat generasi muda yang tadinya tidak cinta, tidak tahu, bahkan seperti menyepelekan dunia pedalangan, namun setelah munculnya Ki Seno Nugroho (apresiasinya jadi) luar biasa,” kata Ki Mas Wedono di rumah duka, Rabu (4/11).
Salah satu hal yang dimiliki Ki Seno yang menurutnya tidak dimiliki semua dalang yang ada saat ini adalah kemampuannya mendalang dengan lucu sekaligus indah, serta bisa terus mengikuti perkembangan zaman. Itu ditunjukkan dari bagaimana Ki Seno memanfaatkan media digital seperti Youtube untuk mengenalkan wayang kepada masyarakat. Hal itulah yang menurutnya membuat Ki Seno lebih dikenal oleh masyarakat secara luas.
ADVERTISEMENT
“Yang tidak dimiliki (oleh dalang lain) adalah kesemuanya dari Ki Seno itu serba lucu, dan serba indah, dan serba bisa mengikuti perkembangan zaman sehingga mampu merenggut jantung anak-anak milenial,” lanjutnya.
Kemampuan itu menurutnya tidak dimiliki oleh semua dalang, karena itu semua lahir secara natural sebagai ciri khas Ki Seno yang kemudian diasah dengan tepat. Apa yang dilakukan oleh Ki Seno otentik, memang seperti itu gayanya, bukan karena mengikuti gaya Yogyakarta, Surakarta, Kedu, Banyumas, atau gaya daerah-daerah lainnya.
“Tapi memang itulah gagrak atau gayanya Ki Seno Nugroho, bisa diterima oleh semua kalangan, baik kalangan yang mendambakan pakem atau hiburan digital,” lanjutnya.
Butuh waktu lama dan proses yang panjang untuk menunggu lahirnya dalang sekaliber Ki Seno lagi. Selain perlu kegigihan dari dalang secara personal, diperlukan juga atmosfer yang mendukung dan tentunya campur tangan Tuhan.
ADVERTISEMENT
“Enggak mudah, butuh waktu lama (menunggu ada dalang sekaliber Ki Seno),” ujar Ki Mas Wedono Cermo Sutedjo.
Panutan dan Sumber Inspirasi Dalang Muda
Keluarga dan kerabat mengikuti prosesi pemakaman dalang wayang kulit Ki Seno Nugroho di Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul, D.I Yogyakarta, Rabu (4/11). Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto
Kartidjo Angkring, seorang pemain dagelan senior Yogyakarta yang sering tampil bersama Ki Seno mengatakan bahwa Ki Seno adalah sosok yang sangat penting bagi eksistensi dunia pewayangan, tidak hanya di Yogyakarta tapi juga Indonesia. Ki Seno Nugroho menurutnya adalah sosok panutan sekaligus sumber inspirasi bagi banyak dalang muda saat ini.
“Jelas sangat penting sekali. Sosok Ki Seno satu sebagai panutan, kedua adalah teladan, kemudian pola garapnya itu banyak menginspirasi pada mereka (dalang muda). Jadi sumbernya ilmu banyak dari beliau,” ujar Kartidjo yang juga hadir di rumah duka.
Menurutnya, soal keterampilan atau skill sebenarnya bisa dipelajari dan banyak dalang-dalang yang bisa menyainginya. Tapi yang sampai sekarang tidak dimiliki oleh dalang lain menurut Kartidjo adalah kepribadiannya yang sangat memasyarakat.
ADVERTISEMENT
“Kalau kemampuan bisa dipelajari, tapi Ki Seno punya faktor X yang tidak dimiliki semua dalang. Yaitu kondang istilahnya, jadi memasyarakat betul,” lanjutnya.
Gaya mendalang yang sangat memasyarakat telah menjadi kunci keberhasilan Ki Seno menggaet anak-anak muda untuk kembali mengenal wayang. Hal itu menurutnya terlihat dari penggemar Ki Seno yang tidak hanya orang-orang tua, tapi juga banyak dari kalangan anak muda.
