Konten dari Pengguna

Jalanan Kota Jogja di Tengah Corona Masih Ramai Lancar, Bagaimana Kotamu ?

27 Maret 2020 17:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perempatan Tugu Jogja dari arah barat pada Jum'at (27/3) masih ramai lancar. Foto : Widi Erha Pradana.
zoom-in-whitePerbesar
Perempatan Tugu Jogja dari arah barat pada Jum'at (27/3) masih ramai lancar. Foto : Widi Erha Pradana.
ADVERTISEMENT
Sepekan lebih menjalani kerja di dalam rumah membuat saya tak tahu bagaimana situasi kota terkini. Ketika berselancar di media sosial, beberapa kali saya mendapati sebuah unggahan yang intinya mengatakan betapa sepinya Jogja saat ini. Tampaknya, virus corona atau COVID-19 berhasil memaksa Jogja yang tak pernah tidur ini untuk istirahat.
ADVERTISEMENT
Melihat unggahan itu, saya membayangkan, betapa indahnya menyusuri jalanan Jogja yang sepi di sore hari. Baik, hitung-hitung melepas penat, pada Kamis (26/3) sore sepeda motor saya panaskan untuk menemani jalan-jalan keliling kota.
Hal itu saya ulang kembali pada Jum’at (27/3) sore ini untuk memastikan kembali situasi sebelum naskah ini saya terbitkan. Suasana tampak sama, maka meski melihat berbagai spanduk penanda lockdown di berbagai kampung di Yogyakarta yang berseliweran di media sosial, saya kira, pengamatan di jalanan Yogya ini penting untuk tetap diterbitkan.
Suasana perempatan Tugu Jogja dari arah barat pada Kamis (26/3) masih lumayan padat. Foto : Widi Erha Pradana.
Sampai di jalan raya, saya belum terlalu menemukan perbedaan yang signifikan dari hari-hari biasanya. Beberapa warung memang sudah tutup, tapi motor dan mobil masih cukup ramai, lalu lallng dari kedua arah.
ADVERTISEMENT
Dari arah barat, saya sampai di simpang empat ringroad barat, orang Jogja akrab dengan sebutan perempatan Demak Ijo. Di sini, kendaraan pun masih ramai, meski tak sampai menumpuk seperti hari-hari kemarin. Tak terlalu kentara perubahannya.
Lampu lalu lintas yang tadinya merah berubah hijau, saya terus memacu motor saya ke arah timur menyusuri Jalan Godean. Di samping kanan dan kiri jalan juga masih cukup banyak yang sedang berkumpul.
Jalanan memang sedikit lebih lengang dari biasanya, tapi itu justru membuat orang-orang memacu kendaraannya lebih cepat. Karena niat awalnya memang mau jalan-jalan santai, saya mengendarai motor saya sangat mepet di kiri jalan karena tak mau disundul kendaraan lain dari belakang.
Sepi Karena Baru Disemprot
Perempatan pingit pada Jum'at (27/3) masih tampak padat. Foto : Widi Erha Pradana
Saya terus mengamati suasana di kanan dan kiri jalan, dan ternyata sebagian besar warung, toko, maupun tempat usaha lainnya masih beroperasi seperti biasanya. Ketika melihat ke kanan, saya melihat pintu gerbang Pasar Tlagareja yang biasanya sangat ramai, terutama oleh para pecinta burung.
ADVERTISEMENT
Dari jalan raya, pasar terlihat sangat sepi, apakah di dalamnya juga sepi? Demi mengobati rasa penasaran, saya putuskan untuk masuk saja ke dalam.
Pertokoan Pasar Tlagareja Jalan Godean pada Kamis (26/3) mayoritas tutup. Foto : Widi Erha Pradana.
Cukup lama saya menunggu kesempatan untuk bisa menyeberang, sebab dari kanan maupun kiri orang-orang mengendarai motor dan mobilnya dengan kecepatan tinggil. Berhasil memanfaatkan sedikit peluang untuk menyeberang, saya langsung masuk ke dalam pasar.
Ternyata, di dalam memang benar-benar sepi, sangat kontras dengan apa yang terjadi pada hari-hari biasanya. Hanya ada beberapa kios saja yang buka sore itu. Sementara sebagian besar kios, sudah tertutup rapat.
Penjualan pakan burung di Pasar Tlagareja Jalan Godean masih buka pada Kamis (26/3). Foto : Widi Erha Pradana.
“Ini pada tutup sejak kapan Bu?” tanya saya kepada salah seorang penjual yang masih beroperasi sampai hari ini.
“Sejak kemarin mas. Soalnya kan baru disemprot (disinfektan), besok juga buka lagi. Mau cari apa masnya?” jawab ibu-ibu penjual sembako itu.
ADVERTISEMENT
Pantas saja pasar sepi. Baru kemarin lusa disemprot disinfektan rupanya. Baiklah, saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan menyusuri jalanan Jogja sebelum hari mulai gelap.
Hanya Malioboro yang Sepi
Perempatan Tugu Jogja pada Jum'at (27/3) sore. Foto : Widi Erha.
Sampai di Tugu Pal Putih, sejumlah toko dan warung masih tetap buka, meski orang lalu lalang tak sebanyak biasanya. Orang-orang yang biasanya nongkrong di sekitar tugu ketika sore juga tidak terlihat. Namun kendaraan bermotor masih cukup ramai, meski tak sepadat seperti hari-hari kemarin. Mungkin karena jam-jam pulang kerja, sehingga jalanan masih cukup ramai.
Atau mungkin ukuran sepi saya berbeda dengan orang kebanyakan. Bagi orang lain, keramaian yang saya lihat mungkin sudah sangat sepi. Bagi saya yang terbiasa dengan kesendirian, sepi itu ya sendiri.
ADVERTISEMENT
Dari tugu saya ke selatan, menyusuri Jalan Mangkubumi menuju Malioboro, ikon Jogja yang selalu ramai dikunjungi wisatawan. Sepanjang Jalan Mangkubumi, kanan kiri jalan sudah banyak warung-warung kaki lima yang tutup. Hanya beberapa warung yang masih membuka lapaknya.
Memasuki kawasan Malioboro, perbedaan signifikan baru mulai saya rasakan. Ketika biasanya kendaraan harus mengular, lalu lintas sore itu sangat lengang. Toko-toko di Jalan Malioboro memang masih banyak yang buka, namun hanya satu dua orang yang terlihat lalu lalang maupun duduk-duduk di kursi.
Semakin ke selatan dan mendekati Titik Nol Kilometer, suasana semakin sepi. Kios-kios semakin banyak yang tutup. Dan orang lalu lalang bisa dihitung jari. Secara umum, tingkat keramaian dan aktivitas masyarakat hingga Jum'at (27/3) sore memang mengalami penurunan, meski pemerintah secara resmi belum memutuskan untuk memberlakukan lockdown atau karantina untuk Jogja.
ADVERTISEMENT
Bagaimana jalanan kotamu ?. (Widi Erha Pradana / YK-1)