Burungnesia Gelar Lomba Pengamatan Burung Sebulan Penuh

Konten dari Pengguna
9 Januari 2020 15:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Burung manyar atau dikenal sebagai arsiteknya burung. Foto : Science, Tech, Universe
zoom-in-whitePerbesar
Burung manyar atau dikenal sebagai arsiteknya burung. Foto : Science, Tech, Universe
ADVERTISEMENT
Januari 2020 menjadi bulan penting bagi para pecinta dan pengamat burung di Indonesia, khususnya di Jawa dan Bali. Komunitas pengamat burung Indonesia, Birdpacker, berkolaborasi dengan Indonesian Ornitologist Union (IdoU) dan Manchester Metropolitan University menggelar sebuah aksi pengamatan burung bersama selama sebulan penuh yang bertajuk The Big Month 2020.
ADVERTISEMENT
Pengamatan yang dilaksanakan selama bulan Januari ini dikemas dalam bentuk kompetisi, dengan hadiah aneka peralatan pengamatan burung profesional berharga hingga puluhan juta rupiah.
Untuk menjadi peserta Big Month 2020, peserta harus menginstal terlebih dahulu aplikasi android Burungnesia. Sampai saat ini, setidaknya ada sekitar 1.800 yang sudah menjadi pengguna aplikasi Burungnesia. Sementara itu, yang sudah berkontribusi dalam acara Big Month ada sekitar 150 orang yang sebagian besar berasal dari Jawa.
“Peserta akan berlomba mengunjungi kawasan dengan tipe habitat mulai dari pemukiman, lahan pertanian, taman kota, badan air, dan lain-lain untuk mengamati burung,” kata panitia Big Month 2020, Waskito Kukuh Wibowo.
Disarankan, lokasi pengamatan berada di bawah ketinggian 800 meter di atas permukaan laut serta tidak di dalam kawasan konservasi. Nantinya, setiap peserta yang bertemu dengan burung akan dicatat dan dikirimkan melalui aplikasi Burungnesia.
ADVERTISEMENT
“Kompetisi utama terbatas untuk kawasan Jawa-Bali, tapi tidak menutup kemungkinan bagi peserta dari luar kawasan tersebut,” lanjutnya.
Burungnesia sendiri merupakan alat bantu bagi pengamat burung dalam mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola data lapangan. Lebih jauh lagi, Kukuh mengatakan Burungnesia ditujukan sebagai media untuk menggalang kekuatan publik atau amatir dalam memperkuat gerakan konservasi dan ilmu pengetahuan burung berbasis warga atau voluntary.
Cikal Bakal Atlas Burung Indonesia
King fisher atau di Indonesia dikenal sebagai burung tengkek udang. Foto : Pixabay
Big Month 2020 bertujuan memotivasi para pengamat burung untuk mengunjungi kawasan-kawasan yang jarang dikunjungi atau bahkan sama sekali belum pernah dikunjungi. Tak hanya mengunjungi, mereka juga akan mencatat setiap perjumpaan dengan setiap jenis dan jumlah burung tertentu.
“Kita jadi bisa mengetahui data persebaran burung terkini beserta perubahannya yang bisa digunakan untuk dasar perlindungan atau pengembangan suatu kawasan,” kata Kukuh.
ADVERTISEMENT
Menurut Koordinator Paguyuban Pengamat Burung Jogja, Naufal Seta, selain untuk memotivasi para pengamat burung, Big Month juga bisa menjadi cikal bakal pembuatan Atlas Burung Indonesia. Dengan jumlah peserta yang cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah, hasil pengamatan dalam Big Month akan sangat membantu pembuatan atlas tersebut. Selain sebagai ajang kompetisi, Big Month juga berkontribusi besar dalam mengisi wilayah-wilayah yang sampai sekarang belum terdata.
“Pembuatan atlas tersebut sudah menjadi bahasan lama di Pertemuan Pengamat Burung Indonesia (PBBI),” kata Naufal.
Dibagi Tiga Grid
Festival Burung Pantai di muara Kali Progo dekat dengan Pantai Pandansimo Bantul DIY pada Sabtu (26/10) dan Minggu (27/10) diikuti 50-an mahasiswa dari berbagai universitas di Yogyakarta. Foto oleh : Maya Vita
Panitia membagi lokasi pengamatan menjadi tiga grid, yakni grid prioritas, potensial, dan ramai. Kategori grid itu didasarkan pada jumlah checklist yang ter-submit sebelum dan selama berjalannya kompetisi. Grid inilah yang nantinya sangat menentukan proses penilaian. Tiap grid memiliki poin masing-masing, grid prioritas bernilai tiga poin, potensial dua poin, sedangkan grid ramah bernilai satu poin.
ADVERTISEMENT
Grid prioritas itu masih kosong, belum ada data sama sekali. Kalau grid potensial itu pernah dikunjungi, tapi jumlah datanya masih sedikit, kurang dari lima checklist. Kalau grid ramai itu datanya sudah banyak, lebih dari lima checklist,” kata Kukuh.
Peserta dengan jumlah poin terbanyak sampai akhir kompetisi akan menjadi pemenang dan mendapat hadiah utama berupa Spotting Scope Burris, Tripod, Digiscoping Adapter, Camo Hide, serta Buku Birds of Indonesian Archilepago. Total ada enam kategori juara, yaitu tiga juara utama dan tiga juara harapan. Selain itu, nantinya akan dipilih juga kontributor terbaik yang dipilih berdasarkan catatan penting dan menarik seperti catatan distribusi baru, jenis jarang, dan sebagainya.
Bagi peserta di luar Jawa dan Bali, juga berkesempatan menjadi kontributor terbaik khusus, yang dibagi menjadi lima pulau utama, yakni Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, serta NTB dan NTT. Bagi kontributor dengan konten menarik di media sosial juga berkesempatan menjadi influencer terbaik.
ADVERTISEMENT
“Konten bisa berupa foto saat pengamatan burung, foto burung, atau yang lainnya,” kata Kukuh. (Widi Erha / YK-1)
Baca Juga
Selanjutnya :