Konten dari Pengguna

Komunitas Pengamat Burung Siap Luncurkan Atlas Burung Indonesia

8 Februari 2020 10:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
King fisher atau di Indonesia dikenal sebagai burung tengkek udang. Foto : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
King fisher atau di Indonesia dikenal sebagai burung tengkek udang. Foto : Pixabay
ADVERTISEMENT
Pesta pengamatan burung sebulan penuh yang digelar selama Januari 2020 bertajuk The Big Month 2020 sudah resmi ditutup. Pengamatan burung yang dikemas sebagai sebuah kompetisi ini digelar oleh komunitas pengamat burung Indonesia, Birdpacker, berkolaborasi dengan Indonesian Ornitologist Union (IdoU) dan Manchester Metropolitan university.
ADVERTISEMENT
Pengamatan dilakukan menggunakan Burungnesia, sebuah aplikasi digital untuk membantu para pengamat burung mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola data di lapangan. Burungnesia juga bertujuan menggalang kekuatan publik untuk memperkuat gerakan konservasi dan ilmu pengetahuan burung berbasis warga atau relawan.
Tiga peserta dengan perolehan poin terbanyak sekaligus menjadi juara tiga teratas di antaranya Rohmat Subandriyo dari Semarang, Badrut Tamam dari Gresik, dan Ariesta Prasetyo dari Semarang dengan perolehan poin masing-masing secara berturut-turut 2.844, 2.488, serta 2.306 poin.
“Jumlah peserta yang mengirim hasil pengamatan via Burungnesia meningkat tajam,” ujar panitia The Big Month 2020, Waskito Kukuh Wibowo, Jumat (7/2).
Sebelumnya, jumlah pengamatan atau ceklis yang masuk ke dapur Burungnesia setiap hari hanya di kisaran 20an ceklis. Namun selama Januari 2020, jumlah data pengamatan meningkat drastis, rata-rata menjadi 700an ceklis per hari.
ADVERTISEMENT
Selama berlangsungnya The Big Month 2020, total ada 22.569 data ceklis dan 106.662 observasi pengamatan burung via Burungnesia dengan total pengamat sebanyak 373 orang. Selain itu, ada 550 spesies burung yang berhasil dicatat sepanjang Januari 2020 dengan total individu burung sebanyak 570.573.
Tiga spesies burung dengan jumlah individu terbesar yaitu walet linci sebanyak 16.872 individu, burung-gereja erasia 10.755 individu, serta cucak kutilang 7.269 individu. Burung-burung lain yang juga termasuk paling banyak tercatat di antaranya bondol peking, bondol jawa, cabai jawa, layang-layang batu, burung-madu sriganti, tekukur biasa, serta cici padi.
“Ada juga jenis burung langka yang tercatat selama Big Month 2020, di antaranya jalak putih bali, raja udang kalung biru, curik bali, cikalang christmas, dan rangkong gading,” lanjut Kukuh.
ADVERTISEMENT
Beberapa Spesies Sangat Jarang di Habitat Asli
Proses pengamatan burung dalam The Big Month 2020. Foto : koleksi panitia Big Month
Sejumlah burung diketahui sangat jarang ditemukan di habitat aslinya. Spesies burung tersebut di antaranya anis kembang, tikusan kecil, dan berkecet siberia yang sangat jarang ditemukan di habitat aslinya di pulau Jawa.
Selain itu, burung bubut jawa justru mengalami ekstensi sebaran di pulau Madura. Adapun cinenen kelabu berpotensi tinggi mengalami kesalahan identifikasi. Sebelumnya, cinenen kelabu dianggap lebih umum ditemukan di pulau Jawa dibandingkan dengan cinenen jawa.
“Namun selama Big Month 2020 baru diketahui bahwa cinenen jawa lebih umum ditemukan di pulau Jawa dibandingkan cinenen kelabu yang terbatas di pesisir utara pulau Jawa,” jelas Kukuh.
Siap Membuat Atlas Burung Indonesia
Komunitas pengamat burung Indonesia, Birdpacker, berkolaborasi dengan Indonesian Ornitologist Union (IdoU) dan Manchester Metropolitan university. Foto : koleksi panitia The Big Month.
Data yang diperoleh dari The Big Month 2020 ini nantinya akan mejadi salah satu sumber dalam pembuatan Atlas Burung Indonesia. Menurut Kukuh, data pengamatan dari gelaran The Big Month ini sangat berarti dalam pembuatan Atlas Burung Indonesia tersebut.
ADVERTISEMENT
“Harapannya bisa menjadi informasi baru tentang peta sebaran burung di Indonesia,” ujarnya.
Ke depan, Birdpacker berencana akan mengadakan lagi The Big Month, namun untuk seluruh kawasan Indonesia. Tidak seperti The Big Month saat ini yang kawasan utamanya terbatas di Jawa dan Bali saja.
Melalui Atlas Burung Indonesia, harapannya data persebaran burung beserta perubahannya dapat terus dipantau sebagai dasar perlindungan atau pengembangan suatu kawasan. Di dalam forum para pengamat burung, pembuatan Atlas Burung Indonesia merupakan bahasan lama yang dilakukan dalam Pertemuan Pengamat Burung Indonesia (PBBI). (Widi Erha Pradana / YK-1)
Baca Juga :