Konten dari Pengguna

Mengenal Zoosadisme, Kelainan Sex yang Diidap 3 Perempuan Penyiksa Kucing

Pandangan Jogja Com
email: pandanganjogja@gmail.com
11 Mei 2020 4:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pandangan Jogja Com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi foto : Daily Express
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi foto : Daily Express
ADVERTISEMENT
Akhir pekan lalu warganet dibuat marah dengan beredarnya sebuah video yang memperlihatkan tiga perempuan tengah menyiksa seekor anak kucing. Anak kucing mungil itu disiksa dengan cara diinjak bergantian oleh ketiga perempuan dalam video itu hingga mati.
ADVERTISEMENT
Dalam waktu singkat, video menyebar dan mengundang amarah dari warganet. Bahkan seorang warga Malaysia sempat membuat laporan kepolisian untuk segera menangkap tiga penyiksa kucing dalam video itu.
Belakangan, terungkap bahwa video yang beredar itu adalah video lama bahkan sudah diunggah pada pertengahan 2015 silam. Lokasi dalam video tersebut diketahui terjadi di Honduras, dan ketiga pelaku telah ditangkap aparat setempat. Meski video lama, namun aksi penyiksaan terhadap anak kucing itu telah menuai sumpah serapah, terutama dari para pecinta kucing.
Ketiga pelaku diduga terlibat dan mengidap jaringan online yang saling berbagi kepuasan sexual dengan cara menginjak hewan seperti kucing dan anjing sampai mati dengan tumit kaki. Fox Hunting Evidence UK menyebut kelainan jiwa seperti itu sebagai zoosadisme.
ADVERTISEMENT
Zoosadisme merupakan kesenangan (salah satunya kepuasan sex) yang diperoleh seseorang setelah melakukan kekejaman atau penyiksaan terhadap hewan. Ada dua klasifikasi tindakan penyiksaan terhadap binatang, yakni penyiksaan aktif dan penyiksaan pasif.
Penyiksaan aktif dilakukan dengan melibatkan kekejaman langsung terhadap hewan. Misal ketika seseorang dengan sengaja mencoba untuk membahayakan binatang, membunuh, menyiksa, atau memukulnya. Sementara penyiksaan pasif terjadi karena kelalaian atau kurangnya perawatan terhadap hewan peliharaan.
Banyak Kasus Pembunuhan Bermula dari Penyiksaan Hewan
Penyiksaan terhadap hewan berhubungan dengan masalah psikologis yang erat. Survei yang dilakukan pada pasien psikiatris mengungkapkan bahwa orang dengan gangguan kepribadian psikopat memiliki kecenderungan untuk menyiksa hewan peliharaan dan hewan kecil lainnya. Survei yang dilakukan itu juga menemukan bahwa anak-anak dan remaja yang kerap melakukan kekejaman terhadap anjing dan kucing peliharaan pernah mengalami perilaku kasar atau menyaksikan aksi penyiksaan.
ADVERTISEMENT
Fakta mengerikan lain, sejak 1970-an, salah satu temuan paling konsisten yang dilaporkan oleh FBI, bahwa kekejaman terhadap hewan pada masa kanak-kanak adalah perilaku umum di antara para pembunuh berantai, pemerkosa.
Banyak pembunuh berantai terkenal, seperti Jeffrey Dahmer, telah melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap binatang sejak usia belia. Beberapa pembunuh lain yang sempat menggemparkan publik dan diketahui kerap melakukan kekejaman terhadap hewan adalah Robert Thompson, Mary Flora Bell, serta Ian Brady.
Mengapa Ada Orang Suka Menyakiti Binatang?
Beberapa orang sengaja melukai binatang karena mereka memang suka menyakiti atau karena hal itu membuat mereka merasa kuat. Jika terus dibiarkan, mereka bisa beralih melukai atau menyiksa orang lain. Mereka memilih menyakiti binatang karena mereka lebih tidak berdaya ketimbang manusia.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya ada beberapa alasan orang-orang suka menyakiti binatang. Mereka akan menyakiti binatang karena mereka pikir hal itu berarti mereka telah mengendalikan binatang malang tersebut. Bisa juga penyiksaan terhadap binatang bertujuan untuk mengendalikan orang lain. Misalnya seorang suami yang menyiksa hewan peliharaan keluarga untuk menunjukkan kepada anak dan istrinya apa yang bisa dia lakukan kepada meerka jika tidak mematuhi perintahnya.
Orang-orang yang mengidap kelainan ini bisa disebabkan karena masalah yang dialaminya sehari-hari, karena lingkungan yang tidak sehat, pengalaman mendapat siksaan, atau bisa juga karena kerusakan otak. Itu kenapa orang-orang seperti ini butuh tenaga profesional untuk mengatasi kelainannya, misalnya psikolog. Jika tidak diatasi, masalah psikologis yang dialami orang-orang ini bisa menghantui mereka seumur hidup.
ADVERTISEMENT
Setop Perlakukan Hewan Sebagai Milik Pribadi
Mengutip Independent, penyiksaan terhadap binatang sebenarnya dapat dikurangi sampai batas tertentu jika manusia berhenti memperlakukannya sebagai milik pribadi. Seseorang melakukan siksaan kepada binatang karena asumsi mereka bahwa hewan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik untuk makanan, sebagai teman, atau untuk hiburan.
Yang perlu dipahami, hak-hak binatang sama pentingnya dengan hak asasi manusia. Karena itu, orang yang menyiksa binatang harus diberi hukuman seperti halnya mereka menyiksa manusia. Dengan begitu, kasus penyiksaan terhadap binatang dapat dikurangi, bahkan dihentikan sama sekali. Jika pelaku diizinkan untuk bebas berkeliaran, tanpa harus mempertanggung jawabkan aksi penyiksaan terhadap makhluk tak berdosa itu, maka tidak mungkin kasus penyiksaan terhadap binatang dapat dihentikan.
ADVERTISEMENT
Hukum yang ketat perlu diberlakukan untuk melindungi binatang-binatang ini dari kekejaman manusia. Terlebih hubungan antara kekejaman terhadap binatang dan perilaku psikopat sudah terjadi sejak lama, sehingga harus ditanggapi dengan serius. Selain pemegang otoritas, orangtua juga harus mengajarkan kepada anak-anaknya untuk menyayangi binatang dan bagaimana cara merawat mereka dengan baik. (Widi Erha Pradana / YK-1)