Bukti lain keberhasilan Ki Seno memasyarakatkan kembali wayang menurutnya adalah selalu membludaknya penonton ketika dia tampil, bahkan lewat streaming saja penontonnya sudah mencapai ribuan.
Di Yogyakarta, selama bertahun-tahun menurutnya baru Ki Seno yang mencapai kesuksesan dalam memasyarakatkan wayang sebesar ini.
“Yang sekaliber Ki Seno belum ada. Sebelum Ki Seno dulu (kemampuannya) rata-rata saya rasa. Yang begitu pandemennya luar biasa, kemudian didukung oleh medsos juga, dengan Youtubenya banyak, itu yang sangat mendongkrak,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, untuk melahirkan dalang sekaliber Ki Seno tidak bisa diukur dengan waktu, bisa saja tidak akan lahir dalang sekelas Ki Seno lagi dalam satu generasi, tapi bukan tidak mungkin akan lahir juga dalang-dalang yang kualitasnya lebih baik dari Ki Seno. Pasalnya, untuk melahirkan maestro seperti Ki Seno, dibutuhkan faktor X, yakni kemampuan dan kepribadian setiap personal dalang.
“Semoga ada yang melanjutkan, bahkan lebih menyempurnakan apa yang menjadi kekurangan Ki Seno Nugroho,” ujar Kartidjo Angkring.
Dalang Milenial
https://kumparan.com/kumparannews/melepas-kepergian-dalang-ki-seno-nugroho-1uWfYh2ih2u/full
Salah seorang budayawan senior Yogya yang hadir di rumah duka adalah Butet Kertaradjasa. Butet mengatakan, Ki Seno telah berhasil menjawab kebutuhan generasi milenial, sehingga mereka tertarik untuk mengenal kembali dunia pewayangan.
“Dia mampu menjawab kebutuhan milenial, mungkin dia salah satu dalang yang mulai menyentuh wilayah itu dengan merespons keajaiban-keajaiban dunia virtual,” ujar Butet.
ADVERTISEMENT
Program Ki Seno yang memainkan wayang di rumahnya, Climen, menurutnya adalah upaya merespons dunia digital yang berkembang sangat pesat untuk memasyarakatkan wayang.
“Mungkin itu bisa dijadikan inspirasi untuk dalang-dalang muda lain untuk dalang-dalang muda lain untuk menjelajah ruang eksplorasi yang lebih luas di dalam jagad virtual,” lanjutnya.
Kemampuannya menjawab perkembangan zaman menurut Butet bukan satu-satunya yang dimiliki Ki Seno sehingga membuatnya sebesar sekarang. Ki Seno menurutnya juga memiliki kemampuan mendalang yang mumpuni dan di atas rata-rata dalang seusianya.
“Secara ilmu pedalangan banyak yang mengharapkan sebagai pengganti Hadi Sugito. Celelekane, kurang ajare, bisa diterima masyarakat oleh audiens dunia pakeliran. Sastranya bagus, keterampilannya bagus dan banyak orang yang berharap,” ujarnya.
Menurutnya, Ki Seno telah menunaikan tugasnya. Dia mengisi hidupnya dengan menjadi dalang, dan itu telah ditunaikan dengan baik menurutnya. Dia mengutip canda Ki Seno dalam adegan gara-gara yang biasa dimainkan, bahwa sembari menunggu mati, orang-orang yang hidup, mengisi kehidupannya.
ADVERTISEMENT
“Seno mengisi kegiatannya dengan mayang (memainkan wayang) jadi dalang. Seno itu jadi dalang itu cuman mengisi kegiatan menunggu mati dan sekarang dia sudah menyelesaikan kewajiban hidupnya,” ujar Butet. (Widi Erha Pradana / YK-1)