Hari Bumi di Tengah Pandemi : Tingkatkan Investasi untuk Kesehatan Satwa Liar

Konten dari Pengguna
23 April 2020 15:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Harimau Si Raja Hutan simbol utama kelestarian alam liar. Foto : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Harimau Si Raja Hutan simbol utama kelestarian alam liar. Foto : Pixabay
ADVERTISEMENT
Jutaan orang di dunia sedang terkurung di rumah mereka masing-masing, dengan masalah mereka masing-masing. Termenung memikirkan penghasilannya yang menurun, mengutuk pasangannya yang ringan tangan atau mendalami teori konspirasi untuk menghibur keadaan. Pandemi ini memunculkan banyak masalah lebih dari yang bisa dibayangkan.
ADVERTISEMENT
Di peringatan ke 50 Hari Bumi ini, satwa-satwa liar menikmati kehidupan liarnya di kota manusia. Mereka datang untuk bertahan hidup, persis seperti alasan kita merambah habitat satwa. Memberikan renungan tambahan tentang bagaimana kita sampai di titik ini.
“Kita belajar bagaimana cara untuk menjinakkan alam liar. Memperoleh banyak dari alam. Populasi kita meledak, begitu juga keinginan kita,” kata David Attenborough dalam narasinya dokumenter Our Planet yang tayang di Netflix. Suaranya yang menenangkan, teratur menyampaikan narasi dalam film dokumenter kehidupan alam liar.
Di era yang dipimpin manusia, Anthropocene, Attenborough menunjukkan telah melihat secara langsung dampak yang kita lakukan pada alam yang megah ini. Dominasi manusia di bumi telah membawa spesies unggul ini pada banyak masalah. Sebagai informasi, pribadi yang sudah dianggap sebagai harta internasional berusia 93 tahun asal Inggris ini sudah mengunjungi semua benua dalam karir panjangnya.
ADVERTISEMENT
Interaksi Manusia dan Alam Liar
Hubungan manusia dengan hewan selalu berhubungan dengan makanan. Manusia mencari makannya dengan berburu hewan secara langsung, memperluas area pertanian atau pemukiman yang mengambil wilayah yang dulunya dimiliki hewan-hewan. Di sisi hewan, yang jika tidak mendapatkan makanannya secara alami di alam liar, akan mendatangi daerah kekuasaan manusia untuk mendapatkannya. Ini adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari.
Kita berbagi lingkungan yang sebelumnya adalah milik satwa. Kita memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan satwa liar ini melalui hewan yang tinggal lebih dekat dengan komunitas manusia. Banyak penyakit yang berpotensi menyebar melalui kontak dengan kotoran atau urin atau dengan cara lainnya ketika satwa liar ini berbagi lahan hewan perkotaan.
“Dalam 50 tahun tahun terakhir, populasi satwa liar berkurang hingga 60%. Kita menggantinya dengan diri kita sendiri dan hewan-hewan yang sudah kita jinakkan serta tanaman-tanaman kita, sangat sedikit satwa liar tersisa. Keanekaragaman yang hilang ini bukan hanya sebuah tragedi, ini adalah satu masalah terbesar yang kita hadapi,” kata Attenborough.
ADVERTISEMENT
Hewan liar yang tinggal di kota sangat bergantung pada manusia untuk pemenuhan kebutuhannya, ini masih belum termasuk hewan-hewan peliharan manusia, baik itu peliharaan rumahan atau untuk kebutuhan pangan. Mereka mengasosiakan manusia sebagai sumber makanan, dari tangannya langsung atau dari tempat sampahnya.
Hubungan rumit ini semakin diperumit dengan bibit penyakit yang mungkin dibawa hewan-hewan tersebut. Manusia bisa menimbulkan dan menularkan penyakit pada hewan, begitu juga sebaliknya.
Zoonosis
Pandemi COVID-19 yang sedang kita hadapi saat ini juga berasal dari interaksi kita dengan satwa liar. Zoonosis menyumbang 75 persen dari semua penyakit yang dihadapi manusia saat ini dan merupakan salah satu bidang studi paling penting dalam hal melindungi kesehatan masyarakat. Dari semua endemi dan epidemi yang pernah melanda bumi, penyakit yang berasal dari kelelawar dan tikus adalah yang paling sering di antara semuanya.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam term ilmu pengetahuan dan ekonomi politik, kisah bisa jauh lebih kompleks.
Penggerak utama penyakit zoonosis (seperti virus Sars-Cov-2) adalah industri peternakan hewan. Ketika produksi pangan merambah habitat liar, hal ini memberikan peluang bagi patogen untuk beralih ke hewan ternak dan manusia.
Epidemiologis Christine Kreuder Johnson mengetahui bahwa virus yang dibawa oleh satwa liar yang datang dari pedalaman dunia memiliki potensi yang mengancam kesehatan manusia seluruh dunia. Demikian temuan dalam penelitiannya semasa bekerja di One Health Institute at the University of California. “One Health” adalah kerangka kerja untuk berpikir bagaimana kesehatan manusia, satwa, dan lingkungan yang kita tinggali bersama ini saling berkaitan.
Dalam sebuah studi terbaru, Johnson mengungkapkan bahwa hewan peliharaan serta satwa liar yang telah beradaptasi dengan memasuki kawasan pemukiman manusia (seperti kelelawar dan hewan pengerat lainnya) bertanggungjawab pada kebanyakan virus yang telah menginfeksi manusia yang sebelumnya berasal dari hewan. Studi ini membuktikan akibat yang dimunculkan manusia pada hewan bisa memiliki konsekuensi mengerikan.
ADVERTISEMENT
Saling Bergantung Satu Sama Lain
Rusa Bera jantan. Foto : Pixabay
Sejak 2009, penelitian "One Health" yang didanai program Emerging Pandemic Threat Predict USAID itu telah mengumpulkan lebih dari 140,000 sampel dari binatang untuk mengidentifikasi 1,200 virus –termasuk 140 jenis lebih coronavirus—yang bisa saja suatu hari nanti menimbulkan ancaman global.
“Kita sudah menginvestasikan nilai yang besar pada kesehatan manusia, yang memang sangat perlu, juga pada hewan-hewan peliharaan dan juga peternakan. Namun kesehatan satwa liar tidak menjadi perhatian, investasinya kurang. Kesehatan manusia dan satwa sangat berkaitan erat,” kata Johnson dalam wawancara bersama The Verge.
Sebagai spesies yang paling berperan dalam perubahan bentuk bumi, manusia memiliki peran penting untuk mengembalikan keseimbangan alam yang rusak akibat dari proses pemenuhan kebutuhan manusia. Eksplorasi yang dilakukan manusia di seluruh permukaan bumi memperkenalkan kita pada banyak hal, baik dan buruk. Membawa sumber daya dari alam liar ke kota, makanan dan juga penyakitnya.
ADVERTISEMENT
“Planet kita menjadi berkurang ke-liar-annya. Spesies kita sudah memotong 3 triliun pohon, mengolah lahan subur dan sekarang memancing di seluruh samudra,” kata Attenborough dalam Our Planet. (Anasiyah Kiblatovski / YK-1)